ABSTRAK
Berbagai Tuberkulosis memimpin penyebab kejadian dan kematian diseluruh dunia.
Sebuah pendekatan diagnosis untuk pasien dengan kemungkinan tuberkulosis, termasuk
riwayat kesehatan lengkap dan pemeriksaan klinis seperti radiologi, mikrobiologi,
imunologi, bio-molekuler dan pemeriksaan histologi telah tersedia. Baru-baru ini,
kemajuan penting telah dicapai pada lapang ini yang memimpin penambahan substansi
untuk akurasi dan kecepatan diagnosis Tuberkulosis. Metode profil diperbolehkan untuk
identifikasi yang lebih baik untuk individu terinfeksi secara laten yang beresiko menjadi
infeksi Tuberkulosis aktif, mereka juga menawarkan kemungkinan diagnosis yang lebih
cepat untuk diagnosis Tuberkulosis aktif pada pasien dengan apusan sputum negatif
untuk BTA cepat dan mengaktifkan identifikasi cepat dari strain Mycobacterium
Tuberkulosis yang resistan terhadap obat secara langsung melalui spesimen respiratori
dengan akurasi tinggi. Disamping itu, menjanjikan metode yang akan lebih optimal untuk
diagnosis Tuberkulosis yang dibawah perkembangan.
Dimasa depan, terapi intervensi berdasarkan hasil prosedur diagnosis lengkap dapat
lebih mudah dilakukan untuk meningkatkan perhatian kepada pasien.
Kata kunci : diagnosis, gambaran mikrobiologi, imunologi, tuberkulosis.
LATAR BELAKANG
Berbagai tuberkulosis memimpin penyebab kejadian dan kematian diseluruh dunia.
Berdasar pada data pengawasan dan data survei, WHO memperkirakan pada laporan
terakhir tahun 2009 tedapat 13,7 juta individu dengan tuberkulosis aktif pada tahun
2007 (206 per 100.000 penduduk) dan 9,27 juta orang (139 per 100.000 penduduk)
terjangkit Tuberkulosis pada tahun itu. Diantara 1,76 juta orang yang meninggal akibat
Tuberkulosis pada tahun 2007, 1,3 juta adalah seronegatif dan 455.000 seropositif untuk
infeksi HIV.
Pada praktek klinis, deteksi cepat untuk individu dengan Tuberkulosis cukup sulit, hanya
44% dari seluruh kasus baru (dan hanya 15-20% anak) yang teridentifikasi oleh adanya
BTA pada apusan sputum. Gold standar dari diagnosis Tuberkulosis adalah deteksi
Mycobacterium Tuberkulosis, mikroorganisme penyebab Tuberkulosis. Faktanya,
kapanpun M. Tuberkulosis ditemukan dalam spesimen manusia secara mikrobiologi,
diagnosis Tuberkulosis aktif dianggap sebagai diagnosis pasti. Bagaimanapun, biakan
kultur dari M. Tuberculosis rata-rata membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih. Keputusan
untuk memulai terapi anti-Tuberkulosis menjadi sulit dalam kasus dimana BTA tidak
ditemukan pada apusan sputum mikroskopis, mengesampingkan perkiraan klinis
Tuberkulosis. Diagnosis Klinis dari Tuberkulosis aktif kemudian dikelompokkan bergantung
dari hasil metode yang berbeda-beda, termasuk skin tes tuberkulin (TST), radiologi dada,
amplifikasi asam nukleat M. Tuberculosis, dan atau pemeriksaan patologi dari spesimen
biologi (Gambar1). Pada artikel ini, kami menilai epidemiologi dan manifestasi klinis dari
tuberkulosis dan kami membahas kemajuan terbaru yang dapat membawa kepada
diagnosis yang lebih cepat dan lebih baik pada Tuberkulosis paru aktif dalam praktek
klinis. Kelanjutan update dan diagnosis Tuberkulosis berbasis bukti juga dapat ditemukan
disitus http://www.Tuberkulosisevidence.org.
GAMBAR 1
Diagram alur untuk diagnosis Tuberkulosis dalam praktek klinis, *NTMNAAT mungkin
membantu,bila tersedia_ Kerjasama denga nrekomendasi WHO. Perawatan Tuberkulosis.
Petunjuk untuk nasional tersedia. Seusai rekomendasi WHO (WHO. Perawatan
Tuberkulosis. Petunjuk untuk program Nasional. Geneva; 2003), klinis berhubungan
dengan terapi antibiotik mungkin dianggap sebelum pemeriksaan, bagaimanapun pada
negara dengan insidensi HIV kecil secara cepat perlu diagnosis lanjut dengan
bronkoskopi yang diindikasikan sebagai aturan yang lebih baik untuk stadium ini.
BAL_Bronchoalveolar lavage; IGRA_Interferon G release assay; MTUBERKULOSIS
Mycobacterium tuberculosis; NAAT, nucleic acid amplification test; NTM, non-tuberculous
Mycobacteria; TUBERKULOSIS, tuberculosis; TUBERKULOSISB, tubercle bacilli; TST,
tuberculin skin test; WHO, World Health Organisation.
MANIFESTASI KLINIK TUBERKULOSIS (PULMONER DAN EXTRAPULMONER DAN
TUBERKULOSIS ANAK)
Secara umum, manifestasi klinis penyakit merupakan petunjuk pertama dari diagnosis
Tuberkulosis. Bagaimanapun, kebanyakan bersifat tidak spesifik dan salah acuan,
sehingga diagnosis tidak selalu mudah. Ini khususnya pada kasus Tuberkulosis pada anak
dan pada usia lanjut, seperti dilihat sebelumnya. Lebih lagi, Tuberkulosis extrapulmoner
juga diperlukan diagnosis awal, terutama karena bervariasinya presentasi. Tanda klinis
dan gejala Tuberkulosis dari organ lain dan di paru dicantumkan dalam tabel 1.
TUBERKULOSIS PADA ANAK
Dikarenakan sifat pausibasiler, Tuberkulosis pada anak sulit untuk didiagnosis. Konfirmasi
bakteriologi jarang mencapai 30-40 % diantara anak dalam pertumbuhan seperti pada
negara berkembang 106,107. Konsekuensinya, diagnosis Tuberkulosis pada anak dalam
sumber yang sulit bergantung dari kombinasi riwayat kontak dengan pasien Tuberkulosis,
tanda dan gejala klinis, dan pemeriksaan khusus, seperti radiologi dada dan TST bila
tersedia. Edwards dan rekan mengamati total 91 kasus pasien Tuberkulosis < 15 tahun,
dimana setengahnya terinfeksi HIV, dan ditemukan mengikuti frekuensi gejala dan tanda
dalam anak HIV seronegatif anak kehilangan berat badan 69%, demam 100%, batuk
83%, keringat malam hari 43%, lemah 21%, kontak Tuberkulosis 60%, malnutrisi 57%,
limfadenopati 88%, organomegali 31%, positif TST 89%, peningkatan sedimentasi
eritrosit 79% dan infiltrasi foto rontgen dada 100 % 108. Berdasar pengamatan ini, sistem
nilai skore, diagnostik dan klasifikasi dan algoritme diagnosis dirancang untuk
mendukung diagnosis objektif. Marais et al, memeriksa pendekatan dan menemukan
bahwa kombinasi batuk non-remiten lebih dari 2 minggu, bukti kemunduran kesehatan
(dalam 3 bulan) dan lemah menyediakan diagnosis beralasan pada anak yang tidak
terinfeksi HIV(sensitivity 62,6%, spesifisitas 89,8%, nilai prediksi positif 83,6%). Kinerja
menurun pada anak terinfeksi HIV daripada pada kelompok resiko rendah, menawarkan
persaingan serius dalam daerah dengan epidemic HIV yang tinggi 109. Bagaimanapun
menggunakan set sensifitas dan spesifisitas ini, nilai prediksi positif dihitung hanya 24%
pada populasi pasien dengan prevalensi Tuberkulosis setinggi 5%.
TUBERKULOSIS PADA USIA LANJUT
Dalam situasi prevalensi rendah, Tuberkulosis adalah masalah predominan dari populasi
usia, dan termasuk banyak kasus perkembangan klinis dalam subjek imunocompromized.
Inilah mengapa banyak kasus Tuberkulosis dengan presentasi klinis tipikal pada usia
lanjut 110-111. Pasien usila lebih sering mengalami Tuberkulosis extraparu, termasuk
penyakit milier 111. Proporsi konfirmasi bakteriologi pasien Tuberkulosis pulmo lebih tinggi
pada pasien usila dibanding pasien lebih muda seperti yang dilaporkan dalam
metaanalisis 112. Demam, keringat dan hemoptisis lebih jarang pada pasien usila 112.
Penemuan laboratorium sperti rerata TST positif, tingkat serum total protein dan jumlah
sel darah putih lebih rendah pada pasien usila. Juga, formasi kavitas lebih jarang pada
usia lanjut, dimana lesi pada paru bagian atas serupa untuk 2 kelompok usia 112. Hasil X
ray dada yang sering ditemukan pada lansia dengan pasien Tuberkulosis
imunocompromised adalah lesi pada zona bawah disertai penebalan efusi basal 110.
Presentasi klinis atipikal dari Tuberkulosis pada usila dapat menyebabkan keterlambatan
diagnosis, yang bisa lebih menyulitkan karena adanya underlaying diagnosis.
Tabel 1. Presentasi Klinis dan Pemeriksaan Laboratorium untuk diagnosis dan
diagnosis banding untuk tipe utama Tuberkulosis extra pulmoner 134,30.
Situs
Pleura
limfadenopati
Pemeriksaan
Laboratorium
Radiologi, bakteriologi
sputum
(untuk
TUBERKULOSIS pulmo
tidak
terdiagnosis),
thorakosentesis
dengan cairan pleura
untuk
profil
sel,
protein, PH, glukosa,
LDH, apusan, kultur,
NAAT 13-16 ADA 17-20.
IFN-g 20-21, IGRA 22-26,
biopsi pleura untuk
histologi dan NAAT
27,25
.
Diagnosis Banding
Efusi disebabkan gagal
jantung
kongestif,
karsinoma, tipe infeksi
lain dan gangguan
reumatologi.
Tulang
Sendi
dan
Diseminasi/
TUBERKULOSI
S Milier
daerah
leher
dan
kepala, jarang pada
axila
dan
regio
inguinal.
Dominan
sebelah kanan, tpi
bilateral
dan
78%
terdapat multipel lesi,
41%
adalah
TUBERKULOSIS
Pulmoner.
Pda
LN
superfisial, lesi dimulai
dari perbesaran tidak
nyeri,
tanpa
peradangan atas kulit,
dan mungkin ber-pus
dan berfistul setelah
beberapa
minggu/
bualn.
Pada
kasus
dengan lesi terbatas,
gejala umum jarang
didapati.
Tersering
pada
columna
vertebra,
diikuti pada pinggang
dan lutut. Demam dan
penyusutan mungkin
terlihat pada inflamasi
luas,
tetapi
manifestasi
lokal
bersifat
predominan.
Nyeri sangat sering.
Kumpulan
jaringan
lunak (abses dingin)
pada sekitar tulang
atau fokus join. Tanda
neurologis (kelemahan
atau ketidakberdayaan
dari kompresi tulang
spinal).
Dibedakan bergantung
pada
organ
yang
terkena.
Demam,
kelemahan/ debilitas,
anoreksia, kehilangan
berat
badan,
nyeri
kepala
(komplikasi
meningeal),
nyeri
abdomen (komplikasi
peritoneal), batuk.
Isolasi
kultur
dari
MTUBERKULOSIS, foto
rontgen dada, biopsi
(eksisi total) diikuti
kultur
bakteriologi/
PCR
dan
histologi.
Aspirasi jarum halus 29.
MTUBERKULOSIS dari
aspirasi (abses, cairan
sinovial) dan spesimen
biopsi (misal sinovia)
31-34
. CT dan MRI 25-35.
sarkoidosis, penyakit
Kikuchi,
penyakit
Castleman,
Penyakit
Kimura,
corynebacterium
pseudotuiberculosis,
limfadenitis 30.
Mikrolitiasis alveolar,
carsinoma diseminata,
sarkoidosis,
infeksi
NTM,
pneumonitis
hipersensitifitas.
Sistem
Pusat
Saraf
Abdomen
Gambarannya
bergantung
pada
ukuran dan lokasi dari
tuberkuloma
dan
tekanan
yang
dihasilkan. Gejala awal
(demam, mengantuk,
anoreksiairitabilita dan
nyeri kepala) diikuti
oleh gejala neurologis
(nyeri kepala progresif,
letargis,
perubahan
kepribadian, gangguan
ingatan,
gangguan
kognitif,
konfusi)dan
kemudian stupor-koma
dengan atau tanpa
defisit neurologis.
Frekuensi : peritonitis,
diikuti oleh ileocaecal,
anorektal dan infeksi
limfanodi
mesentericus.
Pada
TUBERKULOSIS
peritoneal,
pembengkakan
abdomen,
demam,
ascites,
nyeri,
anoreksia/kehilangan
berat badan sering
terjadi 62,63.
Perikarditis
Perikarditis, Dispnea,
takikardi, distensi vena
leher,
edema,
hepatomegali, denyut
paradoxical, gesekan
pericardial, demam 7475
.
Genitourinaria
Disuri,
frekuensi,
nokturi, urgensi, nyeri
punggung, sisa atau
nyeri tekan abdomen ,
pembengkakan testis
atau
epididimis,
hematuri.
Infeksi
traktur
urinarius
dengan bakteri lain
Jaringan
perikardial/
cairan
untuk
bakteriologi, histologi,
76,77
IGRA 78,79, dan ADA
50-52
, Ekokardiografi 5355
, CT dan MRI(efusi
perikardial
dan
56
penebalan)
ECG
(voltase
rendah,
inversi T) 57.
Bakterial
(pneumokokus), virus
(CMV,
HSV,
Coksackievirus)
atau
infeksi
jamur
(aspergillus), panyakit
vaskuler
kolagen,
uremia, pos miokar
infark,
post
pericardiotomi,
maligna, trauma
Tumor ganas ataupun
jinak,
ginjal
kistik,
pielonefritis,
xanthogranulomatosus
pielonefritis,
malakoplakia urinari.
Urin
atau
sekresi
(spesimen pagi hari)
untuk
MTUBERKULOSIS(apus
an, kultur, PCR) 34,
ultrasound35, BNO, iv
urografi (dosis tinggi),
endoskopi
intensif,
pielografi anterograd
dalam urin
55,93
95-102
perkutaneus
,
biopsi untuk suspek
lesi genital 103-105.
KETERLAMBATAN DIAGNOSIS
Salah satu indikator dasar dalam kualitas diagnosis Tuberkulosis adalah keterlambatan
diagnosis (dokter terlambat, atau sistem kesehatan terlambat), waktu dari kunjungan
pertama pasien sampai penegakan diagnosis Tuberkulosis. gambar 2 menggambarkan
keterlambatan terpisah dalam prevalensi rendah, sedang dan tinggi, bersama dengan
keterlambatan pasien, ini adalah waktu dari onset gejala klinis sampai kunjungan
pertama ke fasilitas kesehatan, berdasar studi publikasi (T. Mori, pers. Comm.). perlu
digarisbawahi bahwa keterlambatan dalam prevalensi rendah selalu lebih lama daripada
pada prevalensi tinggi.
Sasaki et.al mereview proses diagnosis dari praktisi pribadi dengan pasien Jepang dan
menyimpulkan bahwa pemeriksaan kesehatan yang tidak memadai, termasuk
pemeriksaan sputum BTA dan foto radiologi dada subjek dengan dugaan kuat
Tuberkulosis, adalah penyebab utama keterlambatan diagnosis 113-114. Di Hong Kong,
praktisi umum mereview dan menjadi jelas bahwa mereka terlalu banyak bergantung
pada foto rontgen dibanding pemeriksaan sputum, dan itu memperlama acuan pada
pasien Tuberkulosis ke pelayanan Tuberkulosis pemerintah 115. Rozovsky- Weinberger et
al.membandingkan manajemen kasus suspek Tuberkulosis pada 3 RS umum dan 7 RS
non-profit di USA dalam rerata pemeriksaan apusan dan isolasi, dan mengingatkan RS
privat untuk lebih waspada pada Tuberkulosis 116. Penilaian serupa dari manajemen RS
dilaporkan oleh beberpa penelitian lain 117-119, hasilnya menggambarkan perlunya
peningkatan pendidikan dokter. Semua penelitian ini mengingatkan index yang lebih
tinggi dari suspek Tuberkulosis dalam staf medis di negara berprevalensi rendah.
Gambar 2. Gambaran plot untuk kasus deteksi di negara dengan prevalensi Tuberkulosis
tinggi, sedang dan rendah. Gambaran parentese mengindikasikan jumlah analisis studi.
(a) keterlambatan pasien (waktu yang dibutuhkan pasien dari gejala pertama sampai ke
bermanfaat untuk memastikan sensitifitas tinggi dari pemeriksaan apusan sputum pada
sumber yang kurang memadai seperti pada metode drastis dengan bilas lambung atau
bronkoskopi fibro-optik tidak dapat dilakukan 143. Telah ditunjukkan bahwa induksi
dilakukan dengan baik pada negara berkembang dengan penambahan sedikit biaya 144.
Akhirnya, alat baru untuk induksi sputum yang bernama seruling paru/ lung flute telah
dirangkai dan mungkin layak dicoba 145 (lihat tabel 2 untuk koleksi dan proses alat untuk
diagnosis Tuberkulosis). Kualitas dari pemeriksaan apusan secara luas telah diakui dan
juga penting untuk implementasi kualitas pada setiap laboratorium yang secara kuat
telah dianjurkan.
Sputum induksi
2-5 ml
A, B, C
Tidak diproses
Sekresi Bronkial
atau
lavagebronkoalveolar
2-5 ml
A, B, C, D
Tidak diproses
A, B, C
Aspirasi Gaster
>2ml
Biopsi spesimen
(misal limfe)
2 porsi terpisah
A, B, C, E
Efusi pleura
ascites
20 ml
A, B, C, D
dalam2 mL
phosphate
buffer
(trinatrium
phosphate)
1)dalam 0,9%
NaCl
untuk
pemeriksaan
mikrobiologi
(2)
dalam
formalin untuk
histopatologi
Tidak diproses
Cairan
serebrospinal
2-3 ml
A, B, C, D
Tidak diproses
Urin
30 ml
A, B, C
Tidak diproses
Komentar
3 kali diapgi
hari-perut
kosong
Ekspectoran
diikuti inhalasi
0,3
NaCl
solusio.
BAL-ELISPO
harus dilakukan
pada
hari
pengambilan
sampel.
Hanya
bila
sputum
tidak
bisa diperoleh
dan BAL tidak
diindikasi.
1. tidak dalam
formalin
ELISPOT harus
dilakukan pada
hari
pengambilan
sampel
ELISPOT harus
dilakukan pada
hari
pengambilan
sampel
3kali
spesimen
Kotoran
Darah
5- 10 ml
5-10 ml
A, B, C
A, B, C, D
Tidak diproses
Heparin
atau
tabung litiumcitrat
Sumsusm
Tulang
2 porsi terpisah
A, B, C, E
Dalam heparin
atau
litium
citrat, 2 dalam
apusan kering
udara/
biopsi
dalam formalin.
pertama pada
urin pagi hari,
restriksi cairan
pada
malam
sebelumnya.
3 kali
Indikasi hanya
untuk
pasien
imunosupresanjangan
menggunakan
EDTA
Indikasi hanya
untuk
pasien
imunosupresan
Biopsi
atau
aspirasi untuk
(1)
tidak
menggunakanE
DTA
atau
formalin.
infeksi bakteri atau virus akut, terdapat beberapa barier untuk mensukseskan reaksi
serologi pada diagnosis Tuberkulosis, termasuk jarak antara penyakit aktif dan infeksi
laten, profile luas penyakit dari satu dengan lesi cavitas ektensif kebanyakan inaktif,
penyakit yg minimal, dan infeksi NTM 134. Karakter dari faktor Tuberkulosis kompromise
melawan sensitifitas dan spesifisitas dari diagnostik yang diharapkan. Terdapat daftar
penyakit dari sistem yang dibentuk dan dibangun sebagai diagnosis serologi memiliki
karakter yang berbeda dalam penggunaan karakteristik penggunaan antigen dan
karakteristik lain (tabel 3). Tidak lama, Steingart dan rekan membangun penilaian sistem
dan meta analisis penelitian publikasi untuk tehnik ini. Mereka menemukan 254
penelitian yang mengevaluasi 51 antigen single dan 30 kombinasi multipel antigen
dalam performa dan diagnosis Tuberkulosis 177. Penulis menambahkan bahwa darah dari
apusan sputum negatif atau pasien pediatrik tidak cukup tapi dapat disimpulkan bahwa
tidak ada antigen yang cukup sensitif untuk menggantikan apusan sputum mikroskopi.
Dalam penilaian lain, sekelompok penulis yang sama membuat kesimpulan serupa untuk
Tuberkulosis ekstrapulmoner 178. Lebih lagi, WHO/TDR mengevaluasi ketersedian
pemeriksaan dengan kaitan pada kinerja, reproduksibilitas dan karakter operasional
180
.Mereka menggunakan 355 sampel serum karakter untuk menilai 19 pemeriksaan
Tuberkulosis cepat dari sebuah laboratorium. Sensitifitas dari uji cepat ini berkisar antara
1% hingga 60%
dalam spesifisitas, dari 53% sampai 99% dan secara umum
pemeriksaan dengan spesifisitas tinggi memiliki sensitifitas yang rendah. Kinerja
pemeriksaan lebih rendah pada pasien Tuberkulosis dengan sputum negatif dan pasien
HIV positif. Lagi mereka menyimpulkan bahwa tidak ada uji yang dapat menggantikan
mikroskopi. Seperti disarankan dalam penilaian lainnya, kombinasi dari kandidat2
antigen dapat meningkatkan sensitifitas tanpa menghilangkan spesifisitas, dan karena
itu penelitian terkait perlu dikembangkan, seperti usaha untuk mengembangkan profil
antigen. Pada saat yang sama, kualitas penilaian dari pemeriksaan tehnik yang baru
perlu ditingkatkan, termasuk studi design dan pengembangan indikator efektifitas kinerja
antara sensitifitas dan spesifitas, dan membangun bank spesimen Tuberkulosis,seperti
proyek WHO/TDr. Juga ketersediaan pemeriksaan serologi tidak disarankan untuk
diagnosis Tuberkulosis.
