Anda di halaman 1dari 10

Pemetaan Risiko

PENDAHULUAN....
Pemetaan risiko merupakan kelanjutan dari tahap pengukuran risiko, dalam arti luas pemetaan risiko pada prinsipnya
merupakan penyusunan risiko berdasarkan kelompok-kelompok tertentu sehingga manajemen dapat mengidentifikasi
karakter dari masing-masing risiko dan menetapkan tindakan yang sesuai terhadap masing-masing risiko.
Sejalan dengan prinsip ekonomi, yaitu terbatasnya sumber daya perusahaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan,
pemetaan risiko selalu di kaitkan dengan penyusunan prioritas, dengan demikian penetapan risiko berarti proses
penetapan prioritas dalam penanganan risiko dari keseluruhan risiko yang berhasil diidentifikasi.

Teknik Pemetaan
Risiko berkaitan dengan 2 dimensi : (1). Probabilitas terjadinya risiko (2). Dampanya bila risiko tersebut terjadi
1.Probabilitas, menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko akan terjadi, semakin tinggi kemungkinan suatu risiko
akan terjadi semakin perlu mendapatkan perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan suatu risiko terjadi
semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risikoyang bersangkutan. Umumnya
probabilitas dibagi ke dalam tiga kategori: Tinggi, Sedang, Rendah.
2. Dampak, yaitu tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi kalau risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi
kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko,semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin
rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan
sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak di bagi ke dalam tiga tingkat :
Tinggi, Sedang, Rendah.
Matriks antara kedua dimensi menghasilkan 4 kuadran utama.

Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai
tinggi.

Kuadran II merupakan area yang dihuni oleh risiko-risiko dalam prioritas II. Ciri dari risiko dalam kuadran II adalah
mereka yang memiliki tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dampaknya bila risiko
tersebut menjadi kenyataan tinggi. Ini artinya, risiko-risiko dalam kuadran II cukup jarang terjadi.

Kuadran III dihuni oleh risiko-risiko dengan skala prioritas III. Risiko dalam kelas ini memiliki tingkat probabilitas
kejadian yang tinggi, namun dampaknya rendah.

Kuadran IV dihuni oleh berbagai risiko dengan skala prioritas IV. Risiko dalam Kelas ini memiliki tingkat
probabilitas kejadian yang rendah.
Pengukuran Dimensi
1. Suatu probabilitas dapat di ukur dengan menggunakan data historis selama perusahaan mampu mengumpulkan data
data yang terkait dengan risiko yang di analisis. Pada umumnya perusahaan memiliki data untuk perhitungan risiko
keuangan. Kalaupun perusahaan tidak memiliki, banyak lembaga menyimpan data yang di perlukan. Namun ada
beberapa masalah yang menyebabkan perusahaan tidak dapat mengukur probabilitas dengan menggunakan data
historis, yaitu :
a) Data yang spesifik perusahaan untuk mengukur suatu risiko tidak lengkap
b) Ada data, tetapi tidak memenuhi persyaratan statistik
Karena masalah di atas, manajemen atau analis dapat memilih alternatif untuk menggunakan data prediksi. Data
prediksi di gunakan jika dalam keadaan: Optimis, Moderat,dan Pesimis.
Yang harus dilakukan adalah menetapkan probabilitas dan hasil atau outcome untuk masing-masing keadaan tersebut.
Berdasarkan data probabilitas dan hasil, analisis sudah dapat di lakukan.
Lanjutan...
2. Dampak berarti beserta akibat bila risiko benar-benar terjadi. Pertanyaannya, apakah ukuran dampak? Untuk
risiko keuangan, ukuran dari dampak sudah jelas : Rupiah, atau nilai uang. Maksudnya, bila risiko keuangan jenis X
terjadi, besar dampak bisa di ukur dalam rupiah. Bagaimana dengan ukuran dampak bagi risiko yang bukan
keuangan? Saat ini banyak upaya untuk mengukur dampak risiko non keuangan dengan ukuiran unit rupiah. Salah
satunya adalah dengan ukuran VaR (value at Risk). Yang bisa di ukur dengan VaR adalah :
a. Risiko Operasional
b. Risiko Strategis
c. Risiko Eksternalitas
Namun ukuran dampak tidak selalu diukur dalam satuan Rupiah, demikian juga eksposur, yaitu ukuran yang rentan
terhadap risiko, juga tidak selalu dengan Rupiah. Eksposur yang mendapat perhatian perusahaan, sebagian besar
eksposur strategis tidak dalam ukuran Rupiah. Misalnya, ukuran kepuasan konsumen berupa sebuah indeks. Ukuran
kepuasan karyawan juga dalam sebuah indeks.
Kuantifikasi Risiko
Bagaimana menyatukan ukuran kedua dimensi ke dalam satu peta? Ada dua cara yang bisa di lakukan oleh
perusahaan. Cara pertama, nilai probabilitas dan dampak di transfer ke dalam skala dari 1 sampai 10. Semakin rendah
probabilitas kejadian suatu risiko, semakin rendah pula skalanya. Semakin mendekati kepastian bahwa suatu risiko
akan terjadi, risiko yang bersangkutan mendapatkan skala 10. semakin kecil dampak yang ditimbulkan bila suatu
risiko terjadi, skala dampaknya semakin mendekati.
Bagaimana cara menetapkan skala probabilitas dan dampak untuk setiap risiko? Sumber informasinya adalah mereka
yang di anggap ahli. Penetapan skala bisa di lakukan dengan wawancara atau berbagai model yang layak untuk di
terapkan. Ada yang menggunakan model focus groupdiscussion dengan melibatkan beberapa orang ahli di berbagai
bidang. Ada ajug yang mengguakan model Delphi. Dengan model ini, penetapan skala di lakukan beberapa tahap
sampai diperoleh agka yang konvergen untuk setiap dimensi masing-masing risiko.
Pertanyaannya, sampai berapa rendah nilai suatu risiko sehingga manajemen masih perlu memperhatikan risiko yang
bersangkutan atau mengabaikannya saja? Pada dasarnya, tidak ada hukum atau rumusan yang pasti. Hal ini sangat
tergantung pada dua faktor utama.
Pertama, ketersediaan sumber daya. Bisa saja manajemen memperhatikan dan mengalokasikan sumber dayanya untuk
menangani risiko dengan nlai yang kecil. Namun, manajemen perlu yakin bahwa biaya yang dialokasikan untuk
menangani risiko yang bersangkutan lebih kecil dibandingkan dengan manfaat, hasil, atau penghematan, yang
diharapkan dari terhindarnya risiko yang bersangkutan.
Kedua, selera manajemen terhadap risiko, atau sering disebut dengan risk apetite. Semakin tinggi selera manajemen
terhadap risiko, semakin berani manajemen mengambil risiko. Ini artinya, batas bawah nilai risiko avanya untuk
menangani risiko semakin tinggi. Yang dimaksudkan dengan batas bawah risiko di sini adalah nilai batas risiko antara
risiko yang masuk ke dalam kiteria risiko dalam prioritas penanganan dan risiko yang dapat diabaikan. Terkadang
manajemen perlu juga menjumlahkan nilai risiko secara total. Semakin besar total nilai, perusahaan semakin
kompleks menghadapi risiko.
Para pakar keuangan khususnya pakar investasi, sadar betul banwa prinsip keuangan adalah "semakin tinggi risiko,
semakin tinggi tingkat pengembalan". Itulah sebabnya, inti persoalannya bukan pada menghilangkan risiko tetapi
bagaimana menyeimbangkan risiko dengan tingkat pengembaliannya.
Pada prinsipnya pemetaan berikut ini bisa diterapkan untuk risiko-risiko yang:
1. Dapat diukur nilai ekspektasi dari aset atau transaksi yang berisiko dan tingkat risiko berupa standar deviasi
atau sensitivitasnya.
2. Antara risiko yang satu dengan lainnya dapat diukur koefisien korelasinya.
Bentuk Peta Risiko

Peta risiko yang memenuhi kedua hal tersebut, atau peta risiko portofolio, menggunakan dua dimensi : ekspektasi dari
aset atau transaksi berisiko dan tingkat risiko (yang diukur menggunakan standar deviasi atau sensitivitas). Untuk
risiko keuangan, tingkat sensitivitas diukur dengan berbagai macam. Untuk risiko saham, misalnya, ukuran yang bisa
dipakai adalah beta. Untuk risiko suku bunga, tingkat sensitivitas yang bisa dipakai adalah durasi yang dimodifikasi.
Titik A menunjukkan suatu aset yang sama dengan titik B, tetapi tingkat risiko A lebih rendah dibandingkan dengan
titik B. Dengan memegang prinsip "semakin tinggi risiko semakin tinggi tingkat pengembalian" Anda akan memilih A
daripada B, karena A memberi tingkat pengembalian yang sama dengan B tetapi dengan tingkat risiko yang lebih
rendah.

Titik C inferior terhadap A artinya sangat tidak menarik karena tingkat pengembaliannya lebin rendah dari titik-titik
A, B, maupun E, tetapi tingkat risikonya jauh lebih tinggi dibanding ketiga titik tersebut. Titik A tentunya lebih baik
karena memiliki ekspektasi nilai lebih tinggi untuk tingkat risiko yang sama dengan titik E. Artinya, titik E inferior
terhadap titik A. Titik D memiliki nilai ekspektasi lebih rendah dari titik A tetapi juga tingkat risiko yang lebih rendah
dari A. Bila Anda penghindar risiko pilihlah D. Bila Anda pencinta risiko, pilihlah A.
Hasil Diversifikasi
Koefisien korelasi menunjukkan apakah kedua titik tersebut memiliki kecenderungan bergerak yang searah dengan
sangat kuat, searah tetapi tidak kuat, berlawanan sangat kuat berlawanan tetapi tidak terlalu kuat, atau acak. Koefisien
korelasi +1 (plus satu) berarti keduanya pasti searah dengan proporsi besaran yang sama. Koefisien korelasi -1 (minus
1) berarti keduanya pasti berlawanan arah dengan proporsi besaran yang sama. Koefisien korelasi berkisar antara
kedua angka tersebut.
Pada prinsipnya, model pemetaan seperti ini tidak terbatas untuk risiko keuangan saja. Risiko lain, termasuk risiko
strategis, juga dapat dipetakan dengan cara di atas selama memenuhi persyaratan. Bahkan, dalam praktik, perusahaan
sering menerapkannya untuk diversifikasi produk, diferensiasi produk, pengembangan pasar, dan lainnya. Model di
atas dapat digunakan sebagai pertimbangan sebelum mengambil tindakan pengembangan portofolio usaha, untuk
memastikan bahwa perusahaan akan menambah tingkat pengembalian atau nilai ekspektasi denan sekaligus menekan
risiko.
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai