Anda di halaman 1dari 13

MODUL 4 KEGIATAN BELAJAR 2

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
INTELEKTUAL,BAHASA,MORAL, D
S
DAN SPIRITUAL ANAK A
N
IK
ID
D
N
E
P
IF
T
K
E
P
S
R
E
P
4
0
1
4
K
G
D
P

OLEH :

NAMA : ANGGI SETYA VILANDARU


NIM : 857929016
A.KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN INTELEKTUAL

Intelegensi atau intelek pada dasarnya memiliki arti sama,dalam hal ini intelek berarti
berfikir, sedang intelektual adalah kemampuan kecerdasan. berfikir merupakan
perbuatan menimbang-nimbang,menguraikan ,menghubungkan sampai pada akhirnya
mengambil keputusan.sedang kecerdasan merupakan kemampuan seseorang dalam
memecahkan masalah dengan cepat .

Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak usia Sekolah Dasar termasuk pada tahap
perkembangan Operasi Konkret. Pada tahap ini anak mampu berfikir secara logis dan
kuantitatif,mereka mampu berfikir objektif dalam mengkaji kejadian. Kemampuan
berfikir logis ini terwujud dalam kemampuan mengklasifikasikan objek sesuai dengan
klasifikasinya,mengurutkan beda sesuai dengan tata urutanya, kemampuan untuk
memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berfikir secara deduktif. Mereka
telah mampu berfikir deserter yaitu kemampuan untuk memusatkan pada beberapa
atribut dari sebuah benda atau kejadian secara bersamaan dan mengerti hubungan antar
dimensi.
Berikut ini adalah empat tahapan kemampuan yang dimiliki anak pada tahap operasi konkret :

1. Desentrasi dan Konservasi

Dalam kegiatan ini, anak diperlihatkan 2 buah gelas dengan ukuran dan bentuk yang sama. Gelas tersebut diisi air sama
banyaknya, kemudian mereka diminta memberi komentar tentang isi dalam gelas tersebut apakah sama banyak,mereka
berkata bahwa isi gelas tersebut sama. Kemudian isi gelas tersebut dipindahkan ke dalam gelas yang berbeda ukurannya,
yang satu berukuran pendek dan besar, dan yang lain berbentuk kecil dan tinggi. Anak ditanya apakah kedua isi gelas
tersebut sama, maka mereka menjawab tetap sama, karena isi gelas tadi hanya dipindahkan, tanpa ditambah ataupun
dikurangi isinya. Hal ini menunjukkan bahwa anak punya konsep bahwa perubahan pada satu dimensi, misal tinggi air
dalam gelas, dapat dikompensasikan dengan perubahan dari dimensi lain yaitu lebar. Hal tersebut termasuk dalam
konservasi isi/volume. Selain dari konservasi isi! volume ada juga konservasi substansi, konservasi jumlah, dan konservasi
berat

2. Seriasi
Karakteristik lain dari tahap operasional konkret adalah kemampuan untuk mengatur benda sesuai dengan beberapa
dimensi kuantitatif, seperti berat atau ukuran. Pada tahap ini anak mampu mengurutkan benda dari yang besar sampai
yang terkecil, atau sebaliknya. Misalnya anak diberikan beberapa buah gelas dengan beberapa bentuk dari yang terbesar
sampai terkecil, kemudian mereka diminta mengurutkan gelas-gelas tersebut dari yang bentuknya terbesar sampai
terkecil atau sebaliknya dari yang terkecil sampai terbesar, mereka dapat melakukannya dengan sempurna dan benar.
3. Pemikiran Rasional
Pada tahap ini anak dapat menyebutkan karakteristik teman-teman sekelas, misalnya Bram yang kurus, Tito yang gemuk,
Lulu yang pendek, Dion yang tinggi, dan seterusnya. Anak dapat membandingkan dua benda atau lebih atau suatu
kejadian. Dalam hal ini anak dapat berpikir secara rasional sesuai dengan yang mereka lihat. Misalnya pada malam hari
kamar Neby lebih terang dari pada kamar Fero, atau Bram kurus sedang Tito lebih gemuk, Lala lebih pendek dari pada
Sani.

