Anda di halaman 1dari 17

Biologi Dasar dan Biologi

Perkembangan

“Perubahan fisiologi masa


perimenaopause”

Oleh :
Amanda (00218013)
D-III Kebidanan
Sub Materi

Sistem Endokrin Metabolisme

Pola Menstruasi Sistem Pernafasan

Pola Hubungan Seksual Sistem Kardiovaskuler

Sistem Reproduksi Sistem Muskuluskeletal

Sistem Perkemihan Sistem Saraf


Pendahuluan

 Masa perimenopause (Klimakterium) didefinisikan sebagai masa


perubahan dari masa premenopause menuju masa pascamenopause.
 Masa ini berlangsung sebelum dan beberapa tahun sesudah menopause.
 Dikatakan mulai sekitar 6 tahun sebelum menopause dan berakhir
kira-kira 6-7 tahun sesudah menopause.
 Ada 3 tahapan perimenopause:
 Premenopause
 Menopause
 Pascamenopaus
Lanjutan,,,
 Kadar estradiol menurun, sedangkan kadar FSH dan LH
meningkat pada awal masa perimenopause. FSH meningkat
secara bertahap dan mencapai puncak setelah perdarahan
terakhir terjadi. Kadar FSH yang meningkat, fase folikuler
menjadi lebih pendek, dan sebelumnya kadar estradiol
meningkat, menunjukkan bahwa kadar FSH tinggi merangsang
perkembangan folikel lebih cepat. Kenaikan cepat kadar
estradiol sebelumnya pada perkembangan folikel, mempercepat
awal siklus dan seleksi awal dari folikel dominan.
 Kenaikan awal FSH pada wanita adalah paling banyak sampai
7 tahun sebelum menopause, kemudian dipercepat dengan
peningkatan yang lebih besar dalam 2 tahun sebelum
menopause, akhirnya mencapai dataran tinggi sekitar satu tahun
setelah menopause.

Perubahan sistem endokrin


 Jangka pendek
 Keluhan vasomotor : gejolak panas (hot flushes), terasa panas pada wajah,
berkeringat, dan merasa terbakar, sering disertai palpitasi dan kecemasan
(anxietas).
 Masalah psikologis ; perasaan takut, gelisah, mudah tersinggung, lekas marah,
tidak konsentrasi, perubahan perilaku, depresi, disfungsi seksual.
 Urogenital ; nyeri senggama, vagina kering, keputihan/infeksi, perdarahan
pascasenggama, infeksi saluran kemih, gatal pada vagina/vulva, iritasi,
prolapsus uteri, nyeri berkemih, ngompol.
 Kulit Rambut ; kering/menipis, gatal-gatal, keriput, kuku rapuh, berwarna
kuning.
 Mata ; menipis, tumbuh di sekitar bibir, hidung, dan telinga
 Tulang ; nyeri tulang / otot.
 Lipid : kolesterol tinggi, HDL (high density lipoprotein/lemak baik) turun, LDL
(low density lipoprotein/lemak jahat) naik.

Dampak perubahan hormon


 Jangka panjang
 Osteoporosis
 Penyakit jantung coroner
 Aterosklerosis (penyempitan dan
pengerasan dinding pembuluh darah)
 Stroke
 Dimensia
 Kanker usus besar

Lanjutan..
Kekurangan estrogen menyebabkan
Perempuan premenopause penurunan aktivitas seksual. Beberapa
mempunyai pola menstruasi yang pasangan menyatakan keinginan
tidak teratur. Siklus panjang melakukan aktivitas seksual
(oligomenore), jumlah darah yang meningkat. Alasan yang disampaikan
keluar sedikit, spoting, kemudian beragam, seperti perasaan feminim,
berhenti. Pada beberapa perempuan, tidak adanya ketegangan,
pola menstruasi lebih sering dan lebih meningkatnya waktu tidur, tidak ada
banyak. Ini menunjukkan masih ada emosi, dapat menimbulkan perasaan
pembentukan estrogen yang berlanjut keintiman. Beberapa perempuan
dengan ovulasi atau tanpa ovulasi. merasakan ketidaknyaman, nyeri
waktu senggama (dispareunia), dan
vagina kering.

Pola hubungan
Pola menstruasi seksual
Ovarium mulai mengecil setelah usia 30 tahun,
jumlah kista fungsional bertambah, yang
mencapai puncaknya pada usia 40-45 tahun. Ovarium
Pengurangan jumlah folikel
secara progresif berkorelasi
dengan penurunan ukuran
volume ovarium dan jumlah Ketika memasuki usia pramenopause, panjang
folikel antral selama fase kavum uteri mulai berkurang. Uterus mengecil,
folikuler awal. Pada usia ini selain disebabkan atrofi endometrium juga
sering ditemukan hiperplasiadisebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk
stroma ovarium. Jumlahjaringan
folikel ikat interstisial. Ketebalan endometrium
kurang
atresia meningkat padadari 5 mm. Dinding pembuluh darah menjadi
masa tipis dan rapuh. Meskipun atropi, endometrium
menopause. Setelah
menopause, akan masih memiliki reseptor estrogen, sehingga
berkurang karena stroma pemberian TSH dapat menyebabkan penebalan
ovarium menjadi fibrotik. endometrium. Pada pasca menopause, terjadi
involusi miometrium. Jika ada mioma uteri saat itu,
maka mioma tersebut akan mengalami regresi.
Serviks mengalami proses involusi pada masa
Uterus perimenopause. Serviks berkerut, epitelnya tipis, dan
mudah terluka. Kelenjar endoservik atropik,
sehingga lendir serviks berkurang.
Estrogen menyebabkan pH vagina rendah. Sintesis nitrit
oksida (NO) dipicu oleh pH vagina yang rendah (< 4,5). NO
bersifat bakterisidal. pH vagina meningkat ketika memasuki
masa perimenopause akibat penurunan kadar estrogen dan
akan terus meningkat pada masa pascamenopause hingga
pH mencapai 5 – 8. Peningkatan pH menyebabkan vagina
mudah terinfeksi mikroorganisme, seperti trikomonas,
kandida, streptokokus. Pada masa pascamenopause, vagina
mengalami involusi dan kehilangan rugae . Epitel vagina
atrofi, vaskularisasi dan aliran darah ke vagina, serta elastistik
yang berkurang, indeks kario piknotik menurun, Atrofi vagina
menyebabkan rasa panas, gatal, serta kering. Vaskularisasi
berkurang ke vagina menyebabkan epitel vagina menjadi
atrofi sehingga lubrikasi vagina berkurang.

