DALAM ORGANISASI Dimensi moral dan mentalitas • Dimensi moral dan mentalitas sangat menentukan kesuksesan dalam tata kelola perusahaan. Kesuksesan ini dapat dicapai bukan karena manusianya saja, melainkan terletak pada aspek moralitas dan mentalitas. Karena sikap ini yang menjadi jati diri manusia dalam mengelola perusahaan. Pada suatu saat sikap seseorang akan dipengaruhi oleh perasaan atau emosinya. Moral Kerja (employee morale) • Istilah moral digunakan untuk menerangkan perilaku organisasi. Dalam organisasi, pengertian moral sering dikaitkan dengan aktivitas kerja dan diistilahkan dengan employee morale. Pengertian Moral Kerja • Drafke dan Kossen (1998: 295) mendefinisikan: Moral kerja mengacu pada sikap-sikap karyawan baik terhadap organisasi yang mempekerjakan mereka, maupun terhadap faktor-faktor pekerjaan yang khas, seperti supervisi, sesama karyawan dan insentif keuangan. Ini dapat berasal dari individu maupun kelompok yang merupakan bagian dimana karyawan berada. • Keith Davis (1989: 76) mengemukakan bahwa: Moral diartikan sebagai sikap perorangan dan kelompok terhadap lingkungan kerjanya dan sikap untuk bekerja sebaik-baiknya dengan mengerahkan kemampuan yang dimiliki secara sukarela. Dalam hal ini lebih menekankan pada dorongan untuk bekerja dengan sebaik- baiknya dari pada sekedar kesenangan saja. • Judith R. Gordon (1991: 754) mengungkapkan: Moral kerja adalah suatu predisposisi dari anggota organisasi untuk berupaya keras dalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi. Moral meliputi komitmen terhadap tujuan itu. Moral adalah suatu fenomena kelompok yang meliputi upaya keras, adanya tujuan bersama dan perasaan pemilik. • Harris (1984: 238) menyatakan: Moral dimaksudkan sebagai persepsi karyawan terhadap keadaan yang ada dengan kata lain kesejahteraan, tingkat kepuasan karyawan dengan kondisi organisasi dan keadaan sekitarnya. Moral dikatakan tinggi apabila kondisi dan keadaan disekitarnya tampak menyenangkan dan dikatakan rendah apabila kondisi tidak menyenangkan Proses Terbentuknya Moral Kerja • Terbentuknya moral kerja berawal dari adanya persepsi pegawai terhadap situasi di dalam organisasi secara keseluruhan. Proses persepsi pada hakikatnya merupakan proses pengamatan, pengorganisasian, penafsiran dan pengevaluasian objek atau situasi tertentu secara selektif. Hasil dari proses persepsi, belajar dan pengalaman kerja di lingkungan organisasi tersebut akan menjadi bagian dari mekanisme penyesuaian secara terus-menerus antara kepercayaan (beliefs) dan perasaan (feeling) yang membentuk atau mengubah sikap individu. • Sikap merupakan kesiapsiagaan mental yang mempunyai pengaruh dan mempengaruhi secara timbal balik. • Fase selanjutnya, apabila sikap terbentuk sebagaimana Davis (1989: 68-70) sebagai gairah (zeal) dan kemauan (will to do), maka pada saat itu moral kerja mulai terbentuk. Tingkat moral • Tingkat moral yang terbentuk tergantung pada tiga keadaan kelompok, yaitu: • Seberapa jauh kesamaan tujuan para anggota kelompok dan persamaan persepsi terhadap tujuan bersama. • Seberapa jauh kelompok tersebut dipandang sebagai suatu yang berguna. • Seberapa besar keyakinan para anggota kelompok terhadap keberhasilan pencapaian tujuan. Dimensi Moral Kerja • Bange (1976: 40) mengemukakan terdapat tiga faktor yang menentukan terbentuknya moral kerja, yaitu: • Aspek Sikap Terhadap Pekerjaan Merupakan sikap pekerja secara umum terhadap aspek-aspek yang meliputi jenis pekerjaan, kemampuan untuk melakukan pekerjaan, suasana lingkungan kerja, hubungan dengan rekan kerja, serta sikap terhadap imbalan yang diterima. • Aspek Sikap Terhadap Atasan Sikap terhadap atasan dapat dipengaruhi oleh bagaimana perlakuan atasan terhadap karyawan, cara menangani keluhan kerja, cara penyampaian informasi, perancangan tugas, tindakan, pendisiplinan pekerja, dan bagaimana pandangan pekerja terhadap kemampuan atasanya dalam melaksanakan tugas. • Aspek Sikap Terhadap Perusahaan Sikap terhadap perusahaan atau organisasi dipengaruhi oleh kebijakan yang berlaku, pemenuhan kebutuhan pekerja, perbandingan dengan perusahaan lain, citra perusahaan, semangat kelompok dengan pihak atasan. Faktor yang menentukan moral kerj • Drafke dan Kosen (1998: 297) mengemukakan beberapa faktor yang menentukan moral kerja yaitu: • Organisasi. • Kegiatan-Kegiatan Selama Bekerja dan Setelah Bekerja. • Sifat Pekerjaan. • Teman Sejawat. • Kepemimpinan. • Penerapan Aturan. • Konsep. • Pemenuhan Kebutuhan Pribadi. Tingkat Perkembangan Moral Level Deskripsi Tingkatan 6. Mematuhi prinsip etika yang dipilih sendiri walaupun melanggar hukum. Prinsipal 5. Menghargai hak orang lain dan menjunjung nilai dan hak absolut tanpa mempedulikan opini mayoritas. 4. Menjaga tatanan konvensional dengan memenuhi kewajiban Konvensional yang telah anda setujui. 3. Hidup sesuai dengan ekspektasi orang-orang disekitar anda. 2. Mengikuti peraturan apabila sesuai dengan kepentingan Prakonvensional pribadi. 1. Mengikuti peraturan hanya untuk menghindari hukuman fisik. Mentalitas (mentality) • Mentalitas terkadang menjadi cambuk bagi individu, ketika mempertanyakan apakah kita memiliki mental yang baik atau buruk. Mentalitas seseorang ternyata tidak berbanding lurus dengan mentalitas komunitas yang lebih luas dimana mereka tinggal. Individu bermental kerdil, penjilat justru sering ditemui pada lingkungan dimana mentalitas komunitas itu bagus. Jadi lingkungan tersebut tidak tidak dapat membentuk mentalitas pribadi-pribadi di dalamnya. Seharusnya lingkungan yang sudah mempunyai mentalitas cukup baik mampu membawa individu menjadi lebih baik. • Mental elit atau pimpinan merupakan kunci demokrasi. Apabila mental elit bagus maka proses demokrasi akan berjalan baik, begitupun pada pimpinan atau manajer unit bisnis. Semakin baik mental pimpinan atau manajer maka proses bisnis akan berjalan dengan baik. Dalam pepatah lama, sukses organisasi sangat tergantung pada orang yang mengawakinya. Namun pepatah tersebut tidak semuanya benar, justru sukses organisasi bukan hanya tergantung pada manusia yang mengawakinya, namun tergantung pada moralitas dan mentalitas orang-orang yang mengawakinya, terlebih dengan pola pikir dan pola sikap yang baik sebagai jati diri manusia sukses dalam mengolah organisasi.