Anda di halaman 1dari 11

BUDAYA, KOGNISI,

DAN INTELEGENSI
Lintas Budaya
Kelompok 1

Anisa (11960123482)
Khairani Larasati (11960120077)
Nindy Ayu Indra Yani (11960123500)
Putri Kartika (11960124879)
Ada berbagai anggapan mengenai
budayaHofstede menyatakan
budaya adalah kumpulan representasi mental tentang dunia. Berry,
Poortinga, Segall & Dasen (1992), budaya adalah produk dari kognisi
yang muncul dalam berbagai bentuk, seperti norma, keyakinan, pendapat,
nilai dan sebagainya. (Sarlito W Sarwono), budaya sebagai kognisi yaitu
sebuah sistem informasi dan bermakna khusus di pakai bersama-sama
oleh manusia dan diwariskan secara turun temurun, yang memungkinkan
sekelompok orang memenuhi kebutuhan dasarnya untuk bertahan hidup,
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memperoleh
kebermaknaan hidup.
A. Perkembangan Kognisi dan
Budaya
Kognisi adalah proses dasar psikologis manusia. Kognisi merujuk kepada proses berpikir
yang meliputi bagaimana mendapat informasi, menyimpannya dalam otak, dan
menggunakannya untuk memecahkan masalah, berpikir dan memformulasikan bahasa.
Tridayakisni, dkk menjelaskan bahwa salah satu proses dasar kognisi adalah cara
bagaimana orang melakukan kategorisasi. Kategorisasi dilakukan umumnya atas dasar
persamaan dan perbedaan karakter dari objek-objek yang dimaksud.Selain itu fungsi dari
objek juga merupakan determinan utama dari proses kategorisasi.

Penemuan dalam lintas budaya ini membuktikan bagaimana faktor psikologis


mempengaruhi pada bagaimana manusia melakukan kategorisasi stimulus dasar tertentu,
dalam hal ini yang sudah terungkap adalah dalam bentuk, warna dan ekspresi muka.
B. Bahasa dan pikiran
Dalam perkembangan kognisi ada dua hal yang sangat terkait yaitu
bahasa dan pikiran. Bahasa merupakan suatu intrumen untuk berpikir
yang memiliki ciri-ciri beragam untuk secara lintas-budaya. Sebagai
manusia kita mungkin membaggi pikiran kita secara sama, tetapi
bahasa-bahasa yang kita pertimbangkan tampak tidak hanya
menghadapkan kita pada jenis-jenis pemikiran yang berbeda. Bahasa
memungkinkan kita berpikir bahwa kita berada di dalamnya. Salah
satu prinsip dalam bahasa adalah relativitas. Dalam hal ini ada
pengaruh bahasa pada pola pikir para anggota budaya.bahasa
dipandang bukan hanya sebagaicara mengkomunikasikan gagasan
dan pikiran-pikiran, tetapi juga sebagai sesuatu yang instrinsik bagi
pembentukannya
C. INTELEGENSI

Intelegensi mengacu kepada sejumlah kemampuan,


keterampilan, bakat dan pengetahuan yang berbeda, yang
secara keseluruhan mengacu kepada kemampuan kognitif
atau mental.
Perbedaan kultural memaknai intelegensi dimana banyak
bahasa yang tidak memiliki kata yang sepadan dengan apa
dipahami sebagai intelegensi. Definisi-definisi intelegensi
terkadang merupakan cerminan dari nilai-nilai budaya.
Karena cara tiap budaya mendefinisikan intelegensi itu begitu berbeda,
pengertian konsep ini sulit untuk dibandingkan dari masyarakat ke
masyarakat lainnya dengan valid. Orang dari budaya yang berbeda
tidak hanya berbeda dalam pengertian tentang sifat dari intelegensi
itu sendiri, tetapi juga sikap yang sangat berbeda-beda mengenai
cara yang tepat untuk menunjukkan kemampuan seseorang. Di
beberapa budaya seperti masyarakat Amerika mainstream individu
biasanya diberikan penghargaan bila menunjukkan pengetahuan
dan keterampilannya. Di masyarakat yang menekankan hubungan
personal, kerjasama, dan kerendahan hati, perilaku yang sama
mungkin dipandang tidak pantas, sombong, atau tidak sopan.
penting bagi kajian lintas-budaya tentang intelegensi
karena keberhasilan penyelesaian suatu tugas
intelegensi mungkin mensyaratkan perilaku yang
dipandang menonjolkan diri dan arogan dalam budaya
A (dan karenanya dilakukan tanpa ada hambatan oleh
anggotaanggota budaya B). jelas, sikap yang demikian
berbeda terhadap satu perilaku yang sama akan
menghasilkan satu kesimpulan yang tidak tepat
mengenai intelegensi oleh budaya A dan budaya B.
D. TES INTELEGENSI
Banyak peneliti lintas-budaya tentang intelegensi yang terfokus
pada persoalan-persoalan tes pada masyarakat multikultural, dimana
budaya-budaya minoritas biasanya devaluasi menggunakan tes yang
dirancang untuk budaya yang dominan. Dengan demikian, penelitian
lintas-budaya mencakup tidak hanya budaya-budaya di Negara yang
berbeda, tetapi juga subkultur-subkultur yang ada di masayarakat
Barat.

perbedaan skor intelegensi antar kelompok diakibatkan oleh:

1. Perbedaan keyakinan 2. Ukuran-ukuran


tentang apa itu intelegensi intelegensi yang secara
pada tiap-tiap kelompok kultural tidak tepat.
berbeda.
Pandangan lain yang dipegang oleh ahli psikologi lintas-budaya adalah
bahwa tes-tes intelegensi memang mengukur perbedaan yang nyata antar
masyarakat yang berbeda, tapi perbedaan tersebut seharusnya tidak dipandang
sebagai kekurangan satu budaya dibanding budaya lainnya.
Kubu nature atau alam, dalam hal ini berpendapat perbedaan dalam skor-
skor IQ antara masyarakat dan kelompok-kelompok etnis yang berbeda terutama
disebabkan oleh faktor alam atau keturunan. Arthur Jensen adalah salah seorang
yang terkenal posisi ini.12 Ia percaya bahwa sekitar 80% dari intelegensi
seseorang ini merupakan warisan biologis, dan ia mengatakan bahwa perbedaan
biologis inilah yang menjelaskan kesenjangan antara skor orang kulit putih
dengan kelompok-kelompok minoritas di Amerika
Tujuan kedua ialah membandingkan skor-skor tes. Orang biasa ingin
menemukan, apakah kondisi-kondisi budaya tertentu mengakibatkan skor lebih
tinggi ketimbang kondisi lain.
DAFTAR PUSTAKA

Dina Haja Ristianti. 2015. Psikologi Lintas Budaya. Padang :


Lp2 Iain Curup
Yohanes Kartika Herdiyanto, dkk. 2016. Bahan ajar psikologi
lintas budaya. Denpasar : Universitas Udayana
Sarlito W. Sarwono, 2014. Psikoloi Lintas Budaya. Jakarta :
Rajawali Pers
Ristianti, Dina Haja.2015. Psikologi Lintas Budaya.LP2 IAIN
Curup. Bengkulu
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai