Anda di halaman 1dari 14

PROGRAM IMPLEMENTASI

PPSP 2018
Menuju Kota Berkelanjutan
2

SEKTOR AIR
LIMBAH
DOMESTIK
GAP Target
Universal Akses dan Kondisi Eksisting Sanitasi
Kota Blitar
SUB SEKTOR TARGET CAPAIAN GAP
2018
UA JATIM KOTA BLITAR
NASIONAL
AIR LIMBAH

- Akses Layak 85% 91% 100% 92% 8%

- Akses Dasar 15% 9% 0% 7% -7%

- BABS 0% 0% 0% 1% -1%

* Target Jakstrada
Kondisi Eksisting Air Limbah

Kapasitas IPLT 25 m3/hari,


Kota Blitar lumpur tinja yang masuk
memiliki 2 unit masih sekitar 1 m3/hari
truk tinja

Kota Blitar memiliki 59 unit IPAL yang terbangun di Kota Blitar dan masih berfungsi

88,68% Septitank Resapan dan IPLT


11,32% SPALD Terpusat Sungai dan IPLT
GAP Ketersediaan dan Kebutuhan Sarana
AIR LIMBAH Ketersediaan Kebutuhan GAP Arahan
IPLT Lumpur tinja yang Lumpur tinja yang masuk Lumpur tinja yang Membutuhkan Program
masuk masih 1 sesuai kapasitas desain masuk kurang 24 LLTT
m3/hari yaitu 25 m3/hari m3/hari

Septitank 40% Septitank Standarisasi tangkiseptik 40% perbaikan tangki LLTT


Individu individu kurang dan pengurasan rutin septik Perbaikan tangkiseptik
layak secara Septitank Komunal
teknis SPAL-D

Septitank 62 SPAL-D dan Proses identifikasi lokasi - LLTT


Komunal dan Septitank dan ketersediaan lahan Survey kualitas sumur
SPAL-D komunal terlindungi
Tingkat kepadatan
permukiman
Ketersediaan lahan
ASPEK ISU STRATEGIS AIR LIMBAH
Regulasi -Perda terkait air limbah masih diusulkan di DPRD
Teknis -Akses air limbah layak sudah mencapai 92%, masih ada GAP 8%
-Iddle capacity IPLT masih sangat tinggi akibatnya kecilnya frekuensi penyedotan tinja (lumpur tinja yang masuk
sekitar 1 m3/hari dari Kapasitas IPLT sebesar 25 m3/hari)
-Masih tinggginya prosentase masyarakat yang memiliki akses air minum tidak layak yaitu 37,9 % berdasar
data susenas BPS 2016 yang berpotensi mengandung E-Coli (berdasarkan jarak sumur dengan tangki septik <10
m)
-Beberapa IPAL komunal di Kota Blitar ada yang tidak berfungsi dan memerlukan pemeliharaan(dari 62 IPAL
terbangun)
-validasi data jamban dan sampling air sumur, hasilnya beberapa sampel positif terkandung E-Coli
-2 kecamatan sudah mendeklarasikan Bebas BABS

Kelembagaan -Semua OPD melalui POKJA Sanitasi sangat mendukung penuntasan sanitasi, perlunya keterpaduan regulasi
dan program.
-Masih belum optimalnya proses monitoring dan evaluasi terhadap pembangunan sanitasi
-Kurangnya pengetahuan, kompetensi dan profesional aparat dalam pengelolaan sanitasi

Pendanaan -Pendaaan terbesar masih dari APBN dan APBD II, kurangnya pendanaan diluar APBD II dan APBN
-Adanya komitmen untuk penuntasan sanitasi secara bersama-sama lintas OPD sesuai tupoksi

Komunikasi- -Masih kurangnya peran swasta dalam pembangunan sanitasi


Pemberdayaan -Masih kurangnya sosialisasi pentingnya sanitasi yang baik kepada masyarakat
-Masih ada masyarakat yang berperilaku BABS dan belum memiliki akses jamban sehat meskipun sudah
digalakkan pengenalan sanitasi melalui pemicuan STBM
-Sebagian masyarakat masih kurang peduli tentang IPAL Komunal yang telah terbangun (iuran jalan, namun
manajemen pengelolaan IPAL tidak jalan)
-Sudah adanya Paguyuban Pengelola IPAL (pertemuan rutin 3 bulan sekali)
-Masyarakat masih belum paham tentang jarak sumur dengan tangki septik minimal 10 m
-Sudah adanya Klinik Sanitasi di Puskesmas Kepanjen Kidul (konsultasi sanitasi)
-Sudah adanya komunitas STBM (Kader Anjangsana) pertemuan rutin sebulan sekali
-Sosialisasi Sedot Tinja dan Rintisan LLTT dan pelaksanaan melalui SIDOTI
7
SEKTOR AIR LIMBAH
DOMESTIK (1)
1. IPAL Komunal limbah domestic di 6. Belum adanya regulasi turunan
beberapa lokasi yang mengatur pengelolaan limbah
2. Sudah dibangun IPLT domestic
3. Adanya truk sedot tinja yang 7. Belum adanya pembinaan KSM
disediakan pemerintah Kota yang intensif di tingkat OPD
4. Ada program SIDOTI 8. Belum ada UPTD Pengelola ALD
5. Produk-produk kebijakan daerah 9. Program air limbah domestik
di sektor sanitasi sudah banyak belum terintegrasi secara lintas
disusun seperti Buku Putih Sanitasi, sektor dan lintas program
SSK, Studi EHRA, Kajian Air 10. Pokja Sanitasi sedang vakum
Limbah Kota Batu, dll 11. Anggaran Sanitasi belum
mencapai 2% dari APBD
8
SEKTOR AIR LIMBAH
DOMESTIK (2)
12. Adanya DAK khususnya untuk 17. Jamban yang dibangun masyarakat
pembangunan prasarana IPAL secara teknis tidak sesuai standar
Komunal 18. Banyak air sumur tercemar E.coli
13. Kawasan Wisata sebagian besar Kesadaran masyarakat untuk
bisa membangun IPAL Individu mengelola limbah domestik masih
14. Ketersediaan sumber dana dari kurang
Provinsi (APBN), APBD dalam 19. Kemampuan usaha menengah/
membangun dan memelihara kecil dalam membuat IPAL masih
prasarana IPAL Komunal kurang
15. Adanya Kelompok Swadaya 20. Masih banyak pembangunan Real
Masyarakat (KSM) maupun Estate yang belum menyediakan IPAL
Kelompok Pemanfaat dan Komunal.
Pemelihara (KPP) sebagai 21. Masih banyak masyarakat yang
pengelola dan pemelihara IPAL belum terlayani IPAL Komunal karena
REKOMENDASI KEBIJAKAN SANITASI KOTA BLITAR
OSumur Bebas E-Coli untuk menunjang program jamban sehat dan layak, menggalakkan
masyarakat untuk jarak sumur dengan tangki septik <10 m dan diuji oleh laboratorium
OWajib IPAL untuk area komersil dan area umum untuk pengolahan limbahnya
OPembangunan SPAL-D dan atau septitank komunal di permukiman padat dan sulit terjangkau
LLTT
ORumah Pro Sanitasi pemberian logo/stiker di depan rumah untuk rumah yang memiliki
sanitasi sehat dan layak serta ada pemilahan sampah basah dan kering
OKampung Pro Sanitasi untuk permukiman yang bebas BABS dan dan sampah rumah tangga
sudah dipilah basah dan kering dan akan dilombakan tiap tahunnya
OSekolah Pro Sanitasi yang dilengkapi sanitasi sehat dan layak dan juga berupa muatan lokal di
sekolah untuk mengenali sanitasi dan prakteknya dan akan dibuat lomba tiap tahunnya
OSosialisasi dan pemicuan sanitasi dilingkungan rawan serta penguatan pemberdayaan
masyarakat
OKeterpaduan program pengelolaan air limbah domestik, air minum, drainase, dan
persampahan dengan pendekatan kawasan/spasial.
OLayanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) untuk menunjang optimalisasi IPLT
10
SEKTOR 1
1
PERSAMPAHAN (1)
6. Belum ada database terkait
1. Ada 22 TPS dan 3 TPST beroperasi persampahan
2. Jumlah tenaga kerja di bidang 7. Ada Bank Sampah di tiap kelurahan
kebersihan mencapai 196 orang. 8. TPA Ngegong mempunyai TPST
3. TPA Ngegong masuk dalam RTRW tetapi belum optimal mengurangi
Kota Blitar sampah.
4. Pemkot sudah menangani sampah 9. TPA Ngegong sudah over capacity
hampir 100% ke TPA 10. Belum ada sinkronisasi lintas
5. Sudah ada masterplan persampahan program dan lintas sektor untuk
penanganan sampah secara terpadu
11. Belum ada regulasi turunan terkait
pengelolaan persampahan
12. Belum ada UPT khusus untuk
mengelola sampah di TPA
SEKTOR 1
2
PERSAMPAHAN (2)
13. Pengelola daerah pariwisata
yang cukup besar telah 18. Jumlah penduduk Kota Blitar
menyediakan alat angkut secara meningkat setiap tahun maka
mandiri untuk mengangkut jumlah timbulan sampah juga
sampah ke TPA Ngegong meningkat setiap tahun
14. Komunitas Bank Sampah di 19. Jaktranas menwajibkan
setiap kelurahan penanganan sampah sebesar
15. Ada kader lingkungan di tiap 70%
desa dan kelurahan 20. Belum ada kerjasama
16. Dukungan pendanaan dari pengelolaan persampahan
Pemerintah 17. Provinsi melalui dengan daerah Kab Blitar dan
satker dan pemerintah pusat daerah yang berbatasan dengan
(PUPR) Kota Blitar
SEKTOR DRAINASE (1)
O K E K U ATA N O KELEMAHAN

1. saluran menggunakan box 5. belum semua jaringan jalan mempunyai saluran


tepi
culvert, gorong2, U-gutter
6. Beberapa jalan utama mempunyai saluran tepi
2. adanya dokumen masterplan dengan kondisi baik sampai buruk
drainase 7. saluran pada jalan utama banyak terdapat
adanya peta jaringan irigasi sedimen, sampah, plengsengan yang rusak, dan
tumbuhan
3. ada Peraturan Walikota tentang
8. kurang operasional dan pemeliharaan pada
pembangunan sumur resapan bagi saluran-saluran tersier atau perkotaan
pemohon IMB Baru 9. kemiringan saluran yang cukup tinggi, air
4. Adanya Perda RTRW mengalir cukup deras sehingga membuat erosi
badan jalan 13
10. interkoneksi antara irigasi dengan drainase
11. daerah resapan berkurang, saluran drainase
SEKTOR DRAINASE (2)
O PELUANG O ANCAMAN

13. Ada dana DBHCHT untuk 16. Potensi banjir karena perubahan
pembangunan drainase iklim
17. Alih fungsi lahan menyebabkan
14. Saluran Drainase run off tinggi sehingga saluran tidak
terbangun di kawasan mampu menampung airt hujan
perumahan 18. pergeseran saluran irigasi
15. peran swasta dalam menjadi saluran drainase
pembangunan saluran 19. berkurangnya daerah resapan
karena perkembangan permukiman
drainase penduduk
14

Anda mungkin juga menyukai