lambung. Gambaran klinis yang ditemukan berupa dyspepsia atau indigesti. Berdasarkan endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa.
May 11, 2021 5
Gastritis terbagi dua, yaitu : • Gastritis akut • Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas. Biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. • Gastritis kronik • Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik yang bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat dengan infeksi H. pylori.
May 11, 2021 6
Patofisiologi • Terdapat gangguan keseimbangan faktor agresif dan faktor defensive yang berperan dalam menimbulkan lesi pada mukosa. • Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. • Dalam keadaan normal, faktor defensif dapat mengatasi faktor agresif sehingga tidak terjadi kerusakan atau kelainan patologi. May 11, 2021 7 Tabel 1. Faktor agresif dan protektif
Faktor Agresif Faktor Defensif
Asam lambung Mukus Pepsin Bikarbonas mukosa AINS Prostaglandin mikrosirkulasi Empedu Infeksi virus Infeksi bakteri : H. Pylory Bahan korosif : asam & basa kuat
May 11, 2021 8
Gastritis Akut
• Lesi mukosa akut berupa erosi dan
perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung. Etiologi • Penyebab penyakit ini, antara lain : • Obat-obatan : Aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid (AINS)
May 11, 2021 9
Gastritis Akut • Alkohol • Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar, sepsis. • Secara makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda. Jika ditemukan pada korpus dan fundus, biasanya disebabkan stress. Jika disebabkan karena obat- obatan AINS, terutama ditemukan di darah antrum, namun dapat juga menyeluruh. Sedangkan secara mikroskopik, terdapat erosi dengan regenerasi epite, dan ditemukan reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal.
May 11, 2021 10
Manifestasi Klinis • Sindrom dyspepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat- obatan atau bahan kimia tertentu.
May 11, 2021 11
Diagnosis • Tiga cara dalam menegakkan diagnosis, yaitu gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut di mukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi, dan gambaran radiologi. Dengan kontras tunggal sukar untuk melihat lesi permukaan yang superficial, karena itu sebaiknya digunakan kontras ganda. Secara umum peranan endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitif dan spesifik untuk diagnosis kelainan akut lambung.
May 11, 2021 12
Komplikasi • Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinik yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter pylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
May 11, 2021 13
Penatalaksanaan
• Faktor utama adalah dengan
menghilangkan etiologinya. Diet lambung, dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan antasid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin.
May 11, 2021 14
Gastritis Kronik
• Jenis berhubungan dengan Helicobacter
pylori, apalagi jika ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang.
Patofisiologi • Belum diketahui dengan pasti.
May 11, 2021 15
Manifestasi Klinis
• Kebanyakan pasien tidak mempunyai
keuhan. Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.
May 11, 2021 16
Diagnosis • Diagnosis gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsy mukosa lambung. Perlu pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter pylori apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum, mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%.
May 11, 2021 17
Diagnosis • Dilakukan pula rapid ureum test (CLO). Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosis H. pylori jika hasil CLO dan atau PA positif. Dilakukan pula pemeriksaan serologi untuk H. pylori sebagai diagnosis awal.
May 11, 2021 18
Komplikasi
• Perdarahan saluran cerna bagian atas,
ulkus, perforasi, dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12.
May 11, 2021 19
Penatalaksanaan • Pada pusat-pusat pelayanan kesehatan di mana endoskopi tidak dapat dilakukan, penatalaksanaan diberikan seperti pada pasien dengan sindrom dispepsia, apalagi jika tes serologi negatif. Pertama-tama yang dilakukan adalah mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis akut,
May 11, 2021 20
Penatalaksanaan • kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antacid, antagonis H2/inhibitor pompa proton dan obat- obat prokinetik. Jika endoskopi dapat dilakukan, dilakukan terapi eradikasi kecuali jika hasil CLO, kultur dan PA ketiganya negatif atau hasil serologi negatif.
May 11, 2021 21
Macam Diet dan Indikasi Pemberian
• Diet Lambung diberikan kepada pasien
dengan Gastritis, Ulkus Peptikum, Tifus Abdominalis, dan pasca-bedah saluran cerna atas.
May 11, 2021 22
Diet Lambung I • Diet Lambung I diberikan kepada pasien Gastritis Akut, Ulkus Peptikum, Pasca Pendarahan, dan Tifus Abdominalis berat. Makanan diberikan dalam bentuk saring dan merupakan perpindahan dari Diet Pasca- Hematemiesis-Melena, atau setelah face akut teratasi. Makanan diberikan setiap 3 jam (lihat Makanan Saring) selama 1-2 hari saja karena membosankan serta kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C.
May 11, 2021 23
Diet Lambung II • Diet Lambung II diberikan sebagai perpindahan dari Diet Lambung 1, kepada pasien dengan Ulkus Peptikum atau Gastritis Kronis dan Tifus Abdominalis ringan. Makanan berbentuk lunak, porsi kecil serta diberikan berupa 3 kali makanan lengkap dan 2-3 kali makanan selingan. Makanan ini cukup energi, protein, vitamin C, tetapi kurang tiamin.