Anda di halaman 1dari 34

Kelompok 6 :

1. Are Saputera
2. Bella Indah Safira
3. Lili Yuniarti
4. Marsianus Catur Luxino
5. SelviYanti
6. Syaifullah
Pemateri 1
Bella Indah Safira
BAB 9 : MENCERMATI WACANA, ANALISIS WACANA , DAN ANALISIS
ANALISIS WACANA KRITIS

A. KONSEP DASAR WACANA


Secara etimologis kata “wacana” (diskorsis) berasal dari
bahasa Latin, discurere (mengalir kesana-kemari. Abad pertengahan
kata discursus selain bearti percakapan , perdebataan yang aktif, dan
juga keaktifan berbicara,, kata ini juga bearti orbit dan lalu lintas.
Wacana adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di
dalam suatu bangun bahasa.. Oleh karena itu wacana sebagai kesatuan
makna dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian
didalam wacana itu berhubungan secarapribadi.
Formulasi “bahasa sebagai semiotik sosial” bearti menafsirkan bahasa dalam
konteks sosiokultural tempat kebudayaan itu sendiri ditafsirkan dalam terminologi
semiotik sebagai sebuah “sistem informasi”.

Kajian bahasa sebagai semiotik semiotik


sosial dalam pandangan Halliday
mencakup sub-sub kajian :
6.
Struktur
1. teks sosial

2. Trilogi 5.
konteks Sistem
situasi lingual

3. 4.
register kode
- Ciri-ciri dan sifat wacana sebagai berikut :
1. Wacana berupa rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau
rangkaian tindak tutur.
2. Wacana mengungkapkan suatu hal (subjek)
3. Penyajiannya teratur, sistemmatis, koheren, dan lengkap
dengan semua situasi pendukungnya.
4. memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu.
5. Dibentuk oleh unsur segmental dan segnomental.
Makna wacana sebagai berikut :
1. Secara umum : tuturan, percakapan, diskusi.
2. Penyajian diskursif sederet pemikiran dengan menggunakan serangkaian
pernyataan.
3. Serangkaian pernyataan atau uraian, sederet pernyataan.
4. Bentuk sebuah rangkaian pernyataan/ ungkapan yang dapat berupa
arkeologi, wacana ilmiah, puitis, religius.
5. Perilaku yang diatur kaidah yang menggiring ke arah lahirnya
serangkaian atau sistem pertanyaan yang saling terkait, misalnya dalam
karya Michel Faucault.
6. Bahasa sebagaisesuatu yang di praktikkan, bahasa tutur misalnya dalam
karya Paul Ricoeur.
7. Bahasa sebagai suatu totalitas, seluruh bidang linguistik.
8. Mendiskusikan dan mempertanyakan kriteria validitas dengan tujuan
menghasilkan konsensus diantara peserta wacana, misalnya dalam karya
Prinsip –prinsip wacana yang
dimaksud adalah :

-Tujuan

-Kohesi

-Koherensi

-Sasaran

-Pesan/isi

-Keadaan

-Interteks
Pemateri 2
Are Saputra
B. JENIS-JENIS WACANA

1. Wacana Berdasarkan Bentuk, Berdasarkan kedua pendapat di atas, wacana dapat


disajikan dalam 5 bentuk atau ragam yakni:

a. Deskripsi
b. Narasai
c. Eksposisi (paparan)
d. Argumentasi (pembahasan atau pembuktian)
e. Persuasi
2. Wacana Berdasarkan Pemaparan Dan Penyusuan, Isi, Dan Sifatnya

Ditinjau dari segi pemaparan dan penyusunan, isi dan sifatnya ,


wacana itu banyak jenisnya beberapa diantaranya yaitu:

a. Wacana Naratif
b. Wacana Prosedural
c. Wacana Hortatorik
d. Wacana Ekspositorik
e. wacana Deskriftif
3. WACANA BERDASARKAN JUMLAH
PENUTUR
● Darma (2009) membagi wacana menurut jumlahnya dalam 2 jenis yaitu:

a. Wacana Dialog
b. Wacana Monolog
4. WACANA BERDASARKAN MEDIA KOMUNIKASINYA

● Jenis wacana ditinjau dari segi media komunikasi meliputi


wacana lisan dan wacana tulisan.
Pemateri 3
Marsianus Catur Luxsino
C. KOHESI DAN KOHERENSI WACANA

1 . KOHESI
Kohesi merupakan aspek formal bahasa.
Dalam kohesi ,kaidah –kaidah yang digunakan adalah berdasarkan penyampaian informasi
lama dan informasi baru.
Menurutnya kohesi terlihat pada permukaan, sedangkan koherensi adalah apa
yang ada didalam suatu teks. Kalau ada kohesi dan ada koherensi. Perhatian
contoh berikut :
A : Dimana rumahmu?
B :jalan Mangga No. 11.

Widdowson (1979) juga menjelaskan bahwa dalam realitas wacana, kehadiran


kohesi dan koherensi terkadang tidak bersama. Perhatikan contoh berikut :
A : Jam berapa sekarang?
B : Tukang bakso baru lewat.

Kedua tuturan diatas tidak mempunyai kohesi. Perhatikan contoh berikut :


A : Buku apa yang kamu beli?
B : wah bagus sekali bajumu.
Menurut Djajasudarma (2006) : kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur
yang satu dengan yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian
yang apik atau koheren.

Menurut Abidin (2010), mengatakan sebuah paragraf yang baik harus mampu
memenuhi ciri dan syarat paragraf, salah satunya harus kohesi dan koheren.

Menurut Halliday dan Hasan (1985) menyatakan suatu teks memiliki tekstur yang
diciptakan oleh adanya hubungan yang kohesif antar kalimat didalam teks
tersebut.
Kaidah kohesi ini lebih dikenali dalam istilah perujukan, penertian,
pengguguran, konjungsi, dan dramatikal leksikal.

1. Perujukan. Perujukan ataupun rujukan ini ialah merejuk kepada unsur sebelum
atau selepas yang berkaitan dengan hubungan semantik. Perujukan ini dilihat
dari dua sudut yaitu perujukan eksoforik dan perujukan endomorik.
a. Perujukan Eksoforik
b. Perujukan Endomorik
1. Perujukan Anaforik
2. Perujukan Kataforik
2. Penggantian. Penggantian ini dikenali sebagai subtitution.
Penggantian adalah pengambilalihan atau pertukaran bagi sesuatu
segmen kata, frasa atau klausa oleh kata ganti yang lainnya.
A. PenggantianNomina
B. PenggantianVerbal
C. Penggantian Klausa
3. Pengguguran. Ada yang mengatakan bahwa pengguguran ini juga
sebagai penghilangan dan juga lebih dikenali elipsis. Pengguguran ini
mengandungi pengguguran nomina, pengguguran verbal, dan
pengguguran klausa.

4. Konjungsi. Konjungsi ini juga dikenali sebagai kata penghubung.


Penggunaan kata penghubung akan membuat wacana makin kohesif.
2. Koherensi
Untuk koherensi dari sebuah paragraf dan wacana, ada
bentuk lain yang sering digunakan yaitu kata atau frase
(kelompok kata).
Pemateri 4
Syaifullah
D. KONSEP ANALISIS WACANA

Analisis wacana,dalam arti paling sederhana adalah kajian terhadap satuan


bahasa di atas kalimat.
Yang harus dipersiapkan seorang analisis wacana dalam menganalisis wacana ada
beberapa piranti :
1. Konteks situasi,
2. Prinsip interpretasi lokal dan anologi,
3. Deiksis,
4. Implikatur,
5. Pranggapan,
6. Inferensi,
7. Referensi,
8. Pengetahuan dunia pada umumunya.
Dalam penerapannya ada beberapa sudut pandang dalam menganalisis
wacana,pandangan menurut darma (2009) adalah sebagai berikut :
1.Pandangan kaum positiviseme-empiris
2.pandangan konstruktivisme
3.pandangan kritis
Pemateri 5
Lili Yuniarti
E. Analisi Wacana Kritis (AWK)
Analisis Wacana Kritis (critical discourse analysis) adalah analisis bahasa dalam
penggunaannya dengan menggunakan paradigma bahasa kritis.
Menurut Foucault (2002), menjelaskan definisi
fenomenal dari wacana beserta dengan potensi
politis dan kaitannya dengan kekuasaan yakni
bahwa diskursus atau wacana adalah elemen
taktis yang beroperasi dalamkancah relasi
kekuasaan.
Menurut Wodak dan Meyer (2001), analisis
wacana kritis melihat wacana, pemakaian
bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai
bentuk dari praktik sosial.
Pemateri 6
Selviyanti
E. Analisi Wacana Kritis (AWK)

Jorgensen & Philips (2007) mengidentifikasi lima ciri umum (AWK)

 Sifat struktur dan proses kultural dan sosial merupakan sebagian


linguistik-kewacanaan.
 Wacana itu tersusun dan bersifat konstitutif.
 Penggunaan bahasa hendaknya dianalisis secara empiris dalam
konteks sosialnya.
 Fungsi wacana secara ideologis.
 Penelitian kritis.
Fairclough (2003) memberikan tingkatan AWK,
sebagai berikut:
1. Analisis Mikrostruktur (proses produksi)
2. Analisis Mesostruktur (proses interpretasi)
3. Analisis Makrostruktur (proses wacana)
Sejalan dengan pentingnya konteks dalam AWK, Darma (2009) menyatakan
bahwa wacana mesti dipahami dan ditafsirkan dari kondisi dan lingkungan
sosial yang mendasarinya.
1. Historis
2. Kekuasaan
3. Ideologi
Beberapa pendekatan utama dalam AWK
menurut Darma (2009) sebagai berikut:

● Analisis Bahasa Kritis


● Analisis Wacana Pendekatan Prancis
● Pendekatan Kognisi Sosial
● Pendekatan Perubahan Sosial
● Pendekatan Wacana Sejarah
Sekian dari kelompok
kami

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai