0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan10 halaman
Asma adalah kondisi dimana saluran udara menjadi sempit dan membengkak sehingga menyulitkan pernafasan. Di Indonesia, prevalensinya adalah 2,4% pada 2018 dengan 3 provinsi teratas yakni Yogyakarta, Kalimantan Timur, dan Bali. Penyebabnya dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal seperti infeksi, iritasi, dan polusi udara. Gejalanya antara lain sesak napas, batuk kering, dan wheezing. Diagn
Asma adalah kondisi dimana saluran udara menjadi sempit dan membengkak sehingga menyulitkan pernafasan. Di Indonesia, prevalensinya adalah 2,4% pada 2018 dengan 3 provinsi teratas yakni Yogyakarta, Kalimantan Timur, dan Bali. Penyebabnya dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal seperti infeksi, iritasi, dan polusi udara. Gejalanya antara lain sesak napas, batuk kering, dan wheezing. Diagn
Asma adalah kondisi dimana saluran udara menjadi sempit dan membengkak sehingga menyulitkan pernafasan. Di Indonesia, prevalensinya adalah 2,4% pada 2018 dengan 3 provinsi teratas yakni Yogyakarta, Kalimantan Timur, dan Bali. Penyebabnya dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal seperti infeksi, iritasi, dan polusi udara. Gejalanya antara lain sesak napas, batuk kering, dan wheezing. Diagn
Dosen Pengampu Prof. Dr. Drs. Yufri Aldi M.Si. Apt Pengertian
Kondisi ketika saluran udara
meradang, sempit dan membengkak, dan menghasilkan lendir berlebih sehingga menyulitkan bernapas. Epidemiologi Tahun 2018 di indonesia tersebar 2,4 persen. 16 provinsi mempunyai prevalensi penyakit asma yang melebihi angka nasional. Dari 16 provinsi tersebut terdapat tiga paling atas yaitu yogyakarta, kalimantan timur, dan bali. Sedangkan paling sedikit sumatera utara sebesar 1%. Etiologi Faktor ekstrinsik Reaksi antigen-antibodi karena inhalasi alergen (debu, serbuk- serbuk, bulu-bulu binatang). Faktor intrinsik Infeksi sepertti para influenza virus, pneumonia, mycoplasma. Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan; kimia. Polusi udara ( CO, asap rokok, parfum ). emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus. Faktor risiko a. Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit asma atau b. alergi atopik (kondisi yang berkaitan dengan alergi, misalnya alergi makanan dan eksim). c. Mengidap penyakit bronkiolitis atau infeksi paru-paru saat masih kecil. d. Lahir dengan berat badan di bawah normal, yaitu kurang dari dua kilogram. e. Kelahiran prematur, terutama jika membutuhkan ventilator. f. Terpapar asap rokok saat masih kecil. Klasifikasi derajat asma
manifestasi klinis 1. Fatigue. 2. Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, 8. Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan, cuping hidung, bermain, berjalan, bahkan bicara. retraksi dada,dan stridor. 3. Kecemasan, labil dan perubahan tingkat 9. Batuk kering ( tidak produktif ) karena sekret kesadaran. kental dan lumen jalan nafas sempit. 4. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior 10. Tachypnea, orthopnea. (barrel chest) akibat ekshalasi yang sulit karena 11. Auskultasi :Wheezing, ronki kering musikal, udem bronkus sehingga kalau diperkusi ronki basah sedang. hipersonor. 12. Diaphoresis 13. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot 5. Serangan yang tiba-tiba atau berangsur. abdomen dalam pernafasan. 6. Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis. 7. X foto dada : atelektasis tersebar, “Hyperserated” KOMPLIKASI a) Masalah psikologis (cemas, stres, atau depresi). b) Menurunnya performa di sekolah atau di pekerjaan. c) Tubuh sering terasa lelah. d) Gangguan pertumbuhan dan pubertas pada anak-anak. e) Status asmatikus (kondisi asma parah yang tidak respon dengan terapi normal). f) Pneumonia. g) Gagal pernapasan. h) Kerusakan pada sebagian atau seluruh paru-paru dan atelektasis. i) Kematian. Diagnosa penyakit asma 1. Spirometri 2. Tes Arus Puncak Ekspirasi (APE) 3. Uji Provokasi Bronkus spirometri 4. Pengukuran Status Alergi 5. CT Scan 6. Rontgen Tes Arus Puncak Ekspirasi (APE) THANKS!