4.Inklusi Kelas
Anak pada tahap operasi konkret dapat berpikir secara bersamaan tentang bagian dan keseluruhan. Dalam pengertian ini
anak dapat menggambarkan prinsip logis bahwa terdapat hubungan hierarki antargolongan, Misal, jambu termasuk buah-
buahan, semua buah-buahan termasuk makanan, selanjutnya anak dapat memikirkan sebuah operasi dan secara mental
dapat memisahkan setiap golongan benda dan menggabungkannya kembali. Golongan makanan adalah sesuatu yang dapat
dimakan, tidak hanya buah. Selain itu anak dalam tahap operasi konkret dapat mengerti bahwa sifat khusus dari benda
dapat termasuk lebih dari satu golongan yang mempunyai hubungan pada satu saat yang disebut dengan prinsip
penggandaan kelas atau relasi. Sebagai contoh, jambu termasuk dalam golongan makanan alamiah dan manis rasanya,
sedang biskuit termasuk golongan makanan buatan dari golongan yang terbuat dari tepung.
B. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
1.Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan dalam berkomnuikasi atau berinteraksi.bahasa yang dapat digunakan ada
beberapa macam diantaranya bentuk percakapan,tulis,isyarat tangan,gerak tubuh,ekspresi wajah,ungkapan musik,dan
sebagainya.
sebagai contoh seorang bayi yang terlelap tidur,tiba-tiba manangis,membuat orangtuanya terkejut, setelah dilihat ternayata ada
seekor nyamuk mengigit.dalam hal ini tangisan bayi mengisyaratkan bahwa dia merasakan ketidaknyamanan karena digigit
nyamuk dan merasa gatal.
Semakin dengan bertambahnya usia dan matangnya organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara,seperti alat
bicara,pertumbuhan dan perkembangan otak,anak semakin jelas dalam mengutarakan kemampuan melalui ucapan dan
bahasanya

2.Fungsi Bicara

a). Untuk Mengekspresikan Perasaan


Fungsi bahasa pertama ini merupakan kalimat spontan yang terucap tanpa ada tujuan apapun dan kepada siapapun. Sbagai
contoh bu inggit tiba-tiba berkata yaa…, ternayata salah satu bungga yang sedang dirangkainya patah. Kalimat “yaaa…,”
menggambarkan Bu inggit sedikit mengalami kekecewaan karena bunganya patah.
b). Untuk mempengaruhi oranglain
Sebagai Contoh seorang bayi menangis disaat bangun tidur, ibunya datang melihat penyebab bayinya menangis, dilihat
celananya tidak basah,kemudian digendong masih menangis,ibunya kemudian membuatkan bubur susu dan menyuapinya,setelah
merasa kenyang maka bayi pun terlihat tenang kembali.
C). Untuk menyampaikan informasi
Fungsi ketiga ini bermaksud untuk menyampaikan informasi atau memberitahukan sesuai kepada oranglain.
3.Tahap-tahap bicara

a) Menangis.
Menangis merupakan cara bayi untuk berkomunikasi dan juga melakukan hubungan sosial dengan sekelilingnya.arti
tangisan bayi dapat ditandai melalui irama,intensitas dan juga gerakan badan yang mengiringinya..
b). Berceloteh
Dengan bertambahnya umur dan semakin berkembangnya mekanisme suara,bayi dapat mengeluarkan sejumlah bunyi
eksplosif.suara-suara yang dikeluarkan kalau didengar tidak menimbulkan arti.seperti ma…ma..ma… dan
sebagainya.melalui bimbingan dari orangtua,pebgasuh,atau orang-orang di sekitarnya, bayi termotivasi untuk belajar
bicara.
c). Holofrase
Mulai usia 2 tahun sampai menjelang sekolah, anak sudah mulai jelas berbicaranya,mereka tidak lagi belajar berbicara
dengan ibu atau pengasuhnya melainkan juga dengan lingkungan.dengan berbicara. anak dapat menutarakan maksud
pembicaraan dengan oranglain. Seperti contoh saat wina bertamu ke rumah tetangga bersama ibunya, ”Wina mau” sambil
menunjuk kue yang ada di atas meja. Dengan perkataan tersebut ibunya dapat menangkap maksud ucapan Wina bahwa dia
mau makan kue yang ada di 4 meja tersebut. Untuk menyampaikan gagasannya, anak memerlukan bantu ekspresi agar
dimengerti orang yang diajak bicara. Dengan demikian ana akan mudah bersosialisasi.
d). Mengobrol
Mengobrol (social speech) merupakan bentuk berbicara yang mempunyai makna sosial, bertujuan agar pembicaraannya
didengar dan dimengerti olch orang lain. Pada waktu mengobrol, anak harus mampu menyesuaikan diri dengan pokok
pembicaraan dan perilaku yang diajak bicara. Dalam kegiatan mengobrol dapat berbentuk tanya jawab, bertukar pikiran
atau informasi, juga dapat berupa permintaan, suruhan, maupun ancaman.
4. FAKTOR – FAKTOR MEMACU ANAK CEPAT BICARA

a) Keluarga

Orang tua, saudara dan orang lain dalam keluarga sering melibatkan anak-anak untuk membicarakan berbagai hal sesuai
dengan dunia anak. Keterlibatan tersebut akan memperkaya kosakata anak. Susunan kata dalam kalimat yang
diucapkannya juga semakin baik.

