Untuk membersihkan kehidupan agama Islam yang dianggap menyalahi ajaran agama Islam Memberantas hal-hal yang dianggap merusak kehidupan beragama Memperbaiki dan mengembalikan masyarakat sesuai dengan ajaran Islam yang benar Sejarah Perang Padri Gerakan Padri yang berarti tokoh agama atau ulama Terjadi di Kerajaan Pagaruyung, Sumatera Barat Gerakan ini mendapat sambutan baik dikalangan ulama, tetapi mendapat pertentangan dari kaum adat Latar Belakang Terjadinya Perang Padri Muncul kelompok gerakan Wahabi di Sumatera Barat Gerakan Kaum Padri mendapat tentangan dari kelompok Kaum Adat Pemerintah Kolonial Belanda berpihak pada Kaum Adat Belanda menduduki beberapa daerah di Sumatera Barat Tahap-tahap Perang Padri a. Tahap Pertama (1821 – 1825) Kaum adat meminta bantuan kepada Inggris namun ditolak dan akhirnya meminta bantuan kepada Belanda tahun 1821. Belanda mendirikan benteng Fort Van Capellen di Batusangkar dan Fort De Kock di Bukit Tinggi. Pada 19 Oktober 1825 diadakan kontrak Perdamaian dan tentara Belanda dipusatkan untuk menghadapi perang Diponegoro. b. Tahap Kedua (1830 – 1837) Belanda melanggar perjanjian dan perang Padri dimulai kembali. Tuanku nan Cerdik bergabung dengan Tuanku Imam Bonjol menyerang pos-pos Belanda di Mangapo. Pada 25 Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diasingkan ke Minahasa sampai wafatnya. c. Akhir Perang Padri Pada 1837 Benteng Bonjol dapat dikuasai Belanda. Peperangan masih berlanjut sampai benteng terakhir Kaum Padri di Dalu-dalu hancur, benteng tersebut memaksa Tuanku Tambusai mundur bersama pengikutnya pindah kenegeri Sembilan Semenanjung Malaya dan akhirnya peperangan selesai. Tokoh Pemimpin Perang Padri Datuk Malim Basa (Tuanku Imam Bonjol) Tuanku Nan Renceh Tuanku Tambusai Tuanku Nan Alahan Tuanku Pasaman Tuanku Nan Cerdik Datuk Bandoro