Anda di halaman 1dari 21

KEHAMILAN

EKTOPIK
TERGANGGU
Erlin Nawang Kusumaratih P07124217015
Hanin Shafira Pramesti P07124217020
Anisha Putri Candraningtyas P07124217040
PENGERTIAN
Kehamilan Ektopik Terganggu merupakan
suatu kehamilan yang mengalami abortus
ataupun ruptur dengan tempat implantasi
abnormal (bukan di kavum uteri)
ANGKA KEJADIAN

Global: menurut WHO kehamilan ektopik terjadi 1-


2% dari seluruh kehamilan, di Amerika Utara 19,7
kasus per 1000 kehamilan

Indonesia: 5 – 6 kejadian per 1000 kehamilan


DIAGNOSIS
 Anamnesis: didapatkan gejala yang menyerupai kehamilan
yang bisa disertai keluhan atau tanpa keluhan perdarahan
pervaginam atau nyeri perut bagian bawah.
 Pemeriksaan Fisik: ditemukan hasil seperti kehamilan,
nyeri perut di adneksa, cavum douglas menonjol, ditemui
tanda peritonitis
 USG: akan ditemukan kehamilan ekstrauterin
TANDA-TANDA DAN GEJALA

  Nyeri panggul.

 Perdarahan yang keluar dari vagina. Perdarahan disebabkan karena


jaringan tuba yang meluruh atau infeksi sehingga mengeluarkan
darah. Umumnya kondisi ini bisa menimbulkan nyeri pada perut
dan ingin buang air besar terus menerus. 

 Mual dan muntah

 Nyeri pada perut bawah

 Kram perut
Nyeri pada satu sisi tubuh

Pusing atau lemah

Nyeri pada pundak, leher, atau rektum

Pingsan (jarang terjadi).


ETIOLOGI
Menurut Cuninggham (1999 : 399) bahwa etiologi KET dibagi tnenjadi
3 faktor yaitu:

Faktor mekanis yang mencegah atau menghambat perjalanan ovum


yang telah dibuahi kedalam kavum uteri.

a. Salpingitis

b. Adhesi peritubal atau perlekatan tuba

c. Kelainan pertumbuhan embrio seperti tuba sempit, panjang dan


berlekuk-lekuk

d. Kehamilan ektopik sebelumnya


e. Pembedahan sebelumnya pada tuba

f. Abortus induksi yang dilakukan lebih dari satu kali

g. Tumor yang mengubah bentuk tuba

h. Endometriosis

i. Pemakaian IUD
FAKTOR FUNGSIONAL YANG MEMPERLAMBAT PERJALANAN
OVUM YANG TELAH DIBUAHI KE DALAM KAVUM UTERI

a. Migrasi eksternal ovum dan migrasi internal ovum


b. Pada wanita dengan satu ovarium
c. Refluks menstrual
d. Berubahnya motilitas tuba.
FAKTOR LAIN
a. Kelainan zigot yaitu kelainan kromosom dan malformasi

b. Penggunaan hormon eksogen (estrogen) seperti pada


kontrasepsi oral

c. Aborsi tuba

d. Pembesaran ovarium

e. Pemakaian antibiotik pada infeksi tuba, tuba akan


menyempit

f. Pada wanita dengan umur berkisar 30 tahun


PATOFISIOLOGI
 Kehamilan Ektopik yang terjadi di Tuba Falopi pada
awalnya akan tumbuh dan mengalami proses pada
kehamilan normal.
 Tapikarena tuba bukan merupakan tempat yang baik
untuk pertumbuhan embrio maka akan mengalami
beberapa kemungkinan antara lain:
 Hasil konsepsi mati dini & diresorbsi
 Abortus dalam lumen tuba
 Ruptur dinding tuba
PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan KET dapat dibedakan