b) Media Elektronik

Radio, televisi, film, tape recorder, dan media elektronik lain dapat membantu anak untuk belajar bicara dan menambah
kosakata. Melalui media tersebut, anak dapat mendengarkan dan menyimak pembicaraan orang lain dengan seksama,
pemahaman terhadap pembicaraan orang lain juga meningkat.

c) Sekolah

Melalui buku pelajaran, komunikasi dengan guru dan teman-teman di Sekolah, anak-anak dapat meningkatkan penguasaan
kosakata. Mereka juga mampu meningkatkan pemahaman terhadap kalimat-kalimat yang dibaca, dan didengar di sekolah.
Penambahan kosakata tidak saja dalam bahasa Indonesia, mungkin juga kata-kata yang berasal dari bahasa asing.
C. PEKEMBANGAN MORAL
1) Perkembangan Moral Menurut para pakar

a) Menurut Piaget

Anak usia sekitar 5 tahun mempunyai konsep bahwa benar salah masih dipahami dengan kaku. Anak menganggap berbohong
itu adalah perbuatan yang salah dan tidak baik. Pada tahap ini menurut Piaget disebut dengan tahap moralitas heteronomus
(heteronomous morality). Tetapi pada anak usia sekitar 11 tahun, yang proses berpikirnya sudah mulai berkembang, banyak
bergaul dengan teman sebayanya dan adanya pengaruh dari lingkungan, kadang-kadang menganggap bahwa berbohong tidak
selalu buruk.

a) Menurut Kohlberg

Kohlberg menamakan moralitas anak baik untuk tingkat pertama perkembangan moral anakanak. Pada tahap ini anak
mengikuti semua peraturan yang telah diberikan, dengan tujuan untuk mengambil hati orang lain dan berharap dapat
diterima dalam kelompok. Pada tingkat kedua perkembangan moral anak, Kohlberg menyebutnya dengan moralitas
konvesional atau moralitas dari aturan-aturan. Yang dimaksud di sini, anak menyesuaikan diri pada peraturan-peraturan
yang ada dalam kelompok dan disepakati bersama oleh kelompok tersebut.
2) Faktor-faktor yang mempengPerkembangan Moral Menurut para pakar
aruhi moral
a) Lingakaran rumah

Di rumah anak akan melihat dan meniru semua sikap dan perilaku Setiap anggota keluarga, sehingga peran orang tua sangat
berpengaruh dalam pembentukan tingkah laku anak. Melalui larangan, anjuran, pemberian hukuman dan hadiah perbuatan
yang salah dan perbuatan yang benar, akan membentuk tingkah laku anak di kemudian hari. Dengan adanya model yang baik,
akar mendorong anak untuk berbuat dan bertingkah laku baik pula.

b) Lingakaran Sekolah
Di sekolah dengan diadakan kegiatan yang mengandung unsur-unsur persaingan yang sehat, seperti olah raga akan melatih
anak untuk belajar bagaimana menerima kekalahan, berjiwa sportif, menghormati kemenangan orang lain, menerima
kekalahan, dan juga dapat melatih kerja sama. Selanjutnya, dengan adanya hubungan antar siswa dengan siswa, siswa dengan
guru, maupun siswa dengan staf lainnya akan banyak mempengaruhi aspek kepribadian anak.

C) Teman sebaya dan aktifitasnya


Semakin bertambah usia anak semakin luas lingkungan sosialnya, baik dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih
dewasa. Masing masing anak akan memiliki pola sikap maupun pola kepribadian.yang tentunya dapat mempengaruhi
perkembangan moral anak

d) Integelensi dan jenis kelamin


Anak dengan intelegensi rendah mengalami kesulitan untuk mencerna norma-norma, sehingga anak tersebut akan menarik
diri, pemalu, dan ditolak oleh lingkungan atau kelompoknya. Kemungkinan anak akan menjadi agresif karena terjadinya
penolakan tersebut.
D. PEKEMBANGAN AGAMA
Peran agama dalam kehidupan manusia sangat penting, sebab agama menjadi pengarah dan penentu dalam sikap dan
perilaku dalam kehidupan sehari hari. Dalam ajaran agama terkandung nilai-nilai moral dan etika yang harus dipakai sebagai
pedoman hidup yang universal dan abadi sifatnya. Selain itu agama mengajarkan untuk bertingkah laku dan berakhlak yang
baik, seperti kejujuran maupun keadilan. Bagi anak-anak, ajaran tersebut masih bersifat abstrak sehingga perlu contoh-
contoh konkret baik dalam bentuk perilaku maupun kata-kata dalam kehidupan sehari-hari .

Pada awalnya anak-anak mempelajari agama berdasarkan contoh, baik dari orang tuanya saat mereka di rumah, maupun dari
guru di sekolah. Apabila di rumah atau di sekolah, orang tua atau guru memperlakukan mereka dengan kasih sayang, maka
mereka juga akan memperlakukan temantemannya dengan kasih sayang pula. Bambang Waluyo dalam artikelnya
menyebutkan bahwa pendidikan agama di sekolah meliputi dua aspek penting yaitu:
1. Aspek pembentukan kepribadian (yang ditujukan kepada Jiwa).
2. Pengajaran agama (ditujukan kepada pikiran).
Guru berkewajiban menyadarkan siswa tentang adanya Tuhan dengan melakukan perintah-Nya, dan meninggalkan larangan-
Nya dengan cara melakukan ibadah tepat waktu dan berlaku sopan santun terhadap yang lebih tua.

Dalam menyampaikan materi pelajaran agama atau mata pelajaran lainnya, guru dituntut untuk kreatif melalui pemilihan
metode maupun media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi siswanya.

Berikut ini akan diuraikan tentang berbagai metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran di SD. :
Berikut ini akan diuraikan tentang berbagai metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran di SD :

1). Metode Bercerita


Bercerita dapat dipakai sebagai metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, kisah tokoh-tokoh agama,
peristiwa atau cerita tentang kehidupan sehari-hari. Dalam bercerita tersebut guru dapat memberikan tekanan pada nilai-nilai
yang baik atau buruk, dengan harapan para siswa dapat mencontoh hal-hal yang baik dan menghindari hal-hal yang buruk.

2). Metode Bermain


Melalui bermain dapat juga dilakukan pembelajaran, karena siswa senang belajar sambil bermain. Guru dapat menjelaskan
kepada para siswa tentang arti kebersamaan, dan berbagi rasa bersama teman-temannya, sehingga siswa tidak bersikap
menang sendiri, dapat menerima kekalahan dan tidak sombong apabila menang dalam bermain atau mempunyai mainan yang
lebih baik dibandingkan teman-temannya.

3) Metode Karyawisata
Dengan berkaryawisata siswa akan melihat dan mengamati secara langsung kehidupan aneka binatang, tumbuhan, atau
keindahan alam, sebagai bukti adanya keagungan Tuhan.

4) Metode Demostrasi
Melalui metode demonstrasi siswa dapat mengenal langkah-langkah dalam melaksanakan ibadah. Misalnya menunjukkan cara
mengerjaka! sholat, mulai mengambil air wudu (menyucikan diri sebelum melakuka! sholat) sampai dengan salam, atau
kegiatan-kegiatan lain.
5) Metode Pemberian Tugas

Tugas dapat diberikan secara perorangan maupun kelompok. Seperi dalam pemberian tugas menghafal bacaan
sholat, bacaan surat-surat pendek doa-doa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu yang selanjutnya doa-doi
tersebut diamalkan atau dijalankan sehari-hari.

6) Metode Diskusi dan Tanya jawab

Metode diskusi lebih sesuai diberikan untuk siswa kelas tinggi, karena siswa kelas tinggi (kelas 4 sampai kelas 6)
pada umumnya sudah dapat berpikir secara abstrak. Sedang metode tanya jawab dapat diberikan pada kelas
rendah untuk pertanyaan hafalan atau pertanyaan yang tidak memerlukan pemikiran lebih mendalam. Seperti
pertanyaan “siapa yang menciptakan pohon, bulan, matahari, atau yang lainnya”. Pertanyaanpertanyaan tersebut
bagi anak kecil hanya sekedar mengetahui dengan penjelasan sederhana dari guru, sehingga anak bisa
mengetahuinya. Sedang metode diskusi, perlu pemikiran lebih mendalam dari siswa, sehingga siswa dapat bertukar
pikiran, memecahkan masalah, atau menanyakan suatu masalah yang sekiranya siswa tidak mengetahuinya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai