• Faktor Psikologis
a) Demensia dan enuresis juga dapat menyebabkan inkontinensia urine.
• Obat-obatan. Obat yang dapat menimbulkan inkontinensia urine, misalnya agonis alfa adrenergik,
antikolinergik, antagonis alfa, diuretik, calcium channel blockers, ACE inhibitor, dan obat sedatif.
• Fisiologi Berkemih
Fungsi berkemih sangat tergantung pada struktur anatomi (vesika urinaria, uretra, dan otot
pelvis), jaringan penyokongnya, serta sistem persarafan traktus urinarius bawah. Traktus urinarius
bawah berfungsi untuk menyimpan (storage/filling) dan mengeluarkan urine (voiding). Kelainan pada
mekanisme ini akan menyebabkan gangguan miksi dan terkadang menyebabkan inkontinensia.
Refleks miksi diatur pada pusat miksi di pons dan korteks serebri, kemudian stimulus
dihantarkan ke detrusor, sfingter, dan vesika urinaria melalui saraf somatik, parasimpatik, dan
simpatik medula spinalis. Pons berfungsi untuk mengatur relaksasi sfingter uretra dan kontraksi otot
detrusor, sedangkan korteks serebri berfungsi untuk menginhibisi refleks miksi. [4,9]
Pada fase filling atau storage, terjadi inhibisi parasimpatik (S2-4) dan stimulasi saraf simpatik
(T6) untuk kontraksi leher buli dan relaksasi dinding buli. Saraf somatik pada nukleus onuf
merangsang relaksasi rhabdosfingter dan mempertahankan tonus otot periuretra serta otot dasar
pelvis. Vesika urinaria mempertahankan kondisi relaksasi, ekspansi adekuat, outlet tetap tertutup,
mukosa uretra intak, tekanan intravesika rendah, serta tekanan uretra tinggi.
Ketika vesika urinaria penuh, dinding buli akan mengalami distensi, sehingga otot detrusor
merangsang medulla spinalis dan pons untuk inhibisi simpatik, inhibisi saraf somatik, dan stimulasi
parasimpatik. Fase pengosongan (voiding) dimulai saat terjadi relaksasi rhabdosfingter, relaksasi leher
buli, dan kontraksi otot detrusor, sehingga resistensi uretra menurun dan urine dapat dikeluarkan.
• Inkontinensia Stress
• Inkontinensia Fungsional
Inkontinensia fungsional terjadi akibat gangguan fisik ataupun
psikologis, tidak terdapat kelainan dalam proses fisiologi berkemih.
Kelainan ini umumnya disebabkan karena faktor etiologi
nongenitourinari yang dapat berlangsung transien ataupun permanen.
Gejala dan Penyebab Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine disebabkan oleh banyak hal, mulai dari gaya hidup
hingga kondisi medis tertentu. Berikut ini adalah beberapa penyebab dari
inkontinensia urine berdasarkangejala yang ditimbulkan:
• Mengompol ketika ada tekanan (stress incontinence)
Penderita inkontinensi ajenis ini akan mengompol ketika kandung
kemih tertekan, seperti saat batuk, bersin, tertawa keras, atau mengangkat
beban. Kondisi ini disebabkan oleh otot saluran kemih yang terlalu lemah
untuk menahan urine ketika ada tekanan. Otot kandung kemih dapat melemah
karena berbagai faktor, misalnya karena proses persalinan, berat badan
berlebih, atau komplikasi pascaoperasi seperti rusaknya saluran kemih.
• Tidak dapatmenundabuang air kecil (urge incontinence)
Penderitainkontinensiajenisini tidak dapat menahan buang air kecil
ketika dorongan untuk itu muncul. Sering kali perubahan posisi tubuh atau
mendengar suara aliran air membuatpenderitamengompol. Kondisi ini
disebabkan oleh otot kandung kemih yang berkontraksi secara berlebihan.
Kontraksi dipicu oleh konsumsi kafein, soda, alkohol, dan pemanis buatan
secara berlebihan, infeksi saluran kemih, sembelit, serta gangguan saraf,
seperti stroke atau cederasaraftulangbelakang.
Mengompol secara tiba-tiba (overflow incontinence)
Penderita inkontinensia jenis ini dapat ngompol sedikit-sedikit.
Kondisi ini terjadi akibat kandung kemih tidak dapat dikosongkan sampai
benar-benar kosong (retensi urine kronis), sehingga sisa urine di dalam
kandung kemihakan keluar sedikit-sedikit. Retensi urine kronisdapat terjadi
ketika kandung kemih atau saluran kemih mengalami penyumbatan,
sehingga mengganggu keluarnya urine. Penyumbatan ini umumnya
disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat, tumor atau batu pada
kandung kemih, ataukarenasembelit.