Vagina
Panggul
Kekurangan estrogen
Kelenjar menyebabkan vulva mengalami
atrofi, hilangnya turgor, dan
payudara elastisitasnya menurun. Seiring
Kekurangan estrogen dengan penuaan, vulva juga
menyebabkan kekuatan dan mengalami involusi. Kulit vulva
elastistik otot dasar panggul atropi, lemak sub kutan
menghilang. Atrofi dan berkurang, terjadi perubahan
berkurangnya elastisitas dalam pembentukan epitel dan
Kekurangan
serta kekuatan otot-otot korium (dermis). Dapat terjadi
estrogen menyebab distrofi vulva. Pada kondisi ini,
dasar panggul
kan involusi payudara. terjadi atrofi dan hiperkeratosis.
menyebabkan kemampuan
Pada pascameno-
untuk mempertahankan atau
pause payudara
menopang organ reproduksi
mengalami
menjadi berkurang.
atropi, terjadi
pelebaran saluran air
susu, dan fibrotik. Vulva
 Saluran kemih bagian bawah sangat
dipengaruhi oleh estrogen. Kekurangan
estrogen menyebabkan atrofi pada sel-
sel uretra dan berkurangnya aliran
darah ke jaringan. Epitel uretra dan
trigonum vesika urinaria mengalami
atrofi. Kadar kolagen pada jaringan
periuretra meningkat, namun kadar
proteoglikan tetap.
 Inkotinensia urine (beser kencing)
merupakan ketidakmampuan
mengontrol buang air kecil, dialami
oleh sekitar 25% perempuan
perimenopause. Sensitivitas dan
rangsangan detrusor serta tonus vesika
meningkat, sedangkan kapasitas urine
tidak terganggu.
Sistem perkemihan
Metabolisme

Metabolisme basal menurun,


kebutuhan kalori menurun, sehingga
berisiko obesitas. Motilitas usus
menurun menyebabkan waktu
pengosongan lambung bertambah,
sehingga berisiko perut kembung, sulit
buang air besar. Sekresi enzim
pencernaan dan asam lambung
menurun, menyebabkan gangguan
penyerapan nutrien sehingga berisiko
defisiensi zat gizi mikro, seperti
defisiensi besi. Penurunan fungsi gigi-
geligi menyebabkan gangguan
mengunyah.
Sistem kardiovaskuler  Penurunan kadar hormon
 Pada perempuan perimenopause estrogen menyebabkan gangguan
kekuatan otot dada menurun metabolisme lemak, dimana
dan sendi tulang iga menjadi kadar HDL menurun sehingga
kaku yang dapat yang banyak terbentuk adalah
mengganggu pernafasan. LDL.
  Lipoprotein berperan dalam
Elastisitas paru-paru juga
berkurang yang menyebabkan pembentukan endapan dan
laju pernafasan berkurang. trombosis pada pembuluh darah.
Jantung membesar, katup jantung
 Semua kondisi tersebut menebal dan kaku, pembuluh
menyebabkan kekurangan darah kaku menyebabkan
asupan oksigen. gangguan sirkulasi darah
 Refleks batuk menurun sehingga berisiko mengalami
menyebabkan benda asing yang penyakit kardiovaskuler dan
masuk ke saluran pernafasan anemia
sulit dikeluarkan, sehingga
berisiko aspirasi dan
infeksi. Sistem pernafasan
Sistem
muskuloskeletal

Berkurangnya kadar estrogen menyebabkan serabut


otot mengecil dan elastisitasnya menurun, kulit menjadi
kering dan kasar, pruritis, gatal, dan keriput akibat
kehilangan sebagian jaringan lemak dan kelenjar keringat,
serta kelembabannya juga berkurang. Kulit kepala dan
rambut menipis, rambut berubah abu-abu dan memutih.
Kuku tumbuh lambat, menjadi keras dan rapuh.
Perempuan perimenopause mengalami penyusutan massa
tulang 1-2% per tahun. Penurunan kadar estrogen
menyebabkan berkurangnya penyerapan kalsium dan
meningkatkan aktivitas osteoklas. Hal ini menyebabkan
massa tulang berkurang sehingga berisiko mengalami
osteoporosis dan mudah patah.
Penurunan kadar estrogen menyebabkan
gangguan fungsi sel-sel saraf dan
pengurangan aliran darah ke otak. Pada
perempuan perimenopause terjadi proses
degeneratif sehingga fungsi seluruh sistem
saraf dapat menurun. Proses degeneratif ini
berjalan seiring bertambahnya usia walaupun
perempuan tersebut sehat. Kelainan yang
sering terjadi seiring bertambahnya umur
adalah tremor, kesemutan, vertigo, sinkop,
gangguan tidur, nyeri, dimensia, depresi,
stroke, parkinson.
Sistem saraf
Sekian…

Anda mungkin juga menyukai