menjadi 3 yaitu:
Tatalaksana Expectant (Menunggu &
Waspada)
Medikamentosa
Pembedahan
1. Tatalaksana Expectant ( Menunggu
& Waspada)
 Dilakukan dengan cara menunggu kehamilan ektopik
berakhir sendiri tanpa terjadinya ruptur.
 Dengan syarat:
 Pasien harus punya bukti objektif terjadi penurunan
kadar  β-hCG
 Pasien harus betul betul patuh untuk follow up rutin
 Pasien harus dapat menerima bahwa risiko ruptur tetap
ada
2. MEDIKAMENTOSA
 Tatalaksana dengan pemberian obat
 Obat yang umum digunakan = Methotrexate
 Yang dapat diberikan dengan injeksi dosis mutiple dan dosis tunggal.
 Dengan syarat:
 Memiliki kadar  β-hCG yang abnormal dan tidak menemukan kantung
kehamilan intrauterine saat USG
 Pasien tanpa ada tanda & gejala perdarahan aktif
 Pasien harus bisa dipercaya untuk dapat datang kembali untuk follow up
 Ukuran hasil konsepsi dengan USG tidak lebih dari 4 cm atau 3,5 cm jika
dengan aktivitas jantung
 Tidak ada bukti terjadinya ruptur
 Kadar  β-hCG kurang dari sama dengan 000 mlU / Ml
Efek samping terapi Methotrexate:
 Nyeri abdomen, meningkatkan  kadar β-
hCG selama hari 1 s.d 3 pengobatan dan
perdarahan/ spotting.

Perlu diingatkan bahwa masih ada


kemungkinan limen ruptur
Perlu diingatkan untuk sementara
menghindari minuman beralkohol, vit yang
mengandung asam folat dll dan tidak
 Regimen Dosis Multiple
 Harusdisertai dengan leuvorin Tujuannya untuk
mengurangi efek samping dari methotrexate

 Dosis regimen methotrexate pada pemberian dengan cara


ini adalah 1 mg/kg IM, diberikan pada hari ke 0, 2, 4, dan
6 diikuti dengan pemberian regimen leucovorin dengan
dosis 0.1 mg/kg pada hari ke 1, 3, 5, dan 7.
 Karena insidens efek samping yang cukup tinggi dan
masalah kepatuhan pasien untuk berobat, pemberian
methotrexate dosis multipel mulai ditinggalkan.
Regimen Dosis Tunggal
Pemberian methotrexate dengan cara injeksi
dosis tunggal lebih populer dilakukan saat ini.
Dosis yang digunakan adalah 50 mg/m2 IM.
Secara umum, wanita dengan tinggi 160 cm
dan berat badan 60 kg, biasanya
membutuhkan dosis 80 mg. Dengan metode
ini, efek samping menjadi lebih rendah
sehingga penggunaan leucovorin tidak
diperlukan.
 Jika kadar β-hCG telah turun 15% atau lebih sejak hari ke-4, dilakukan
pemeriksaan kadar β-hCG mingguan sampai kadarnya menjadi negatif
 Jika kadar mingguan menjadi mendatar atau meningkat, pemberian methotrexate
kedua dengan dosis sama dengan dosis pertama dapat dilakukan
 Jika kadar β-hCG tidak turun sekurang-kurangnya 15% dari hari ke-4, berikan
methorexate kedua dengan dosis yang sama dengan yang pertama, dan observasi
bisa dilakukan terhadap pasien dengan langkah yang sama dengan pemberian
methotrexate pertama.
 Jika kadar β-hCG tidak menurun sampai hari ke-14, terapi bedah menjadi pilihan
selanjutnya
 Jika pasien mengalami peningkatan nyeri abdomen setelah pemberian
methotrexate, ulangi USG transvaginal untuk mengavaluasi kemungkinan
terjadinya ruptur
 Rata-rata tingkat keberhasilan regimen methotrexate dosis tunggal dilaporkan 88-
94%. 
3. PEMBEDAHAN
 Intervensi bedah yang dapat dilakukan sebagai terapi pada
kehamilan ektopik adalah salpingektomi dan salpingostomi.
 Salpingektomi : pembedahan untuk menyingkirkan/membuang Tuba
Fallopi. 
 Salpingostomi adalah metode membuka Tuba Fallopi, tetapi tanpa
menyingkirkan tuba. Salpingostomi. Disebut prosedur ini
merupakan prosedur rekonstruksi tuba dengan cara membuka
fimbriae tuba dan memperbaikinya.
 Pada perempuan tanpa faktor risiko infertilitas atau sudah tidak
berkeinginan untuk memiliki anak lagi, salpingektomi lebih
dianjurkan. Kedua metode pembedahan ini dapat dilakukan baik
secara laparoskopi maupun laparotomi. Namun, saat ini laparoskopi
lebih sering digunakan karena lebih cepat dan cenderung memiliki
efek samping yang lebih rendah. 
DAFTAR PUSTAKA

http://clarynitty.blogspot.com/2009/03/kehamilan-ektopik-ter
ganggu-ket.html?m=1
https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekolo
gi/kehamilan-ektopik/diagnosis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai