Anda di halaman 1dari 43

FARMAKOTERAPI

TUBERKULOSIS
Kasus 21
Pendahuluan
Desain Penelitian
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paru-paru
Tuberkulosis
Epidemiologi Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang,
dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang
Etiologi
sulit ditembus zat kimia.
Patofisiologi
Diagnosis
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P
Desain Penelitian
EPIDEMIOLOGI

Tuberkulosis • Sepertiga dari populasi dunia terinfeksi TB. Pada 2013, 9 juta orang di
seluruh dunia mengalami penyakit TB. Ada sekitar 1,5 juta kematian
Epidemiologi terkait TB di seluruh dunia.
Etiologi
• Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban
Patofisiologi TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah
Diagnosis sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000
kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000
Terapi kematian per tahunnya. (KEMENKES REPUBLIK INDONESIA)
Studi Kasus 21
S-O-A-P
Desain Penelitian
Perkiraan tingkat kejadian TB per 100.000 penduduk, 2012

Tuberkulosis
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
Diagnosis
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P

P. Glaziou et al.
Desain Penelitian
ETIOLOGI

Penyebab penyakit tuberkulosis adalah Mycrobacterium tuberculosis,


Tuberkulosis yaitu kuman :
 Berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm dg tebal 0,3-0,6cm
Epidemiologi  Tersusun dari lemak/ lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap
Etiologi asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.
 Bersifat aerob, banyak ditemukan di daerah apeks paru-
Patofisiologi paru(daerah konduksif untuk penyakit tuberkulosis)
Diagnosis  Bisa mati jika terpapar sinar matahari selama ± 2 jam
 Dapat bertahan hidup pada daerah yang gelap dan lembab
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P
Desain Penelitian
ETIOLOGI
• Batuk persisten
• Hemoptisis
Tuberkulosis • Nyeri dada
Epidemiologi • Demam
• Berkeringat pada
Etiologi malam hari
Patofisiologi
• Kelelahan
• Penurunan berat
Diagnosis badan
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P
T
E
R
Tuberkulosis
I
M
Epidemiologi
A
K
Patofisiologi
ADiagnosis
S
I
H
S-O-A-P
Desain Penelitian
Faktor Resiko tertular TB aktif
• Penduduk negara berkembang
• Kemiskinan, Kepadatan penduduk, • HIV Positif
Tuberkulosis Malnutrisi • Diabetes
• Muda dan Tua • Keganasan Hematologi, Steroid
Epidemiologi • Alkaholik • Kontak dengan orang yang sputum
positif TB
Etiologi
Patofisiologi
Diagnosis
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P
PATOFISIOLOGI
Desain Penelitian

Tuberkulosis
Tuberkulosis Primer adalah infeksi pada orang
Epidemiologi yang belum memiliki kontak sebelumnya
dengan basil tuberkel.
Etiologi
TB primer progresif adalah di mana respon
Patofisiologi imun gagal untuk mengontrol perkembangan
dari basil tuberkel.
Diagnosis
Tuberkulosis sekunder dapat berkembang
Terapi setiap saat setelah infeksi primer, bahkan
puluhan tahun kemudian..
Studi Kasus 21
S-O-A-P Tuberkulosis milier adalah bentuk
disebarluaskan tuberkulosis dan disebabkan
oleh pembenihan basil melalui limfatik atau
pembuluh darah.
Desain PenelitianTB
KLASIFIKASI

Tuberkulosis
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
TB
Diagnosis
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P
TB Paru TB ekstra paru
DIAGNOSIS
Desain Penelitian TUBERKULOSIS

Tuberkulosis Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC,


Epidemiologi maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosis adalah:
Etiologi
 Anamnesa baik terhadap pasien maupun
Patofisiologi keluarganya. Pemeriksaan fisik.
Diagnosis  Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan
Terapi
otak).
 Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
Studi Kasus 21  Rontgen dada (thorax photo).
S-O-A-P  Uji tuberkulin.
ALUR
Desain DIAGNOSIS TB PARU
Penelitian

Tuberkulosis
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
Diagnosis
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P
Sistem
Desain skoring gejala dan pemeriksaan penunjang TB pada anak
Penelitian
Catatan :.
• Anak didiagnosis TB
Tuberkulosis jika jumlah skor > 6,
(skor maksimal 14)
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
Diagnosis
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P
PRINSIP
Desain PENGOBATAN
Penelitian

Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektifitas


Tuberkulosis pengobatan, maka prinsip-prinsip yang dipakai adalah :
Epidemiologi
 Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis
Etiologi
(OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis
Patofisiologi obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
Diagnosis kategori pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya
kekebalan terhadap OAT.
Terapi
 Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat,
Studi Kasus 21 pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT =
S-O-A-P Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif
dan lanjutan.
TAHAP
Desain PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Penelitian

 Tahap Intensif
Tuberkulosis Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap
Epidemiologi hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah
Etiologi terjadinya kekebalan obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
Patofisiologi tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular
Diagnosis dalam kurun waktu 2 minggu.
Terapi Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA
negatif (konversi) dalam 2 bulan.
Studi Kasus 21  Tahap Lanjutan
S-O-A-P Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih
sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
(dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
RINGKASAN
Desain Penelitian PANDUAN OBAT
Kategori Kasus Paduan obat yang diajurkan Keterangan

I - TB paru BTA +, 2 RHZE / 4 RH atau  


  BTA - , lesi luas        2 RHZE / 6 HE
Tuberkulosis   *2RHZE / 4R3H3

Epidemiologi II - Kambuh -RHZES / 1RHZE / sesuai hasil uji resistensi atau 2RHZES / Bila
- Gagal pengobatan 1RHZE / 5 RHE streptomisi
Etiologi -3-6 kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin / 15-18 n alergi
ofloksasin, etionamid, sikloserin atau 2RHZES / 1RHZE / 5RHE dapat
diganti
Patofisiologi kanamisin

Diagnosis II - TB paru putus Sesuai lama pengobatan sebelumnya, lama berhenti minum  
berobat obat dan keadaan klinis, bakteriologi dan radiologi saat ini
Terapi (lihat uraiannya) atau
*2RHZES / 1RHZE / 5R3H3E3
Studi Kasus 21
III -TB paru BTA neg. lesi 2 RHZE / 4 RH atau  
S-O-A-P minimal 6 RHE atau
  *2RHZE /4 R3H3
IV - Kronik RHZES / sesuai hasil uji resistensi (minimal OAT yang sensitif) +  
obat lini 2 (pengobatan minimal 18 bulan)
IV - MDR TB Sesuai uji resistensi + OAT   lini 2 atau H seumur hidup  
 

Catatan : * Obat yang disediakan oleh Program Nasional TB


OAT
Desain KOMBINASI DOSIS TETAP
Penelitian
Fase intensif Fase lanjutan
Tuberkulosis
Epidemiologi     2 bulan   4 bulan
Etiologi BB / KG Harian Harian 3x/minggu Harian 3x/minggu
Patofisiologi   RHZE RHZ RHZ RH RH
Diagnosis 150/75/400/ 150/75/400 150/150/500 150/75 150/150
275
Terapi
Studi Kasus 21
30-37 2 2 2 2 2
38-54 3 3 3 3 3
S-O-A-P
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia


PANDUAN
Desain PenelitianOBAT TB ANAK

Prinsip dasar pengobatan TB pada anak tidak berbeda dengan pada


Tuberkulosis orang dewasa, tetapi ada beberapa hal yang memerlukan perhatian:
Epidemiologi  Pemberian obat baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan
Etiologi diberikan setiap hari.
 Dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak
Patofisiologi
Diagnosis
Susunan paduan obat TB anak adalah 2HRZ/4HR:
Terapi  Tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R) dan
Studi Kasus 21 Pirazinamid (Z) selama 2 bulan diberikan setiap hari (2HRZ).
S-O-A-P  Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4
bulan diberikan setiap hari (4HR).
OAT
Desain KOMBIPAK
Penelitian
 Tahap Intensif
Tuberkulosis JENIS OBAT BB < 10 KG BB 10-20 KG BB 20-32 KG
(KOMBIPAK)
Epidemiologi
Etiologi
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg

Patofisiologi
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg

Diagnosis
Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg

Terapi  Tahap Lanjutan


Studi Kasus 21 JENIS OBAT BB < 10 KG BB 10-20 KG BB 20-32 KG
S-O-A-P (KOMBIPAK)
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg

PANDUAN OBAT TB ANAK


Desain Penelitian
Dosis KDT atau FDC (R75/H50/Z150 dan R75/H50) pada anak
BERAT BADAN (KG) 2 BULAN TIAP HARI RHZ 4 BULAN TIAP HARI RH
(75/50/150) (75/50)
Tuberkulosis
5-9 1 Tablet 1 Tablet
Epidemiologi
10-14 2 Tablet 2 Tablet
Etiologi
15-19 3 Tablet 3 Tablet
Patofisiologi
Diagnosis 20-32 4 Tablet 4 Tablet

Terapi
Studi Kasus 21  Keterangan
S-O-A-P • Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk kerumah sakit
• Anak dengan BB ≥ 33 kg, disesuaikan dengan dosis dewasa

PANDUAN OBAT TB ANAK


Desain Penelitian
Efek samping OAT dan Penatalaksanaannya

Tuberkulosis
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
Diagnosis
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P
Desain Penelitian

Tuberkulosis
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
Diagnosis STUDI KASUS 21
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P
Desain Penelitian
KASUS 21
MRS/KRS:13 April • Keluhan : Batuk darah sejak kemarin 2 kali
2010/19April 2010 +/- 50 ml, batuk +/- 1 ½ bulan, mual.
Tuberkulosis
Pasien: Tn. B
Epidemiologi • Riwayat penyakit : DM, TB paru (November
2009, putus obat)
Etiologi Umur/BB/Tinggi: 50
tahun/-/-
Patofisiologi • Riwayat obat : OAT 4FDC 1x4 tab, Imunos
Alamat: Pakis,Malang 1x1, Biocurliv 1x1, Codein 3x10 mg, As. Tranex
Diagnosis
3x1 tab.
Terapi Riwayat Sosial: Riwayat
kontak TB (-)
Studi Kasus 21 • Alergi : -
• Merokok/alkohol : +/-
S-O-A-P
• Obat Tradisional :+
• OTC :-
Desain Diagnosa
Penelitian

Tuberkulosis
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
Hemoptysis ec Lung TB
Diagnosis
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P
Desain Penelitian

Tuberkulosis
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi STRATEGI
Diagnosis PHARMACEUTICAL CARE
Terapi S-O-A-P
Studi Kasus 21
S-O-A-P
Desain Penelitian

Tuberkulosis
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
Diagnosis
SUBJEKTIF
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P
DesainSUBJEKTIF
Penelitian (S)

Tuberkulosis  Batuk darah sejak 2 minggu yang lalu, sejak


Epidemiologi berobat tidak keluar, kemudian keluar lagi
Etiologi
batuk darah sejak kemarin 2 kali +/- 50 ml,
Patofisiologi
batuk +/- 1 ½ bulan
Diagnosis
Terapi  Mual
Studi Kasus 21
S-O-A-P
Desain Penelitian(S)
SUBJEKTIF

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN


Tuberkulosis Tanggal Problem/Kejadian/Tindakan Klinisi
13/4/2010 Dari anamnesa didapat informasi pada tanggal 12-4-2010 pasien
Epidemiologi mengalami batuk darah 2 kali, volume sekitar 50 ml, panas naik turun,
Etiologi dan mual. Dilakukan pengujian laboratorium dengan sampel dahak.
Patofisiologi 14/4/2010 Suhu tubuh pasien berada diatas normal (38,6), sesak, batuk
Diagnosis bercampur darah dan terasa mual. Diberikan antipiretik.
15/4/2010 Suhu tubuh pasien sudah menurun, namun pasien masih mengeluh
Terapi mual, sesak dan batuk masih berdahak. Tidak terdapat darah di
Studi Kasus 21 dahak.
S-O-A-P 16/4/2010
17/4/2010 Pasien masih mengeluhkan sesak, mual dan batuk berdahak.
19/4/2010 Pasien sudah tidak merasakan mual, masih batuk namun tidak
berdahak. Pasien diizinkan KRS.
Desain Penelitian

Tuberkulosis
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
Diagnosis
OBJEKTIF
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P
Desain Penelitian(O)
OBJEKTIF DATA KLINIK

Tanggal
Nilai
Tuberkulosis Data Klinik
Normal 13/4 14/4 15/4 16/4 17/4 19/4
Epidemiologi GCS 456 456 456 456 456 456 456
Etiologi Suhu 36-37 (C) 38.4 38.6 38 37.5 37 37

Patofisiologi Tekanan Darah 120/80 179/95 150/100 150/90 140/90 140/90 130/80
(mmHg)
Diagnosis Nadi 80-100 124 72 110 110 100 90
(x/menit)
Terapi
RR 20 (x/menit) 20 20 32 24 28 24
Studi Kasus 21
Batuk - + + + + + +
S-O-A-P
Dahak - + + + + + -
Darah - + + - - - -
Sesak - - + + + + -
Mual - + + + + + -
Desain Penelitian(O)
OBJEKTIF DATA LAB
Data Laboratorium Nilai Normal Tanggal
13/4 15/4 17/4
Tuberkulosis WBC (4,5-10,5) 103/ul 8.3 8.6
Epidemiologi HGB (11,0-18,0) g/dl 9.6 10.9

Etiologi HCT (35,0-60,0) % 31.2 31.8


PLT (150-450) 103/µl 318 226
Patofisiologi
LED (<15 mm/jam) 83
Diagnosis Albumin (3,5-5,0) mg/dL 3.67 3.72

Terapi Na (136-144) mmol/L 134


K (3,8-5,0) mmol/L 3.72
Studi Kasus 21
Cl (97-103) mmol/L 106
S-O-A-P
GDA < 200 mg/dL 197
GDP < 126 mg/dL 174
GDPP < 200 mg/dL 142
BUN (10-20)mg/dL 30 61.1
Desain Penelitian(O)
OBJEKTIF DATA LAB
Data Laboratorium Nilai Normal Tanggal
13/4 15/4 17/4
Tuberkulosis Cr (0,6-1,2)mg/dL 0,83 0,61

Bil.Total 0,3-1,1 mg/dL 0,63 0,94


Epidemiologi
Bil. Direct 0-0,3 mg/dL 0,17 0,47
Etiologi 153
Trigliserida 40-160 mg/dL
Patofisiologi LDL < 100 mg/dL 92

HDL 40-60 mg/dL 40


Diagnosis
Kol Total < 200 mg/dL 144
Terapi BGA
pH 7,35-7,45 7,375
Studi Kasus 21
PCO2 35-45 mmHg 34,7
S-O-A-P
PO2 80-100 mmHg 79,6

HCO3 21-28 mmol 20,8

O2 Saturasi > 95 % 95,3

Base Excess (-3)-(+3) -4,4


Desain Penelitian(O)
OBJEKTIF
DATA LAB
Data Laboratorium Nilai Normal Tanggal
Tuberkulosis 13/4 15/4 17/4
Urin
Epidemiologi
BJ   1,020  
Etiologi pH   6  
Protein  - +  
Patofisiologi Glucose +
 -  
Diagnosis Mikroskopik sedimen
10x epitel   +  
Terapi 40x eritrosit   +  

Studi Kasus 21
S-O-A-P 15/4:
Laboratorium TB : Sewaktu (A) (+) tingkat positif (1-9)
Pagi (B) (-)
Sewaktu (C) (-)
Desain Penelitian
TERAPI
Tanggal

Frekuen April
Obat Rute Dosis
Tuberkulosis si
13 14 15 16 17 18 19        

Epidemiologi NS iv   20 tpm √ √ √ √ √ √ KRS        

Etiologi
As. Traneksamat po 250 mg 3x1 √ √ //                
Patofisiologi
  iv 500 mg 3x1     √ √ √ √          
Diagnosis Adona iv 10 mg 1x1   √ √ //              

Terapi OAT 4FDC po * 1x4 √ √ √ √ √ √          


Codein po 10 mg 3x1 √ √ √ √ √ √          
Studi Kasus 21
Biocurliv po ** 1x1 √ √ √ √ √ √          
S-O-A-P
Imunos po 1 kaplet 1x1 √ √ √ √ √ √          
Paracetamol po 500 mg 4x1   √                  
Ceftriaxon iv 1g 2x1   √ √ √ √ √          
O2 nc 2 lpm     √ √ √              
Desain Penelitian

Tuberkulosis
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
Diagnosis
ASSESMENT
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P
Desain Penelitian
ASSESMENT
Problem
Medik S/O Terapi Rute Dosis Analisis

Tuberkulosis Batuk darah ± 50 NS


ml IV 20 tpm Untuk mengganti suplai cairan dan
Epidemiologi maenjaga elektrolit tetap normal

Etiologi As.
Batuk darah ± 50 Traneksamat po 250 mg untuk mengatasi perdarahan, rute
Patofisiologi ml pemberian di ganti iv, .

Diagnosis IV 500 mg untuk mengatasi perdarahan


Hemoptysis
Terapi ec lung TB
Adona
memperbaiki permeabilitas kapiler
Batuk darah ± 10 mg
Studi Kasus 21 50 ml IV dan untuk mencegah dan mengobati
perdarahan kapiler
S-O-A-P
OAT 4FDC
TB paru po - Kepatuhan pasien (-), TB paru

Codein
Batuk po 10 mg untuk mengatasi batuk
Desain Penelitian
ASSESMENT
Problem
Medik S/O Terapi Rute Dosis Analisis

Tuberkulosis Biocurliy
Po Sebagai hepatoprotektan, mencegah ESO
BUN ↑ TB
Epidemiologi
Etiologi Imunos

Patofisiologi Po 1 Kaplet Meningkatkan imunitas pasien

Diagnosis
Hemoptysis
Terapi ec lung TB Suhu ↑ Paracetamol
Po 500 mg Menormalkan suhu tubuh pasien
Studi Kasus 21
S-O-A-P Ceftriaxon
Iv 1g Mencegah infeksi

Sesak O2 Membantu pernafasan pasien karna


nc 2 lpm
pasien sesak bernafas
Desain Penelitian

Tuberkulosis
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
Diagnosis
PLAN
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P
Desain Penelitian
PLAN

Direkomendasikan pemberian Ranitidin untuk mengatasi


Tuberkulosis
mual
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
Diagnosis
Terapi
Studi Kasus 21
S-O-A-P
Desain Penelitian MONITORING KEFARMASIAN
PLAN
MONITORING Terapi Parameter
NS Cairan dan elektrolit tubuh normal
Tuberkulosis
Asam Tranexamat Pendarahan terhenti
Epidemiologi Adona Pendarahan terhenti
Etiologi OAT 4FDC Pemeriksaan TB (-)
Patofisiologi EFEKTIFITAS OBAT Codein Batuk berhenti
Biocurliv Hepatoprotektan
Diagnosis
Imunos Memperbaiki sistem Imun
Terapi
Paracetamol Suhu Tubuh normal
Studi Kasus 21 Ceftriaxon Kondisi Infeksi membaik (nilai LED
S-O-A-P dan WBC normal)
O2 Sesak nafas teratasi
Desain Penelitian MONITORING KEFARMASIAN
PLAN
MONITORING Obat Efek Samping

Tuberkulosis Asam Tranexamat Diare, mual

Epidemiologi Adona Hilangnya nafsu makan

Etiologi OAT 4FDC Hepatotoksik


EFEK SAMPING
Patofisiologi OBAT
Codein Obstipasi, mual-muntah, pusing
Diagnosis
Biocurliv Mual
Terapi
Paracetamol Hepatotoksik
Studi Kasus 21
S-O-A-P Ceftriaxon Diare, mual
Desain Penelitian MONITORING KEFARMASIAN
PLAN

MONITORING
Tuberkulosis LED
Epidemiologi
Bil direct
Etiologi
BUN
Patofisiologi PASIEN Suhu
Diagnosis Tekanan Darah
Terapi Pernafasan Pasien
Studi Kasus 21 Batuk
S-O-A-P
Dahak
SGOT/SGPT
Desain Penelitian KIE

Mengingatkan Pasien untuk minum obat secara teratur dengan


Tuberkulosis membuatkan Jadwal minum obat
Epidemiologi Menutup mulut saat batuk dan bersin dengan sapu tangan atau tissue
dan tidak meludah disembarang tempat, tetapi di wadah yang berisi air
Etiologi
sabun atau lysol, kemudian dibuang pada lubang dan ditimbun dengan
Patofisiologi tanah.
Diagnosis Menjelaskan efek samping yang mungkin terjadi setelah penggunaan
OAT seperti : Rifampisin : urin dan cairan tubuh yang lain berwarna
Terapi
kemerahan ( informasikan kepada pasien agar tidak panik), mual dan
Studi Kasus 21 sakit perut..
S-O-A-P Menjalani pola hidup sehat dengan makanan bergizi, istirahat yang
cukup
Hentikan kebiasaan merokok

Anda mungkin juga menyukai