Tabel 3. Tipe dan sifat metode serodiagnostik (berdasar 134,177182))
Antigen
Komponen
Komposisi
Sumber
Kelas Ig
Tehnik
Laboratori
antara QFT-G dan QFT-G-IT, dimana penemuan terbaru memiliki sensitifitas perbandingan
kepala per kepala 219 Mungkin karena penambahan antigen ketiga yaitu
TUBERKULOSIS7.7, ketika perbedaan secara langsung dibandingkan antara kelompok
subjek yang berbeda, yang terlihat dalam seri 1 dan seri 2 dalam tabel 4. Kinerja IGRA
dalam imunodiganosis infeksi Tuberkulosis telah diteliti dalam subjek dengan
imunocomnpromised, seperti pada infeksi HIV 195,220-233, usila 234-246, gagal ginjal kronik 237239
dan pengguna kortikosteroid 240-242 atau TNF-alpha bocker 243-248. Umumnya, respon
terhadap IGRA (T-SPOT.TUBERKULOSIS>QFT-GIT) lebihs ering nampak pada individu dari
kelompok pasien dibandingkan dengan TST. Ini secara umum menginterpretasikan bahwa
uji ini lebih superior dibandingkan TST untuk mendeteksi LTUBERKULOSISI 218,233. Terpisah
dari kinerja dengan menggunakan pasien Tuberkulosis sebagai penyelidikan infeksi M.
Tuberculosis, terdapat perdebatan mengenai koordinasi antara IGRA dan TST dalam
suspek infeksi yang terbaru 249-250. Bagaimanapun, sekarang telah diyakini bahwa IGRA
dapat menggambarkan dinamika infeksi imun dengan lebih sensitif, karena itu tingkat
interferon-G dapat berfluktuasi berkisar diatas dan dibawah nilai mabang batas 251.
Perhatian serupa dibangun mengenai prediktabilitas dari perkembangan klinik masa
depan berdasar respon tingkat IGRA, dimana tujuan utama dari kontak pemeriksaan
untuk kemungkinan infeksi laten. Sebuah laporan menyarankan resiko tinggi dari
perkembangan Tuberkulosis dalam kasus dengan respon lenih tinggi pada waktu infeksi
252
. Ini dapat lebih menyakinkan dan diskusi perlu diperluas terhadap tingkat respon
menetap setelah bertahun-tahun infeksi. Untuk diagnosis Tuberkulosis dalam individu
tanpa imunocompromised, penggunaan IGRA yang terbaik adalah untuk Tuberkulosis
aktif 186 daripada nilai prediksi negatif untuk Tuberkulosis lebih dari 95% bila kombinasi
pemeriksaan IGRA dan TST adalah negatif253,254.
Tabel 4. Kesimpulan sensitifitas dan spesifisitas untuk IGRA
Seri
Diagnosa
Subjek
Jumlah
Penelitian
Sensitifit
as
1
QFT-G
Pasien
21
Tuberkulosis
, dewasa
2
QFT-G-IT
Pasien
6
Tuberkulosis
, dewasa
3
QFT-G/G-IT
Pasien
9
Tuberkulosis
anak
4
QFT-G/G-ITPasien
5
SPOTTuberkulosis
TUBERKULOSIS
-Infeksi HIV
7
SPOTPasien
13
TUBERKULOSIS
TUBERKULO
SIS
8
TST
Individu
20
sehat
Spesifisit
as
1
QFT-G/G-IT
Dewasa
12
muda sehat
2
QFT-G/G-IT
Dewasa
8
muda
sehat(BCG -)
3
QFT-G/G-IT
Dewasa
8
muda sehat
(Metaanalisis)
Kesimpulan
Rentang
0.80 (0.78
0.82)
0.620.95
0.74 (0.69
0.78)
0.640.93
0.82 (0.75
0.87)
0.531.00
0.70 (0.60
0.79)
0.630.85
0.90 (0.86
0.93)
0.831.00
0.77 (0.71
0.82)
0.571.00
0.98 (0.97
0.99)
0.99 (0.98
1.00)
0.921.00
0.96 (0.94
0.98)
0.890.99
0.951.00
SPOT.TUBERKUL
OSIS
TST
TST
(BCG+)
Predominan
vaksin BCG
Tanpa
vaksin BCG
Vaksin BCG
0.93 (0.86
1.00)
0.851.00
0.97 (0.95
0.99)
0.59 (0.46
0.73)
0.931.00
0.350.79
Target
Pemeriksaan
Spesimen
Sensitifita
s/
Hasil
Pemeriksa
Citation
Analisis
FACS
penghitungan
cepat darah dan
kultur sel
Produksi
kemokin
diikuti
stimulasi
dengan
ESAT6/CFP10/
TUBERKULOSIS7.7
Produksi
IFN-g
diikuti
stimulasi
dengan
ESAT6/CFP10
Produksi IFN-G
diikuti stimulasi
dengan antigen
berbeda dari ESAT6/
CFP10
Proteomik
Frekuensi dari
CD27+ limfosit
Darah
Spesifisita
s
100/86
an
yang
tersedia
24 jam
263
Identifikasi dari
IFN
Identifikasi dari
IFN
dan
sekresi sel IL2
IFN-g-terinduksi
protein IP-10
Sputum
89/80
24 jam
264
darah
Belum
diperiksa
24 jam
266
Darah
82/97
24 jam
266
Identifikasi dari
sel
produksi
IFN-G
BAL
91/80
24 jam
166
Identifikasi dari
sel
produksi
IFN-G
Identifikasi dari
sel
produksi
IFN-G
Identifikasi dari
sel
produksi
IFN-G
Produksi IFN-G
diikuti stimulasi
dengan heparin
binding
hemaglutinin
Cairan
pleura
95/76
24 jam
22
Cairan
serebrospin
al
Cairan
peritoneal
90/100
24 jam
51
89/78
4 jam
61
Darah
89/69
24 jam
71
Produksi IFN-G
diikuti stimulasi
dengan
Rv3879c peptia
dalam
ESAT-6
dan
CFP10
Produksi IFN-G
diikuti stimulasi
dengan peptida
selektif RD-1
Analisis jumlah
spektrometri
dengan serum
protein
untuk
mengidentifikas
i sidik spesifik
Darah
73/71
24 jam
267
daraH
94/95
Beberapa
hari
263
Darah
94%/95%
4 jam
264
Deteksi komponen
dinding sel
spesifikMTUBERKUL
OSIS
Tuberkulosis
Lipoarabinoman
nan
Urin
18%/88%
24 jam
268
Uji
pembuktian
gold nonpartikel
Hybridisasi DNA
spesifik
MTUBERKULOSI
S dengan uji
gold nonpartikel
Sputum
95%/100%
24 jam
269
Uji amplikasi
isotermal mediasi
kuat
Hibridisasi DNA
spesifik
MTUBERKULOSI
S
Identifikasi
penanda volat
Sputum
100%/94%
24 jam
270
Pernafasan
83%/100%
24 jam
271
Uji pernafasan
Kombinasi yang baik dari diagnosis dan terapi adalah elemen terbaik dari pengendalian
Tuberkulosis dan ini akan dipakai sampai kepada profil vaksin atau kekuatan obat yang
cukup untuk mencegah perkembangan Tuberkulosis secara tepat. Pada pertengahan
abad 20 terapi Tuberkulosis membuat revolusi dengan ditemukannya serial kemoterapi,
dimana hanya sangat sedikit perubahan dalam diagnosis.Ini menyebabkan disrupsi dari
kombinasi yang membawa kepada tingkat deteksi kasus yang rendah, berlawanan
dengan tingkat kesuksesan terapi yang tinggi yang kiota lihat diseluruh dunia.
Bagaimanapun, pengendalian Tuberkulosis tidak mungkin, bila diagnosis kasus aktif m
tuberculosis terrtunda melanjutkan penularan kepada individu dari kasus ke kasus. Disisi
laian diagnosis positif palsu dari Tuberkulosis menyebabkan perlakuan tidak perlu untuk
individu dan sistem kesehatan. Kebutuhan penting untuk inovasi dalam diagnosis
sangatlah jelas. Bagaimanapun, sangat baik untuk melihat perubahan dalam diagnostik
yang dimulai dari awal abad terakhir, dibantu oleh proses biotehnologi dan peringatan
terbaru dari masalah. Keseimbangan antara kemajuan dibidang tehnologi dan terapi
Tuberkulosis telah berubah. Kemajuan diagnosis terakhir mencapai proses inefisien dari
ditemukannya obat baru melawan Tuberkulosis. Sekarang, kami memiliki tehnologi untuk
secara cepat mengidentifikasi individu dengan hasil apusan positif MDR atau XDR tetapi
tidak memiliki obat untuk merawat pasien ini secara adekuat 8, 30. Artikel telah melihat
seperti aspek perubahan dari setiap tehnik penegakkan diagnosis seperti yang
disimpulkan dalam tabel 6. Setiap daftar tehnik telah didiskusikan dalam bagian yang
mengarah secara jelas dan penambahan lebih dalam. Juga, kami menilai usaha yang
telah berjalan dalam model profil inovasi. Kebanyakan dari mereka cukup menjanjikan,
karena itu kami akan dapat membuat tehnik antikuat dan membuat thenik baru yang
dapat digunakan penuh dalam berbagai situasi, hanya dengan cara itu kami
mengkombinasian hasil kegiatan penemuan kasus dengan pelayanan terapi yang masih
berjalan dalam rangka membuat pengendalian Tuberkulosis efektif secara maksimal
Tabel 6
Metode
Kelebihan
Kekurangan
Durasi
Riwayat
kesehata
n
Percakapan,
penilaian
catatan
medis
Informasi
individu dengan
resiko
tinggi
TUBERKULOSIS
<
jam
Pemeriks
aan Klinik
Pemeriksaan
Fisik
Identifikasi
keparahan
penyakit
Radiologi
CXR
Murah,
cepat,
paparan radiasi
kecil
Kualitas
lebih
baik
dibandingkan
CXR
(resolusi
tinggi).
Dapat
mengidentifikasi
lesi
minimal
yang aktif
Tidak
mahal,
tersedia secara
luas
Resiko
Tuberkulosis
mungkin
tidak
jelas,
gejala
klinis mungkin
tidak spesifik
Tanda
klinis
mungkin
tidak
jelas
atau
spesifik
Spektrum luas
dari
dignosis
banding
Gambaran tidak
khas
untuk
TUBERKULOSIS.
Radiasi
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan CXR
Hasil
positif
pada
individu
dengan vaksin
BCG.
Menurunkan
CT dada
TST
Injeksi
intrakutan
dari
tuberkulin
Signifikansi
klinis
Sangat
penting
<1 jam
Sangat
penting
Bebera
pa
menit
<1 jam
Diagnostik
standar
48-72
jam
Prosedur
standar
untuk
diagnosis
LTUBERKULO
Meningkatka
n
kemampuan
Diagnosis
banding dan
evaluasi
perawatan
sensitiftas
dalam individu
imuunokompro
mise. Membaca
hasil nya perlu
kunjungan
kedua .
IGRA
Mikroskop
NAAT
Uji
Kuantiferon
Gold-IT:
releasing Ifng dalam
darah.
Stimulasi ex
vivo dengan
with ESAT-6,
CFP-10 and
TUBERKULOS
IS 7.7
Spesifisitas
sangat tinggi (TSPOT.TUBERKUL
OSIS < QTF-GIT,
sensitifitas
tinggi (T-SPOT)
Respon
IGRA
dari
darah
perifer
tidak
memberikan
diskriminasi dari
Tuberkulosis
aktif
dal
LTUBERKULOSISI
. Lebih mahal
dari TST
1 hari
T-SPOT,
Uji
TUBERKULOS
IS: releasing
IFN-g dengan
darah perifer
sel
mnonuklear
diikuti
stimulasi ex
vivo dengan
ESAT-6
dan
CFP-10
Dapat
diterapkan
untuk
membandingka
n respon imun
di perifer dan
lokal (BAL)
Memerlukan
fasilitas
laboratorium
1 hari
Pertumbuhan
BTA
(ZiehlNeelsen atau
metode
Kinyoun)fluoresen
Identifikasi
subsekuen
spesifik
MTUBERKULO
SIS
Tidak
mahal,
cepat,
tehnik
tidak sulit
Tidak
ada
perbedaan
antara
MTUBERKULOSI
S dan NTM
2 jam
Perbedaan
antara
MTUBERKULOSI
S
dan
NTM.
Spesifisitas
sangat
tinggi,
sensitifitas
sangat
tinggi
akurasi metode
diagnostik
mungkin sangat
bervarias.
Sensitifitas
terbatas
pada
kasus
apusan
negatif
1-2
hari
SISI
pada
individu
belum
divaksin BCG
dari negara
berinsidensi
Tuberkulosis
rendah
Menggantika
n TST dalam
praktek klinis
rutin,
terutama
pada daerah
prevalensi
BCG
Imunodiagno
sis
lokal
untuk
sel
sesifik
MTUBERKULO
SIS
pada
BAL,
efusi
pleura,
cairan
peritoneal
atau
SCF
dapat
membedakan
TUBERKULOS
IS aktif dari
LTUBERKULO
SISI
Prosedur
diagnostik
standar
Memerlukan
fasilitas
laboratorium
khusus. Tidak
cukup
sensitif untuk
kasus apusan
negatif.
Kultur
Histologi
Serologi
Lainnya
Pertumbuhan
MTUBERKULO
SIS
dalam
media padat
atau cair
Menemukan
granuloma
dalam
spesimen
biopsi
Identifikasi
spesifik
untuk
antibodi
MTUBERKULO
SIS
Adenosisn de
aminase
pada cairan
cerebrospinal
atau pleura
Sangat
mendukung
untuk
Tuberkulosis
aktif
Spesifisitas
tinggi
Tidak
mahal,
akurasi
diagnostik tinggi
Hasil
langsung
tersedia
tidak
2-6
minggu
Gold standar
untuk
Tuberkulosis
aktif
Histologi
tidak
membedakan
TUBERKULOSIS
(atau
infeksi
NTM)
dari
penyakit
granulomatosa
(kecuali dengan
adanya BTA)
Sensitifitas
rendah
1-2
hari
Penting bila
BTA
basil
negatif
2 jam
Belum
teradvokasi
Bukan indikasi
untuk
TUBERKULOSIS
aktif
2 jam
Tidak mahal
dan berguna
untuk
diagnosis
cepat dari
Tuberkulosis
pleural dan
Tuberkulosis
meningeal