Anda di halaman 1dari 32

DEMAM TYPHOID

Anggota kelompok :

• CANTIKA PUTRI RAHAYU (A1R19008)


• NADILA CANTIKAWATI (A1R19021)
• SINDI DWI AMBAR WATI (A1R19031)
• TITIN KURNIA WATI (A1R19033)
• 
DEFINISI
• Typhoid adalah penyakit infeksi akut usushalus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi
dan salmonella para thypiA,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan juga
paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).

• Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonellaThypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi
olehfeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella ( Bruner and Sudart, 2014).
ETIOLOGI
• Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri
salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut
getar, tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O
(somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella),
dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga
macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif
anaerob pada suhu 15-41 derajat celsius (optimum 37 derajat).
TANDA DAN GEJALA
• Batuk

• Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40hari • Epiktaksis


dengan rata-rata 10- 14hari • Lidah yang berselaput
• Demam meninggi sampai akhir minggu pertama • Hepatomegali, splenomegali,meteorismus
• Demam turun pada minggu keempat, • Gangguan mental berupa somnolen
kecuali demam tidak tertangani akan • Delirium / psikosis
menyebabkan syok, stupor, dan koma
• Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama
• Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan pada bayi muda sebagai penyakit demam akut
bertahan selama 2-3 hari dengan disertai syok dan hipotermia
• Nyeri kepala, nyeriperut
• Kembung, mualmuntah, diare, konstipasi
• Pusing, bradikardi, nyeriotot
PATOFISIOLOGI
• Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh
salmonella (biasanya ˃10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka
basil salmonella akan menembus sel- sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang
biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening mesenterika. (Lestari Titik,
2016).
• Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut
masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial
tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus. (Lestari Titik, 2016).
• Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga
nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman salmonella thhypi berkembang biak
dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala
infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan gangguan mental
koagulasi). (Lestari Titik, 2016).
• Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeriyang sedang
mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot,
serosa usus, dan mengakibatkan perforasi. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan
dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan
gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia plak peyeri, di
susul kembali, terjadi nekrosis pada minggu ke dua dan ulserasi plak peyeri pada mingu ke tiga.
selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan
sikatriks (jaringan parut).
• Sedangkan penularan salmonella thypi dapat di tularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F
yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses.
(Lestari Titik,2016).
PATHWAY
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Suriadi & Yuliani (2006, hal: 256) pemeriksaan penunjang demam tifoid adalah:
• Pemeriksaan darah tepi Leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia
• Pemeriksaan sumsum tulang Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang
• Biakan empedu Terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada pemeriksaan selama dua
kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan
betulbetul sembuh
• Pemeriksaan widal Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih, sedangkan titer terhadap
antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis karema titer H dapat
tetap tinggi setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Berdasarkan Lestari Titik, 2016, penatalaksanaan pada demam typhoid yaitu:
• Perawatan
• Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
• Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
• Diet
• Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
• Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
• Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
• Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
Obat-obatan
• Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid. Waktu penyembuhanbisa makan
waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika, seperti ampicilin, kloramfenikol, trimethoprim
sulfamethoxazole dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam typhoid di negara-negara
barat. Obat-obatan antibiotik adalah:
• Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau
intravena, selama 14 hari.
• Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol, diberikan ampisilin dengan dosis 200
mg/kgBB/hari, terbagi dalam3-4 kali. Pemberian intravena saat belum dapat minum obat, selama 21
hari.
• Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4 kali. Pemberian oral/intravena selama
21 hari.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Biodata Klien dan penanggungjawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya klien dirawat dirumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam, nyeri dan juga
pusing
2. Riwayat Kesehatan SekaranBiasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan juga
pusing, berat badan berkurang, klien mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien merasa
sakit diperut dan juga diare, klien mengeluh nyeri otot.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayatpenyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama • Palpasi : kesimetrisan taktil fremitus
(penularan). • Perkusi : suara paru (pekak, redup, sono, hipersonor,
a. Pemeriksaan Fisik timpani)

1. Pengkajian umum • Auskultasi : suara paru


a) Tingkat kesadaran: composmentis, apatis, 2) Jantung
somnolen,supor, dankoma
• Inspeksi : amati iktus cordis
b) Keadaan umum : sakitringan, sedang, berat
• Palpalsi : raba letak iktus cordis
c) Tanda-tanda vital,normalnya:
Tekanan darah : 95 mmHg • Perkusi : batas-batas jantung
Nadi : 60-120 x/menit • Auskultasi : bunyi jantung
Suhu : 34,7-37,3 0C
Pernapasan : 15-26 x/menit d) Pemeriksaan abdomen
• Inspeksi : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen,
2. Pengkajian sistem tubuh gerakan
a) Pemeriksaan kulit dan rambut • Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan
Kaji nilai warna, turgortekstur dari kulit dan rambut pasien • Perkusi : suara peristaltic usus
b) Pemeriksaan kepala dan leher Pemeriksaan mulai
• Auskultasi : frekuensi bising usus
darikepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji
kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan pada ndera
c) Pemeriksaan dada e) Pemeriksaan ekstremitas
1) Paru-paru • Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat
• Inspeksi : kesimetrisan, gerak napas bantu.
• Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
1. Riwayat prenatal : ibu terinfeksi TORCH selama hamil, preeklamsi, BB ibu tidak naik, pemantauan
kehamilansecara berkala. Kehamilan dengan resiko yang tidak dipantau secara berkala dapat mengganggu
tumbanganak
2. Riwayat kelahiran : cara melahirkan anak, keadaan anak saat lahir, partus lamadan anak yang lahirdengan bantuan
alat/ forcep dapat mengganggu tumbanganak
3. Pertumbuhan fisik : BB (1,8-2,7kg), TB (BB/TB, BB/U, TB/U), lingkarkepala (49-50cm), LILA, lingkar dada,
lingkar dada > dari lingkar kepala,
4. Pemeriksaan fisik : bentuk tubuh, keadaan jaringanotot (cubitan tebal untuk pada lengan atas, pantat dan juga paha
mengetahui lemak subkutan), keadaan lemak (cubitan tipis pada kulit dibawah tricep dan subskapular), tebal/ tipis
dan juga mudah / tidak akarnya dicabut, gigi (14- 16 biji), ada tidaknya udem, anemia dan gangguan lainnya.
5. Perkembangan : melakukan aktivitas secara mandiri (berpakaian) , kemampuan anak berlari dengan seimbang,
menangkap benda tanpa jatuh, memanjat, melompat, menaiki tangga,menendang bola dengan
seimbang, egosentris dan menggunakan kata ” Saya”, menggambar lingkaran, mengerti dengan kata kata,bertanya,
mengungkapkan kebutuhan dan keinginan, menyusun jembatan dengan kotak –kotak.
f. Pengkajian Pola Fungsional Gordon Yang perlu dikaji adalah fungsi indraklien dan kemampuan persepsi klien.
1. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan 7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat – sejahtera yang dirasakan, Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikapklien mengenai dirinya, persepsi
pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat, klien tentang kemampuannya, pola emosional, citra diri, identitas diri, ideal
pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif, ketaatan pada ketentuan diri, harga diri dan peran diri. Biasanya anak akan mengalami gangguan
media dan keperawatan. Biasanya anak-anak belum mengerti tentang emosional sepertitakut, cemas karena dirawat di RS.
manajemen kesehatan, sehingga perlu perhatian dari orang tuanya.
8. Pola peran hubungan
2. Pola nutrisi metabolic
Kaji kemampuan kliendalam berhubungan dengan orang lain. Bagaimana
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan klien, tipe kemampuan dalam menjalankan perannya
makanan dan cairan, peningkatan / penurunan berat badan, nafsu makan,
pilihan makan. 9. Pola reproduksi dan seksualitas

Pola eliminasi Kaji adakah efek penyakitterhadapseksualitas anak.

Yang perlu dikaji adalah poladefekasi klien, berkemih, penggunaan alat 10. Pola koping dan toleransi stress
bantu, penggunaan obat-obatan. Yang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam manghadapai
4. Pola aktivas latihan stress dan juga adanya sumber pendukung. Anak belum mampu untuk
mengatasi stress, sehingga sangat dibutuhkan peran dari keluarga terutama
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi, orangtua untuk selalu mendukung anak.
kemampuan untuk mengusahakanaktivitas sehari-hari (merawat diri,
bekerja), dan respon kardiovaskuler serta pernapasan saat melakukan 11. Pola nilai dan kepercayaan
aktivitas. Kaji bagaimana kepercayaan klien. Biasanya anak-anak belum terlalu
5. Pola istirahat tidur mengerti tentang kepercayaan yangdianut. Anak-anak hanyan mengikuti
dari orang tua.
Yang perludikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam,
bagaimana kualitas dan kuantitas tidurklien, apa ada gangguan tidur dan
penggunaan obatobatan untuk mengatasi gangguan tidur.
6. Pola kognitif persepsi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Devisit nutrisi ( D0019 )
• Hipertermi
• Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan peningkatan suhu tubuh.
INTERVENSI
1. Diagnosa :Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi • Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 8 jam diharapan
nutrisi demam dapat teratasi.
• Tujuan : Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 3x8jam diharapakan • Kriteria hasil :
nutrisi dapat terpenuhi
1. Suhu tubuh dalam rentang normal, antara 36,5 - 37,5 derajat celsius.
• Kriteria hasil :
2. Nadi dan pernafasan dalam rentang normal.
1. Adanya peningkatan berat badan.
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
2. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, tidak ada tanda malnutrisi.
• Tindakan :
3. Tidak terjadi penurunan berat badan berarti.
1. Kaji warna kulit
• Tindakan
2. Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam.
1. Kaji adanya alergi makanan.
3. Monitor TD, N dan RR.
2. Monitor adanya penurunan berat badan.
4. Identifikasi adanya penurunan tingkat kesadaran.
3. Monitor interaksi anak dengan orang tua.
5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
4. Monitor kulit kering, turgor kulit.
6. Beri kompres hangat pada sekitar axilla dan lipatan paha.
5. Catat jika ada mual dan muntah.
7. Beri pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
6. Anjurkan makan sedikit tapi sering
8. Kolaborasi pemberian obat antiperetik.
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan
2. Diagnosa: Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
3., Diagnosa :Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan peningkatan
suhu tubuh.
• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapan kekurangan caiaran tidak terjadi
• Kriteria hasil :
1. Tekanan darah nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
2. Tidak ada tanda- tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membram mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan.
• Tindakan :
1. Kaji status cairan termasuk intake dan output.
2. Monitor vital sign.
3. Monitor status dehidrasi (kelembaban membran mukosa).
4. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
5. Kolaborasi pemberian berikan cairan IV
EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawtan dalam mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan
perencanaan (Hutahaean Serri, 2010). Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakajn hubungan dengan klien, macam-macam evaluasi:
• Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan, dan ditulis
pada catatan perawatan.
• Evaluasi sumatif SOAP
Kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan, ditulis pada catatan perkembangan.

Hasil yang diharapkan pada anak setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah orang tua mengatakan demam berkurang dengan
suhu 36,5 °C, orang tua mengatakan nyeri sudah berkurang dan membantu mengontrol nyeri dengan tehnik non farmakologi,
orang tua mengatakan tidak terjadi penurunan BB secara signifikan. Tindakan selanjutnya mengobservasi keluhan klien dan
pemeriksaan tanda-tanda vital pasien.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DEMAM
TYPHOID

Ruangan : Flamboyan Nama ayah : Supriyanto


No. Reg : 11946645 Pendidikan ayah : SMA
Pengkajian diambil tanggal : 25 Maret 2021 Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Jam : 07.00 Pekerjaan ibu : Sulastri
  Agama : Islam
I.Identitas Klien Suku bangsa : Jawa
Nama / Jenis kelamin : an. A Diagnosa medis : Demam tifoid
Alamat : Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Tanggal masuk RS : 25 Maret 2021
Kabupaten T. Agung
Umur anak : 2 tahun
II. Riwayat Keperawatan
  • Pola kebiasaan : sering jajan di pinggir jalan, dan tidak cuci
Riwayat penyakit tangan.

1.1. Keluhan utama : sakit kepala, demam, diare dan nyeri.


1.2. Lama keluhan : 3 hari • Tumbuh kembang :
1.3. Akibat timbulnya keluhan : bb berkurang, - Tengkurap usia : 4 bulan
anorexia - Duduk usia : 8 bulan
1.4. Faktor yang memperberat : mual muntah - Berdiri usia : 11 bulan
  - Mengoceh usia : 5 bulan
• Riwayat penyakit sekarang : - Bicara usia : 10 bulan
Demam, nyeri otot, pusing, mual muntah, diare. Riwayat Imunisasi :
  BCG : usia 1 bulan
• Riwayat keperawatan dahulu : DPT : usia 3 dan 4 bulan
3.1. Pre natal :- Polio : usia 1, 2, 3, 4 bulan
3.2. Natal :- Campak : usia 9 bulan
3.3. Post natal :- HB : Usia bayi kurang dari 24 jam, usia 1,2,3,4
bulan
3.4 Luka / operasi : -
Meningitis: -
3.5. Allergi :-
 
4. Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada yang menderita penyakit menular.
5. Riwayat Psikososial : -
6. Riwayat seksual :-
7. Riwayat keluarga :
7.1. Komposisi keluarga terhadap :
Keluarga Inti : Ayah, Ibu, kakak.
7.2. Lingkungan rumah dan Komunitas : tetangga
8. Kultur dan kepercayaan : -
9. Fungsi dan hubungan keluarga : anak
10. Pola perilaku yang mempengaruhi kesehatan: sering menghisap jempol.
11. Persepsi keluarga terhadap anak : sayang
  Konjungtiva : normal
III. Pemeriksaan fisik 5. Telinga : normal
Anak dan neonatus 6. Hidung : normal
1. Keadaan umum : 7. Mulut : normal
• Kesadaran : normal 8. Tenggorokan : normal
• BB : 11 kg
9. Leher : normal
• TB : 80 cm
• LL :- 10. Dada : normal
2. Tanda – tanda vital : 11. Paru – paru : normal
Tensi : 90/60 mmHg Nadi : 90 Suhu : 12. Jantung : normal
38,5 C 13. Abdoment : kembung
Pernafasan : 35 14. Ginjal : normal
3. Kepala dan wajah 15. Genetalia : normal
- Rambut kepala : sehat 16. Axstremits : normal
- Bentuk kepala : simetris 17. Rektum : normal
- Ukuran – ukuran kepala : normal 18. Neurologi : normal
- UUB :- 19. Endokrin : normal
- UUK :-
4. Mata : Sklera: normal
   
IV. Pola Kesehatan Fungsional  
 1. Nutrisi / Makan / Minum : makan 3 kali sehari, VI. Persepsi Keluarga Terhadap Penyakit Anaknya :
minum 1,3 liter, nutrisi kurang Keluarga sangat khawatir dengan kondisi kesehatan
2. Eliminasi : BAK/BAB 7/2 anaknya
3. Istirahat dan tidur : 12 jam/hari  
4. Aktivitas dan latihan : bermain aktif VII. Penatalaksanaan Dan Terapi :
  -
V. Pemeriksaan Penunjang : VIII. Pengkajian Tumbuh Kembang :
( Hasil Laboratorium dan Hasil Pemeriksaan Lain ) * Sebelum sakit : bertumbuh sesuai dengan
- perkembangan usia
* Selama sakit : tampak lemas, lesu, berat badan
 
berkurang dakibatkan mual muntah.
 
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai