Anda di halaman 1dari 83

NYERI KEPALA DAN VERTIGO

 
 
Bagian Neurologi
FK UNDIP/ RSUP dr.Kariadi Semarang
NYERI KEPALA

Merupakan keluhan yang sering dijumpai


dalam praktek umum , dapat berupa
nyeri kepala primer maupun sekunder

Pada nyeri kepala primer, nyeri kepala


merupakan diagnosis utama

Nyeri kepala sekunder merupakan nyeri kepala


yang timbul karena adanya penyakit lain
Definisi

Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau


rasa tidak mengenakkan pada
seluruh daerah kepala dengan batas
bawah dari dagu sampai kedaerah
belakang kepala (daerah oksipital
dan sebahagian daerah tengkuk)
(Sjahrir, 2008)
Epidemiologi

Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit


pada 5 rumah sakit di Indonesia, didapatkan prevalensi
penderita nyeri kepala sebagai berikut :
• Migren tanpa aura 10%,
• Migren dengan aura 1,8%
• Episodik Tension type Headache 31%
• Chronic Tension type Headache (CTTH) 24%
• Cluster Headache 0.5%
• Mixed Headache 14%

(Sjahrir, 2004)
Klasifikasi Nyeri Kepala

Nyeri
Kepala
 Berdasarkan klasifikasi
Internasional Nyeri Kepala Primer
Edisi 2 dari Internasional
Headache Society (IHS)
Sekunde
r
Neuralgi
a
Kranialis
Primary headache disorders :

3.Cluster
headache and
4.Other
2.Tension-type other
1.Migraine primary
headache trigeminal
headaches
autonomic
cephalgias
Secondary headache disorders:

1.Headache attributed to head and/or neck trauma


2.Headache attributed to cranial or cervical vascular disorder
3 Headache attributed to non-vascular intracranial disorder
4.Headache attributed to a substance or its withdrawal
5.Headache attributed to infection
6.Headache attributed to disorder of homeoeostasis
7.Headache or facial pain attributed to disorder of cranium, neck, eyes,
ears, nose, sinuses, teeth,mouth, or other facial or cranial structures.
8.Headache attributed to psychiatric disorder

> Neuralgia Kranialis atau Nyeri Fasial Primer


NYERI KEPALA VASKULAR

Nyeri kepala vaskular disebabkan oleh pelebaran


pembuluh darah (vasodilatasi) otak yang
menekan saraf-saraf sehingga menimbulkan
nyeri. Jenis sakit kepala ini yang paling umum
adalah migren dan cluster headache
Migren
Fase Migrain
Visual Aura Sensory Aura
12

http://www.migraine-aura.org
Faktor Pencetus

 Faktor psikologis
 Faktor lingkungan : rokok, bau, cuaca, cahaya
 Faktor makanan : MSG, coklat, kopi, alcohol
 Faktor hormonal
 Gaya hidup
 Obat-obatan
Diagnosis
Diagnosis
Terapi migren

Pengobatan migren dibagi dua yaitu :


 Pengobatan saat serangan

1. Penderita dianjurkan beristirahat di tempat tenang, gelap


2. Obat-obatan
a. Serangan ringan sampai sedang :analgetika (as.salisilat,
parasetamol,as. Mefenamat sampai NSAID, analgesik narkotik
b. Serangan berat : ergotamin, triptans (sumatriptan)
Pengobatan akut migren berhasil

 Bebas nyeri sesudah 2 jam tx


 Perbaikan skala nyeri
 Efikasi konsisten pada 2-3x serangan
 Bebas nyeri dan bebas obat pada 24 jam
sesudah pengobatan berhasil
Migren pada kehamilan

 Parasetamol
 Nsaid pada trimester 2
Migren pada anak dan remaja

 Ibuprofen atau parasetamol


 Antiemetik umur < 12 tahun : domperidon
 Hindari ergot dan triptan
Pendahuluan
 Di dalam literatur kedokteran, tension-type
headache(TTH) memiliki multisinonim seperti:
tension headaches, muscle contraction headache,
sakit kepala tegang otot, nyeri kepala tegang otot.
Dahulu, TTH pernah dinamai stress headache
Definisi
 Tension type headache adalah nyeri
kepala primer yang paling sering
terjadi dengan karakter nyeri bilateral,
rasa menekan atau mengikat dengan
intensitas ringan sampai sedang. Nyeri
tidak bertambah pada aktivitas fisik
rutin, tidak didapatkan mual tapi bisa
ada fotofobia atau fonofobia

(The International Classification of Headache Disorders, 2004)


Subklasifikasi
Infrequent episodic tension-type headache
Infrequent episodic tension-type headache associated with pericranial tenderness
Infrequent episodic tension-type headache not associated with pericranial tenderness
Frequent episodic tension-type headache
Frequent episodic tension-type headache associated with pericranial tenderness
Frequent episodic tension-type headache not associated with pericranial tenderness
Chronic tension-type headache
Chronic tension-type headache associated with pericranial tenderness
Chronic tension-type headache not associated with pericranial tenderness
Probable tension-type headache
Probable infrequent episodic tension-type headache
Probable frequent episodic tension-type headache
Probable chronic tension-type headache
Pemeriksaan Fisik
 Beberapa poin pemicu
termasuk temporalis,
pterygoideus lateral,
masseter,
sternokleidomastoid,
trapezius, mastoid.
 pemeriksaan tulang belakang
leher juga harus dilakukan
perhatian khusus untuk
setiap gerakan terbatas atau
menyakitkan, karena
kontraksi otot bahu dan leher
yang sering terlihat seperti
TTH
Kriteria diagnostik
Kriteria Umum:
1) Nyeri Kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari (episodik),

beberapa jam atau terus menerus (kronik)


2) Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas yaitu :
 Lokasi bilateral
 Menekan atau mengikat (tidak berdenyut)
 Intensitasnya ringan sampai sedang
 Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
3) Tidak didapatkan :
 Keluhan mual atau muntah (bisa anoreksia)
 Lebih dari satu keluhan : fotofobia atau fonofobia
.
Kriteria Diagnostik
 ETTH infrequent: Paling tidak 10 episode
serangan dengan rata-rata <1 hari/bulan (<12
hari/tahun)
 EETH frequent : Paling tidak 10 episode serangan
dalam 1-15 hari/bulan selama paling tidak 3 bulan
 CTTH : ≥15 hari/bulan, berlangsung >3 bulan
Tatalaksana
Prinsip penanganan Tension Type Headache
 modifikasi gaya hidup

 edukasi mengenai faktor pencetus dan

implementasi tatalaksana stres dan latihan untuk


mencegah /mengurangi TTH
 dikelola dengan analgetik

 Terapi non farmakologis

 Terapi profilaksis bila perlu


Terapi Farmakologis
 Analgetik: aspirin 1000 mg/ hari, acetaminophen 1000 mg/
hari, NSAIDs ( naproxen 660-750 mg/ hari, ketoprofen 25-50
mg/ hari, tolfenamic 200-400 mg/ hari,mefenamic
fenoprofen, ibuprofen 800 mg/hari, diclofenac 50-100 mg/
hari).
 Caffein (analgetik ajuvan ) 65 mg
 Kombinasi: 325 aspirin, acetaminophen+40 mg caffeine
 Anti depresan : amitriptilin
 Anti ansietas : benzodiazepin
Terapi Farmakologis
Terapi non-farmakologis
 Kontrol diet
 Hindari Faktor Pencetus
 Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif
dan ergotamin
 Behaviour treatment
Nyeri kepala klaster (cluster)

 Nyeri kepala ini lebih banyak


diderita pria dengan rasio 6 :1
 Nyeri kepala dengan
intensitas berat, durasi 15-
180 menit.
Gejala Klinis

 Biasanya terjadi pada satu sisi kepala, di belakang mata, atau


pada daerah pelipis. Disertai injeksi konjungtiva atau
lakrimasi ipsilateral, dan kongesti nasal, udem palpebra,
miosis/ ptosis ipsilateral. Pasien juga gelisah atau agitasi.
 Sakit kepala biasa terjadi pada waktu-waktu tertentu,
seringkali saat jam-jam tidur, selama 4-8  minggu.
 Frekuensi serangan 1x tiap dua hari sampai 8x per hari.
Terapi
 Tujuan Terapi :
• 1. Menekan periode klaster (periode serangan)
• 2. Menghentikan serangan akut
• 3. Mengurangi frekuensi
• 4. Mengurangi berat/ intensitasnya
•Harus dipertimbangkan: adakah
lesi struktural yang mendasar

•Pengobatan behavioural: terapi


relaksasi, biofeedback, CBT,
 Opioid manajemen stress
Terapi Profilaksis
Vertigo
PENDAHULUAN

 “Vertigo” : bhs Latin “vertere”(memutar) = ilusi


sensasi rotasi
 Vertigo : sindroma (pusing, gejala somatik & otonom)
 Pada studi berbasis populasi :
 Vertigo terjadi pada 4–7% orang1, 2

 Vertigo menempati 25–30% keluhan dizziness3

• Pada lansia > 75 th:


 40% wanita & 30% pria mengeluhkan gangguan
postur 2

1.Yardley L et al. Br J Gen Pract 1998;48:1131-35. 2.Sixt E, Landahl S Age Ageing 1984;16:3
3. Hanley K et al. Br J Gen Pract 2001;51:666–71.
ANATOMI ALAT KESEIMBANGAN TUBUH (AKT)

Mata Reseptor tekanan kulit

Telinga dalam
Reseptor sensoris
(sistem vestibuler)
Otot & sendi
Sistem saraf pusat

Kontrol Kontrol postural via


gerakan mata otot-otot

Keseimbangan
Goebel JA. Otolaryngol Clin North Am 2000;33:483–93.
Shepard NT, Solomon D. Otolaryngol Clin North Am 2000;33:455–69
1. Memastikan Keluhan Sebagai Vertigo

KELUHAN
Mabok, pusing, kepala berat, melayang

Dizzy ? Bukan Dizzy ?

- Sefalgia
- Stres
Deskripsikan keluhan ! !
Tabel 1. Gangguan Keseimbangan / Dizziness
4 jenis
Vertigo Vertigo Non- Disequilibrium Presyncope
Vestibular vestibular
Sensasi: Sensasi: Sensasi: Sensasi:
“Berputar” “Mengambang” “Jatuh” “Pingsan”
“Melayang” Tungkai tak
“Goyang “ stabil
Membaik bila
duduk
Sistem: Sistem: Sistem: Sistem:
Vestibular Visual Spinal Kardiovaskular
Proprioseptif Serebelar
Psikogenik
Frekuensi Jenis Dizziness

 40% Peripheral vestibular dysfunction


 10% Central brainstem vestibular lesion
 25% Presyncope or disequilibrium
 15% Psychiatric disorder
 10% Unknown cause

December 4, 2001, Swedish Family Medicine, Dobrina Okorn, MD


VERTIGO

VERTIGO adalah sebuah ilusi dari gerakan seseorang atau


benda-benda disekitarnya.

Sensasi geraknya bisa berupa:

● rasa “berputar” = Vertigo Vestibular

●“bukan-berputar“ (melayang, goyang) = Vertigo


Nonvestibular
Jenis Vertigo

I. Vertigo Vestibular ( “spinning” vertigo / “true” vertigo)


● disfungsi Vestibular
1. Perifer
2. Sentral

II. Vertigo Nonvestibular (“non-spinning” vertigo)


● Disfungsi Visual
● Disfungsi Proprioseptif
Vertigo Vestibular vs Vertigo Nonvestibular

Vestibular Nonvestibular

Keluhan “Berputar” “Goyang”, “melayang”


“berenang”, “ngambang”

Durasi serangan Episodik Konstan

Pencetus Gerakan kepala Stres, hiperventilasi,


atau badan aritmia, rangsangan visual

Gejala penyerta Mual, muntah, tinitus, Pucat, bradikardi


tuli, osilopsia parestesia, sinkope,
limbung
Wirawan RB, 2005
VESTIBULAR v.s NON VESTIBULAR

GEJALA VERTIGO VERTIGO NON VESTIBULAR


VESTIBULAR
Sifat vertigo Rasa berputar Melayang, hilang
(true vertigo) keseimbangan, lightheaded
Serangan Episodik Kontinyu
Mual/muntah (+) (-)
Gangguan pendengaran (+) / (-) (-)
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan obyek visual
Situasi pencetus (-) Ramai orang, lalu lintas macet,
supermarket
VERTIGO VESTIBULAR

Central
Involving CNS structures:

- Brainstem
- Cerebellum
- Cerebrum
Peripheral
Involving:
- Inner ear
- Vestibular nerve

Baloh RW. Lancet 1998;352:1841–6. Mukherjee A et al. JAPI 2003;51:1095-101. Puri V, Jones E. J Ky Med Assoc
2001;99:316–21. Salvinelli F et al. Clin Ter 2003;154:341–8. Strupp M, Arbusow V, Curr Opin Neurol 2001;14:11–20.
VERTIGO
Perifer vs Sentral

Gejala Jenis Vertigo


Perifer Sentral
Sifat serangan Episodik Kronik dan
konstan
Vertigo Berat Lebih ringan

Awitan Mendadak Perlahan


Ketidakseimbangan Ringan/sdng Berat
Mual, muntah Berat Bervariasi
Gejala auditori Sering Jarang
Gejala neurologis Jarang Sering
Perubahan mental/kesadaran Jarang Kadang-kadang
Kompensasi/resolusi Cepat Lambat
Baloh RW. Otolaryngol Head Neck Surg 1998;119:55–9. Puri V, Jones E. J Ky Med Assoc 2001;99:316–21.
Anamnesis
1. Deskripsikan secara jelas apa yang dimaksud pusing oleh pasien :

◘ “Apakah anda terasa mau pingsan ?” ( “Pingsan / fainting”)


• PRESYNCOPE

◘ “Apakah anda merasa kedua tungkai tidak stabil, dan menjadi stabil kalau
duduk ?”
• DYSEQUILIBRIUM (“ Jatuh / falling”)

◘ “Apakah lingkungan anda kelihatannya berputar, atau anda sendiri terasa


berputar ?”
- VESTIBULAR VERTIGO” (“ Berputar / spinning”)

◘ “ Apakah merasa lingkungan bergoyang, atau anda sendiri terasa


bergoyang ?”
• VERTIGO NONVESTIBULAR (“Melayang / light-headed”)

◘ “Apakah anda merasa gugup atau cemas ?


• PSYCHOGENIC (“ Melayang / light-headed”)
PEMERIKSAAN FISIK

 NEUROLOGIS
a. Fungsi Vestibular/serebral
1) Tes Romberg
2) Tandem gait
3) Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan
4) Past-pointing test
5) Tes Fukuda

b. Saraf-saraf otak : visus, nistagmus, okulomotor,


sensori wajah, otot wajah, pendengaran, menelan

c. Fungsi motorik & sensorik


PEMERIKSAAN FISIK
 KHUSUS
a. Fungsi vestibular
1) tes Nylen Barany atau Dix Hallpike
2) Tes Kalori
3) Elektronistagmografi
b. Fungsi pendengaran
1) Tes garpu tala
2) Audiometri
Tes Romberg
 Pemeriksa berada di belakang pasien
 Pasien berdiri tegak dengan kedua tangan di dada, kedua
mata terbuka
 Diamati selama 30 detik
 Setelah itu pasien diminta menutup mata dan diamati
selama 30 detik
 Jika pada keadaan mata terbuka pasien sudah jatuh 
kelainan serebelum
 Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu
sisi  vestibuler/propioseptif
Tes Romberg di pertajam
 Pemeriksa berada di belakang pasien
 Tumit pasien berada didepan ibu jari kaki yg
lainnya
 Pasien diamati dalam keadaan mata terbuka
selam 30 detik
 Kemudian pasien menutup mata dan diamati
selama 30 detik
 Interpretasi = test Romberg
TES ROMBERG
Tes jalan tandem
 Pasien diminta berjalan dengan sebuah garis lurus,
dengan menempatkan tumit di depan jari kaki sisi
yg lain secara bergantian
 Pada kelainan serebelar  pasien tidak dpt
melakukan jalan tandem dan jatuh kesatu sisi
 Pada kelainan vestibular  pasien akan
mengalami deviasi ke sisi lesi
Test fukuda
 Pemeriksa berada di belakang pasien
 Tangan diluruskan ke depan, mata pasien ditutup
 Pasien diminta berjalan ditempat 50 langkah
 Tes fukuda dianggap abnormal jika deviasi ke satu
sisi > 30⁰ atau maju/ mundur > 1 meter
 Tes fukuda ini menunjukkan lokasi kelainan disisi
kanan atau kiri
Tes past pointing
 Pada posisi duduk, pasien diminta untuk
mengangkat satu tangan dengan jari mengarah
keatas
 Jari pemeriksa diletakkan didepan pasien
 Pasien diminta dengan ujung jarinya menyentuh
ujung jari pemeriksa beberapa kali dengan mata
terbuka
 Setelah itu dilakukan dengan cara yang sama
dengan mata tertutup
Test past pointing
 Pada kelainan vestibular  ketika mata tertutup
maka jari pasien akan deviasi kearah lesi
 Pada kelainan serebelar  akan terjadi hipermetri
atau hipometri
Head thrust test
 Pasien diminta mefiksasikan mata pada hidung /
dahi pemeriksa
 Setelah itu kepala digerakkan secara cepat ke satu
sisi
 Pada kelainan vestibular perifer akan dijumpai
adanya sakadik
Pemeriksaan nistagmus
 Pasien diminta mengikuti jari pemeriksa kekiri atau
kanan 30⁰  nistagmus horisontal
 Pasien diminta mengikuti jari pemeriksa kearah
atas dan bawah  nistagmus vertikal
 Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen
cepat sedangkan komponen lambat menunjukkan
lokasi lesi
Head shaking tes
 Pasien di gerakkan kepala kekiri dan kanan 20
hitungan
 Kemudian diamati adanya nistagmus horisontal
dan vertikal
Dix-Hallpike test
 Pasien menoleh 45⁰ kesatu sisi, setelah itu pasien
dijatuhkan sehingga kepala menggantung 15⁰
dibawah bidang datar
 Diamati adakah nistagmus atau tidak
 Kemudian pasien tegak kembali dan diamati
adakah nistagmus atau tidak
 Hal yang sama dilakukan kembali pada sisi yang
lainnya
 Pada pemeriksaan Dix-hallpike ini dapat membedakan kelainan
sentral atau perifer
 Pada kelainan perifer :
- latensi : 3-10 detik
- lamanya nistagmus : 10 – 30 detik, atau < 1
menit
- Fatigue
- disertai gejala vertigo yang berat

(De Jong, the neurologic examination, 2005)


Dix-Hallpike test
 Pada kelainan sentral :
- nistagmus langsung muncul
- tidak ada fatigue
- gejala vertigo bisa ada atau tidak
Pemeriksaan penunjang
 Sesuai dengan etiologi
 Pemeriksaan :
- laboratorium : stroke, infeksi
- EEG : vestibular epilepsi
- EMG : neuropati
- EKG : CVD
- TCD : CVD
MANUVER DIX HALLPIKE
NISTAGMUS POSISIONAL
PERIFER vs SENTRAL

NISTAGMUS PERIFER SENTRAL


Periode laten (2-20 detik) + -
Lamanya nistagmus < 2 menit > 2 menit
Vertigo + + / - (sedikit)
Lelah/fatigue + -
PENYAKIT-PENYAKIT PENYEBAB DIZZINES
I. BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo)

 Vertigo mendadak, saat perubahan posisi kepala


 Serangan singkat (< 30 detik)
 Perempuan > Laki-laki (usia > 45 th)
 Vertigo disertai mual & Jarang muntah
 Nistagmus  type perifer
 Pendengaran tetap baik
ETIOLOGI
- Un known ( 50%)
- Trauma, infeksi, intoksikasi alkohol barbiturat
ETIO PATOLOGI:
- Cupulolithiasis pd canalis semisirkularis posterior
- Canalithiasis/otoconial debris yang mengantung
bebas dalam endolymph c.s.p.
PERJALANAN PENYAKIT
• Hilang spontan dalam beberapa minggu
• Jarang yang menetap

PERAWATAN
• Terapi symptomatis kurang bermanfaat
• Latihan gerakan kepala
• Brand Darrow manauver
• Epley manauver (Cavalis Repositioning Procedure)
• Operasi  untuk yang refrakter

DD : Lesi Sentral

• Migrain vertigo (basiler migrain)


• Vertigo cerical
II. NEURONITIS VESTIBULARIS
(Vestibulopati Perifer Akut)

• Terbanyak ke-2 setelah BPPV


• Usia 20 – 60 th (rata-rata 41,5 th)
GEJALA KLINIS:
• Vertigo akut, berlangsung lama, hebat
• Mual, muntah
• Gangguan keseimbangan
• Cemas-Panik
• Serangan saat bangun pagi (65%)/ Malam hari
• Faktor pencetus: gerakan posisi kepala
• Nistagmus (30%)
• Rasa penuh di telinga (40%)
• Pendengaran N
• Test kalori (-) pada sisi yang terganggu
• Sembuh spontan > 24 jam (1-2 mgg), bisa kambuh setelah
hari-minggu
• Bisa timbulkan gangguan kronis
ETIOLOGI:
• Un known
• Diduga: - Virus
- Iskemik pada arteri auditorius int.

PERAWATAN:
• Obat-obat anti vertigo
• Obat anti cemas
• Berbaring, mata memfokuskan pada satu obyek
• Latihan vestibuler setelah gejala berkurang
III. MENIERE’S SYNDROMA
• Onset dekade 3 – 4 (30 – 40 th)
• Laki-laki : Perempuan

Gejala: Vertigo
• Serangan vertigo berkala disertai mual muntah selama
beberapa menit - < 2 jam
• Di dahului rasa penuh di telinga
• Disertai tinnitus / tuli sementara
• Khas: remisi & relaps
• Nistagmus (+) type perifer
• Test pendengaran: terganggu

PATOFISIOLOGI
•  volume endolymp (Hydrops endolymph)
• Diduga autoimun disease

ETIOLOGI
• Inflamasi
• Autoimun
• Idiopatik
PERAWATAN
• Bed rest
• Obat anti vertigo (Betahistin hidrochloride)
• Diuresis (HCl 50 mg + Kalium)
• Kortiko Steroid: Prednison 80 mg selama 7 hari  tapp of
• Diet tinggi protein (+) rendah garam
• Operasi

DD:
1. Acoustic neurinoma
2. Labyrinthitis
3. Siphilis kongenital
4. Neuronitis vestibularis
IV. LABIRINTITIS
L. BACTERIAL
• Merupakan komplikasi mastoiditis, OMP atau meningitis
bacterial
• Gejala: Vertigo hebat, mual, muntah, sakit kepala, tuli,
nyeri telinga.
• TERAPI : - Antibiotika
- Anti vertigo

L. VIRUS
• Post infeksi virus
• Gejala lebih ringan
• Sembuh spontan
• Tx: Simptomatis anti vertigo
V. TUMOR ACUSTIC NEURINOMA
• Terutama pada: N. Vestibularis di kanalis auditorius
interna  C.P. angle
• Gejala:
• Pendengaran  progresif
• Tinitus
• Vertigo & nistagmus sentral
• Gangguan koordinasi
• Gangguan N.V, VII
• TIK 
• Dx: CT Scan kepala / MRI
• Tx: Operasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan lab rutin dll atas indikasi
 Foto Rontgen Tengkorak : Leher, Stenvers (pada
Neurinoma Akustik)
 Neurofisiologi : EEG, EMG, BERA
 Neuroimaging : CT Scan, MRI, Arteriographi
TERAPI VERTIGO

Terapi Kausal
* Farmakoterapi
● Particle repositioning procedure (in BPPV)
● Surgery

Terapi Simtomatik

Terapi rehabilitatif

Baloh RW. Lancet 1998;352:1841–6. Mukherjee A et al. JAPI 2003;51:1095-101.


TREATMENT OF THE CAUSE OF VERTIGO
CAUSE TREATMENT
PERIPHERALCAUSE

BPPV Canalith repositioning manoeuvre (Brandt-Daroff)


Labyrinthine concussion Vestibular rehabilitation
Meniere’s disease Low-salt diet, diuretic, surgery, transtympanic gentamicin
Labyrinthitis Antibiotics, removal of infected tissue, vestibular rehabilitation
Perilymph fistula Bed rest, avoidance of straining
Vestibular neuritis Brief course of high-dose steroids, vestibular rehabilitation

CENTRAL CAUSE

Migraine Beta-blockers, calcium channel blockers, tricyclic amines

Vascular disease Control of vascular risk factors, e.g., antiplatelet agents


CPA tumours Surgery

Baloh RW. Lancet 1998;352:1841–6. Goebel JA. Otolaryngol Clin North Am 2000;33:483–93.
TERAPI SIMTOMATIK

ANTIVERTIGO
I. Vestibular Suppressant
1. Ca antagonist : Flunarizin
2. Vasodilator : Betahistine
3. Tranquilizer : diazepam, haloperidol, sulpiride
4. Antihistamin : Difenhidramine, meclizine.
5. CNS stimulant: ephedrin, amphetamin

II. Antiemetic
1. Anticholinergic : atropine, scopolamine
2. Phenotiazine : Prochlorperazine, metoclopramide.

Efek samping: sedasi, ekstrapiramidal.


2. Epley maneuver
3 min

3 min

30 sec Other name:


• Canalith repositioning
• Particle repositioning
Semont Maneuver

 Also called the liberatory


maneuver

 The patient is rapidly moved


from lying on one side to lying
on the other

• Takes about 15 minutes to


complete.
Brandt-Daroff exercise

-Each position 30 sec


or vertigo subsides
in < 30 sec
-If Vertigo >30 sec 
sit up 30 sec other
side

Time Exercise Duration


---------------------------------------------
Morning 5X 10 min
Noon 5X 10 min
Evening 5X 10 min
---------------------------------------------
Brandt-Daroff exercise

•1 repetition = maneuver done to each side in turn (4x30 second = 2 minutes)


•1 set = 5 repetition (5x2 minute = 10 minutes)

• Schedule : 3 sets per day  2 weeks


- Morning set : 5 repetitions (10 minutes)
- Noon set : 5 repetitions (10 minutes)
- Evening set : 5 repetitions (10 minutes)

• Success rate : 95%


• Complete relief: mostly after 30 sets ( 10 days)
• Recurrence: 30% in 1 year  may + 1 set per day (Amin et al, 1999).
PROGNOSIS

 Tergantung penyakit / kausanya


 Vertigo pada mabuk laut penumpang perahu
penyelamat  sangat hebat  dapat
menyebabkan kematian
 Self limiting disease
 Vertigo kronis
 Kambuhan vertigo
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai