Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA CHILD ABUSE

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA 2


KONSEP
CHILD ABUSE
PENGERTIAN
• Child abuse merupakan salah satu masalah family violence,
juga dikenal dengan kekerasan fisik pada anak-anak (Yosef, I &
Sutini, T, 2007).
• Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan
orangtua atau orang yang merawat anak yang mengakibatkan
anak menjadi terganggu mental maupun fisik, perkembangan
emosional, dan perkembangan anak secara umum. Sementara
menurut U.S Departement of Health, Education and
Wolfare memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan
fisik atau mental, kekerasan seksual dan penelantaran terhadap
anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang yang
seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak,
sehingga keselamatan dan kesejahteraan anak terancam.
TIPE-TIPE CHILD ABUSE
Beberapa tipe child abuse diantaranya physical abuse,
emotional abuse, sexual abuse, dan neglect. (Yosef, I &
Sutini, T 2007)
• Kekerasan psikologis termasuk ancaman verbal seperti
menyalahkan, teriakan, nama panggilan menggunakan
sindiran.
• Kekerasan emosional sering dikaitkan dengan tipe
kekerasan yang lain seperti kekerasan fisik dan kekerasan
seksual.
• Kekerasan seksual meliputi perilaku seksual yang
dilakkan seorang dewasan pada anak-anak dibawah usia
18 tahun.
• Tipe berulang-ulang kekerasan meliputi eksploitasi seperti
membuat, mempromosikan dan menjual pornografi.
KEKERASAN PADA ANAK
DENGAN PENGABAIAN
rata-rata adalah penganiayaan termasuk di
dalamnya menolak membawa kepelayanan
kesehatan atau menunda datang ke pelayanan
kesehatan, supervise yang tidak adekuat,
eksploitasi hukuman, memberi ijin anak untuk
membolos, tidak dapat bergaul dengan teman
sebayanya di sekolah. Penelantaran
anak/kelalaian, yaitu: kegiatan atau behavior yang
langsung dapat menyebabkan efek merusak pada
kondisi fisik anak dan perkembangan
psikologisnya.
GAMBARAN KLINIS
Akibat pada fisik :
• Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah
tulang, perdarahan retina akibat dari adanya subdural
hematom dan adanya kerusakan organ dalam
lainnya. Sekuel/cacat sebagai akibat trauma,
misalnya jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan
pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya,
kematian.
Akibat pada tumbuh kembang
• Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari
anak2 sebayanya yang tidak mendaapat perlakuan
salah.
• Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan:
LANJUTAN
• Kecerdasan
 Berbagai penelitian melaporkan terdapat
keterlambatan dalam perkembangan
kognitif, bahasa, membaca, dan motorik.
 Retardasi mental dapat diakibatkan trauma
langsung pada kepala, juga karena
malnutrisi.
 Pada beberapa kasus keterlambatan ini
diperkuat oleh tidak adanya stimulasi yang
adekuat atau karena gangguan emosi.
LANJUTAN
• Emosi
 Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan
kosnep diri yang positif, atau bermusuh dalam
mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan
sosial dengan orang lain, termasuk kemampuan
untuk percaya diri.
 Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak
menjadi agresif atau bermusuhan dengan orang
dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarik
diri/menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol,
hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal
sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.
LANJUTAN

• Konsep Diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak
dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas
dan bahkan ada yang mencoba bunuh diri.
• Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih agresifterhadap
teman sebayanya. Sering tindakan agresif tersebut meniru tindakan orangtua
mereka atau mengalihkan perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai
hasil miskinnya konsep diri.
• Akibat dari penganiayaan seksual
Tanda-tanda penganiayaan seksual antara lain:
 Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal, sekret
vagina, dan perdarahan anus.
 Tanda gangguan emosi, misalnya konsentrasi berkurang, enuresis,
enkopresis, anoreksia, atau perubahan tingkah laku.
 Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan
umurnya. Pemeriksaan alat kelamin dilakuak dengan memperhatikan vulva,
himen, dan anus anak.
INDIKATOR FISIK DAN PERILAKU
PADA CHILD ABUSE
INDIKATOR FISIK INDIKATOR PERILAKU
Aniaya Fisik Aniaya Fisik
Kerusakan kulit: - Takut kontak dengan orang
- Memar dengan berbagai lain
tingkat penyembuhan - Prihatin ketika anak
- Luka bakar menangis
- Lecet dengan goresan - Waspada atau ketakutan
Kerusakan Skeletal
- Fraktur
- Luka pada mulut bibir,
rahang, mata, perineal.
Penelantaran/Pengabaian Penelantaran/pengabaian
- Kelaparan
- Pengemis
- Kebersihan diri kurang
- Sendiri tanpa
- Pakaian tidak terurus
pengasuh tanpa
- Tidak diurus dalam waktu
waktu yang panjang
lama
- Penjahat, pencuri
- Tidak pernah periksa
- Datang cepat dan
kesehatan
pulang lambat dari
sekolah
- Melaporkan tidak
ada pengasuh
- Pasif, agresif
LANJUTAN

INDIKATOR FISIK INDIKATOR PERILAKU


Aniaya seksual Aniaya seksual
- Sukar jalan - Tidak percaya pada
dan duduk orang lain Disfuungsi
- Pakaian kognitif dan motorik
dalam - Defisit kemampuan
berdarah, personal dan sosial
bernoda - Lari dari rumah
- Genital - Ketergantungan obat
gatal - Depresi dan ide bunuh
- Memar dan diri
berdarah - Melaporkan aniaya
pada seksual
parineal - Psikotik
- Penyakit
kelamin
- Ketergantu
ngan obat
- Pertumbuh
an dan
perkemban
gan
terlambat
- Hamil
pada usia
PENYEBAB

Menurut Helfer dan Kempe dalam Pillitery


ada 3 faktor yang menyebabkan child
abuse, yaitu:
• Orang tua memiliki potensi untuk melukai
anak-anak.
• Menurut pandangan orang tua anak
terlihat berbeda dari anak lain. 
• Adanya kejadian khusus
FAKTOR PENYEBAB CHILD ABUSE
• Stress yang Berasal dari Anak
 Fisik berbeda
 Mental berbeda
 Temperamen berbeda
 Tingkah laku berbeda
 Anak angkat

• Stress keluarga
 Kemiskinan dan pengangguran
 Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai
 Perceraian
 Anak yang tidak diharapkan
LANJUTAN
• Stress Berasal dari Orangtua
 Rendah diri
 Masa kecil dapat perlakuan yang salah
 Harapan yang tidak realistis pada anak

• Perilaku
Child abuse dibagi dua bagian yaitu anak
sebagai korban dan sebagai saksi atau yang
menyaksikan perilaku kekerasan.
PERILAKU ANAK AKIBAT MENGALAMI ATAU MENYAKSIKAN
KEKERASAN PADA ANAK

BAYI PRA SEKOLAH SEKOLAH REMAJA


1. Gangguan 1. Perasaan tidak 1. Peningkatan 1. Perasaan marah,
aman penggunaan malu, dan
kasih sayang kekerasan pengkhianatan

2. Gangguan Pola 2. Teriakan, mudah 2. Melakukan 2. Bolos sekolah,


tidur dan makan marah, bersembunyi, kekerasan di dalam aktivitas seksual dini,
bicara gagap, tanda- rumah penyalahgunaan zat,
tanda teror kenakalan remaja

3. Resiko injuri fisik 3. Beberapa keluhan 3. Malu 3. Kurang berespon


somatik dan perilaku
regresif

4. Masalah makan 4. Perilaku cemas 4. Mengganggu, 4. Kehilangan


dan tidur kurang perhatian dan memori masa kecil
waspada

5. Sering Menangis 5. Memisahkan diri 5. Respon emosional 5. Sikap Bertahan


dan ansietas tinggi yang abnormal
  6. insomnia, tidur 6. Keluhan 6. Perhatian rendah
berjalan, mimpi psikosomatik
buruk, dan ngompol

    7. Tidak kooperatif,  
curiga, dan perilaku
DAMPAK CHILD ABUSE

• Dampak kekerasan fisik


• Dampak kekerasaan psikis
• Dampak kekerasan
• Dampak kekerasan seksual
• Dampak penelantaran anak
• Dampak yang lainnya
EVALUASI DIAGNOSTIK
Diagnostik perlakuan salah dapat
ditegakkan berdasarkan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik yang
teliti, dokumentasi riwayat
psikologis yang lengkap, dan
laboratorium.
RIWAYAT PENYAKIT DAN PEMERIKSAAN
FISIK

• Penganiayaan fisik
Tanda patogomonik akibat penganiayaan anak dapat berupa:
 Luka memar, terutama di wajah, bibir, mulut, telinga, kepala, atau
punggung.
 Luka bakar yang patogomonik dan sering terjadi: rokok, pencelupan
kaki-tangan dalam air panas, atau luka bakar berbentuk lingkaran pada
bokong.
 Luka bakar akibat aliran listrik seperti oven atau setrika.
 Trauma kepala, seperti fraktur tengkorak, trauma intrakranial,
perdarahan retina, dan fraktur tulang panjang yang multipel dengan
tingkat penyembuhan yang berbeda.
 Trauma abdomen dan toraks lebih jarang dibanding trauma kepala dan
tulang pada penganiayaan anak. Penganiayaan fisik lebih dominan
pada anak di atas usia 2 tahun.
LANJUTAN
• Pengabaian
 Pengabaian non organic failure to thrive, yaitu suatu
kondisi yang mengakibatkan kegagalan mengikuti
pola pertumbuhan dan perkembangan anak yang
seharusnya, tetapi respons baik terhadap
pemenuhan makanan dan kebutuhan emosi anak.
 Pengabaian medis, yaitu tidak mendapat
pengobatan yang memadai pada anak penderita
penyakit kronik karena orangtua menyangkal anak
menderita penyakit kronik. Tidak mampuimunisasi
dan perawatan kesehatan lainnya. Kegagalan yang
disengaja oleh orangtua juga mencakup kelalaian
merawat kesehatan gigi dan mulut anak sehingga
mengalami kerusakan gigi.
LANJUTAN

• Penganiayaan Seksual
Tanda dan gejala dari penganiayaan seksual terdiri dari:
 Nyeri vagina, anus, dan penis serta adanya perdarahan atau
sekret di vagina.
 Disuria kronik, enuresis, konstipasi atau encopresis.
 Pubertas prematur pada wanita
 Tingkah laku yang spesifik: melakukan aktivitas seksual dengan
teman sebaya, binatang, atau objek tertentu. Tidak sesuai
dengan pengetahuan seksual dengan umur anak sertatingkah
laku yang menggairahkan.
 Tingkah laku yang tidak spesifik: percobaan bunuh diri, perasaan
takut pada orang dewasa, mimpi buruk, gangguan tidur, menarik
diri, rendah diri, depresi, gangguan stres post-traumatik,
prostitusi, gangguan makan, dsb.
LABORATORIUM
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakuak skrining
perdarahan. Pada penganiayaan seksual, dilakukan
pemeriksaan:
• Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam
72 jam setelah penganiayaan seksual.
• Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk
genokokus.
• Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B.
• Analisa rambut pubis.
CT-SCAN
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan
diagnosis perlakuan salah pada anak, yaitu untuk:
• Identifiaksi Fokus dari Jejas
• Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2
tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti tulang,
sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun hanya perlu
dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan
dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik.
LANJUTAN
• CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan
kronik, hanya diindikasikan pada penganiayaan anak atau
seorang bayi yang mengalami trauma kepala yang berat.
• MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang
subakut dan kronik seperti perdarahan subdural dan sub
arakhnoid.
• Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi
visceral.
• Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang
mengalami penganiayaan seksual.
PENATALAKSANAAN
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada
anak adalah melalui:
• Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan
program yang ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat.
 Prevensi Primer-tujuan: promosi orangtua dan keluarga sejahtera
Individu :
o Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat ibadah, dan
masyarakat
o Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian konflik
o Pendidikan seksual pada remaja yang beresiko
o Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang merawat bayi
o Pelayanan referensi perawatan jiwa
o Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi dini perilaku
kekerasan
LANJUTAN
 Keluarga :
o Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah, institusi di
masyarakat
o Memfasilitasi jalinan kasih social pada orangtua baru
o Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak lanjut
(follow up)
o Pelayanan social untuk keluarga
 Komunitas :
o Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam keluarga
o Mengurangi media yang berisi kekerasan
o Mengembangkan pelayanan dukungan masyarakat, seperti:
pelayanan krisis, tempat penampungan anak/keluarga/usia
lanjut/wanita yang dianiaya
o Kontrol pemegang senjata api dan tajam.
LANJUTAN
 Prevensi Sekunder-tujuan: diagnosa dan tindakan bagi keluarga
yang stress
Individu :
o Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian kekerasan pada
keluarga pada tiap pelayanan kesehatan
o Rencana penyelamatan diri bagi korban secara education
o Pengetahuan tentang hukum untuk meminta bantuan dan
perlindungan
o Tempat perawatan atau “Foster home” untuk korban
Keluarga :
o Pelayanan masyarakat untuk individu dan keluarga
o Rujuk pada kelompok pendukung di masyarakat (self-help-group).
Misalnya: kelompok pemerhati keluarga sejahtera
o Rujuk pada lembaga/institusi di masyarakat yang memberikan
pelayanan pada korban
LANJUTAN
Komunitas :
o Semua profesi kesehatan terampil memberikan pelayanan pada
korban dengan standar prosedur dalam menolong korban.
o Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam memberi respon,
melaporkan, pelayanan kasus, koordinasi dengan penegak
hukum/dinas sosial untuk pelayanan segera
o Tim pemeriksa mayat akibat kecelakaan/cedera khususnya bayi
dan anak.
o Peran serta pemerintah: polisi, pengadilan, dan pemerintah
setempat
o Pendekatan epidemiologi untuk evaluasi
o Kontrol pemegang senjata api dan tajam
LANJUTAN
 Prevensi Tertier-tujuan: redukasi dan rehabilitasi keluarga dengan
kekerasan
Individu :
o Strategi pemulihan kekuatan dan percaya diri bagi korban
o Konseling profesional pada individu
Keluarga :
o Redukasi orangtua dalam pola asuh anak
o Konseling profesional bagi keluarga
o Self-help-group (kelompok peduli)
Komunitas :
o “Foster home”, tempat perlindungan
o Peran serta pemerintah
o “Follow up” pada kasus penganiayaan dan kekerasan
o Kontrol pemegang senjata api dan tajam
LANJUTAN
• Sekolah
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan
yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, dan bagian lain dalam
pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya
sangat pribadi dan harus dijaga agar tidak diganggu orang lain.
• Penegak Hukum dan Keamanan
Hendaknya UU No. 4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat
ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua
bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa
“anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya
secara wajar.
• Media Massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti
oleha artikel-artikel pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada
anak baik jangka pendek maupun jangka panjang diberitakan agar
program pencegahan lebih ditekankan.
ASUHAN KEPERAWATAN

CHILD ABUSE
PENGKAJIAN
Pengkajian pada anak yang mengalami potensial dan actual
child abuse adalah diawali dengan pemeriksaan fisik dan
menanyakan riwayat kejadian dari child abuse. Pada riwayat
tanyakan tentang bagaimana perasaan mengalami
kekerasan, apakah itu merupakan stress yang tinggi untuk
anak dan keluarga. Kaji juga tentang nilai personal dan
pengalaman masa lalu, pada perawat hindari perasaan
menghakimi terhadap korban. Sangat penting dalam
melakukan komunikasi menjaga kejujuran dan sikap terbuka
tidak menyalahkan dan memperlakukan anak atau orangtua.
Ciptakan lingkungan yang tenang, privat dan bebas dari
kebisingan.
LANJUTAN
• Anamnesa
 Identifikasi orangtua yang memiliki anak yang ditempatkan dirumah
orang lain atau saudaranya untuk beberapa waktu.
 Identifikasi adanya riwayat abuse pada orang tua, anak maupun dalam
keluarga,
 Kaji riwayat psikiatri orang tua
 Identifikasi situasi krisis yang dapat menimbulkan abuse.
 Identifikasi bayi atau anak yang memerlukan perawatan dengan
ketergantungan tinggi (seperti premature, bayi berat lahir rendah,
intoleransi makanan, ketidakmampuan perkembangan, hiperaktif dan
gangguan kurang perhatian).
 Monitor reaksi orangtua observasi adanya rasa jijik, takut atau kecewa
dengan jenis kelamin anak yang dilahirkan.
 Kaji pengetahuan orang tua tentang kebutuhan dasar anak dan
perawatan anak.
 Kaji respon psikologis pada trauma.
 Kaji keadekuatan dan adanya support system.
 Situasi keluarga.
LANJUTAN
FOKUSPENGKAJIAN
• Psikososial
 Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau.
 Gagal tumbuh dengan baik
 Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor dan
psikososial
 With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa
• Musculoskeletal
 Fraktur dislokasi
 Adanya trauma/cedera
• Perilaku
 Hiperaktif, postur kaku, tangan mencengkram (masalah : resiko
kekerasan langsung oleh orang lain).
 Menolak umpan balik positif
 Mengungkapkan negative thinking
 Mengungkapkan kesalahan diri
LANJUTAN

 Tidak ada kontak mata


 Pasif
 Sering mengalami kegagalan
 Ragu-ragu
• Genito urinaria
 Infeksi saluran kemih
 Pervagina
 Pada vagina/penis
 Nyeri waktu miksi
 Laserasi pada organ genetalia eksterna, vagina dan anus.
• Integument
 Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)
 Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi
 Tanda-tanda gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan
 Bengkak
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Sindroma trauma perkosaan.
• Ketidakberdayaan
• Keputusasaan.
• Ketakutan.
• Ansietas.
• Gangguan konsep diri, yaitu harga diri rendah.
• Resiko isolasi sosial.
• Risiko bunuh diri.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Terapi untuk anak :
• Harus diusahakan supaya anak berada dalam keadaan aman.
• Anak sebaiknya dikonsulkan ke dokter jiwa atau psikolog.
• Secara psiko edukatif anak dibantu untuk menghadapi dirinya dan
lingkungannya.
• Mendorong anak membicarakan dengan terapisnya apa yang telah
dialaminya, dengan teknik proyeksi misalnya : bermain, menggambar
dan lainnya.
Terapi untuk orang tua :
 Sebelum terapi terlebih dahulu dilakukan evaluasi :
• Kepribadian dan psikopatologi pada ayah dan ibu
• Mengapa orangtuanya menganiaya Sedangkan yang lain
membiarkan terjadi
• Apakah penganiayaan baru terjadi atau sudah lama
• Motivasi untuk partisipasi dalam terapi
 Mengurai atau menghilangkan stressor psikososial
 Mengurangi akibat psikologis yang negatif dari stressor pada ibu atau ayah
ANY QUESTION???
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai