Perubahan Fisiologis Masa Perimenopause
Perubahan Fisiologis Masa Perimenopause
Perkembangan
Oleh :
Amanda (00218013)
D-III Kebidanan
Sub Materi
Lanjutan..
Kekurangan estrogen menyebabkan
Perempuan premenopause penurunan aktivitas seksual. Beberapa
mempunyai pola menstruasi yang pasangan menyatakan keinginan
tidak teratur. Siklus panjang melakukan aktivitas seksual
(oligomenore), jumlah darah yang meningkat. Alasan yang disampaikan
keluar sedikit, spoting, kemudian beragam, seperti perasaan feminim,
berhenti. Pada beberapa perempuan, tidak adanya ketegangan,
pola menstruasi lebih sering dan lebih meningkatnya waktu tidur, tidak ada
banyak. Ini menunjukkan masih ada emosi, dapat menimbulkan perasaan
pembentukan estrogen yang berlanjut keintiman. Beberapa perempuan
dengan ovulasi atau tanpa ovulasi. merasakan ketidaknyaman, nyeri
waktu senggama (dispareunia), dan
vagina kering.
Pola hubungan
Pola menstruasi seksual
Ovarium mulai mengecil setelah usia 30 tahun,
jumlah kista fungsional bertambah, yang
mencapai puncaknya pada usia 40-45 tahun. Ovarium
Pengurangan jumlah folikel
secara progresif berkorelasi
dengan penurunan ukuran
volume ovarium dan jumlah Ketika memasuki usia pramenopause, panjang
folikel antral selama fase kavum uteri mulai berkurang. Uterus mengecil,
folikuler awal. Pada usia ini selain disebabkan atrofi endometrium juga
sering ditemukan hiperplasiadisebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk
stroma ovarium. Jumlahjaringan
folikel ikat interstisial. Ketebalan endometrium
kurang
atresia meningkat padadari 5 mm. Dinding pembuluh darah menjadi
masa tipis dan rapuh. Meskipun atropi, endometrium
menopause. Setelah
menopause, akan masih memiliki reseptor estrogen, sehingga
berkurang karena stroma pemberian TSH dapat menyebabkan penebalan
ovarium menjadi fibrotik. endometrium. Pada pasca menopause, terjadi
involusi miometrium. Jika ada mioma uteri saat itu,
maka mioma tersebut akan mengalami regresi.
Serviks mengalami proses involusi pada masa
Uterus perimenopause. Serviks berkerut, epitelnya tipis, dan
mudah terluka. Kelenjar endoservik atropik,
sehingga lendir serviks berkurang.
Estrogen menyebabkan pH vagina rendah. Sintesis nitrit
oksida (NO) dipicu oleh pH vagina yang rendah (< 4,5). NO
bersifat bakterisidal. pH vagina meningkat ketika memasuki
masa perimenopause akibat penurunan kadar estrogen dan
akan terus meningkat pada masa pascamenopause hingga
pH mencapai 5 – 8. Peningkatan pH menyebabkan vagina
mudah terinfeksi mikroorganisme, seperti trikomonas,
kandida, streptokokus. Pada masa pascamenopause, vagina
mengalami involusi dan kehilangan rugae . Epitel vagina
atrofi, vaskularisasi dan aliran darah ke vagina, serta elastistik
yang berkurang, indeks kario piknotik menurun, Atrofi vagina
menyebabkan rasa panas, gatal, serta kering. Vaskularisasi
berkurang ke vagina menyebabkan epitel vagina menjadi
atrofi sehingga lubrikasi vagina berkurang.
Vagina
Panggul
Kekurangan estrogen
Kelenjar menyebabkan vulva mengalami
atrofi, hilangnya turgor, dan
payudara elastisitasnya menurun. Seiring
Kekurangan estrogen dengan penuaan, vulva juga
menyebabkan kekuatan dan mengalami involusi. Kulit vulva
elastistik otot dasar panggul atropi, lemak sub kutan
menghilang. Atrofi dan berkurang, terjadi perubahan
berkurangnya elastisitas dalam pembentukan epitel dan
Kekurangan
serta kekuatan otot-otot korium (dermis). Dapat terjadi
estrogen menyebab distrofi vulva. Pada kondisi ini,
dasar panggul
kan involusi payudara. terjadi atrofi dan hiperkeratosis.
menyebabkan kemampuan
Pada pascameno-
untuk mempertahankan atau
pause payudara
menopang organ reproduksi
mengalami
menjadi berkurang.
atropi, terjadi
pelebaran saluran air
susu, dan fibrotik. Vulva
Saluran kemih bagian bawah sangat
dipengaruhi oleh estrogen. Kekurangan
estrogen menyebabkan atrofi pada sel-
sel uretra dan berkurangnya aliran
darah ke jaringan. Epitel uretra dan
trigonum vesika urinaria mengalami
atrofi. Kadar kolagen pada jaringan
periuretra meningkat, namun kadar
proteoglikan tetap.
Inkotinensia urine (beser kencing)
merupakan ketidakmampuan
mengontrol buang air kecil, dialami
oleh sekitar 25% perempuan
perimenopause. Sensitivitas dan
rangsangan detrusor serta tonus vesika
meningkat, sedangkan kapasitas urine
tidak terganggu.
Sistem perkemihan
Metabolisme