Anda di halaman 1dari 9

DOSEN PENGAMPU: SRI WAHYUNI, ST.

,MT

MY PROFILE SEJARAH ARSITEKTUR


EDUCATION

ARSITEKTUR
TRADISIONAL SUKU
BUGIS

SKILLS
MELIZA(E1B120045)
EXPERIENCE

This template was made by Slidesgo


Arsitektur Tradisional
Arsitektur tradisional merupakan bentukan
arsitektur yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Mempelajari bangunan
tradisional berarti mempelajari tradisi masyarakat
yang lebih dari sekadar tradisi membangun secara
fisik. Masyarakat tradisional terikat dengan adat
yang menjadi konsesi dalam hidup bersama.
(Amos Rapoport;1960)

Konsep Arsitektur Tradisional


Suku Bugis

Konsep arsitektur masyarakat tradisional Bugis bermula


dari suatu pandangan hidup ontologis, bagaimana
memahami alam semesta secara “universal”. Filosofi
hidup masyarakat tradisional Bugis yang disebut
“Sulapa Appa”, menunjukkan upaya untuk
“menyempurnakan diri”. Filosofi ini menyatakan bahwa
segala aspek kehidupan manusia barulah sempurna jika
berbentuk “Segi Empat”. Filosofi yang bersumber dari
“mitos” asal mula kejadian manusia yang diyakini terdiri
dari empat unsur, yaitu : tanah, air, api, dan angin.

This template was made by Slidesgo


Rumah Adat Suku Bugis

EDUCATION

Berbeda dengan suku lainnya, suku Bugis sangat


menjunjung tinggi adat Sulawesi Selatan dan
dipadukan dengan adat agama Islam. Dengan
perpaduan tersebut, membuat rumah adat khas
suku Bugis memiliki desain rumah yang cukup
unik. Rumah adat suku Bugis terletak pada arah
pembangunan, dengan mengarahkan bangunan
ke kiblat.
Rumah adat suku Bugis terdiri dari tiga
bagian yaitu:
• Awa-bola kolong rumah yang terletak di
bagian bawah antara lantai dengan tanah
atau bagaian bawah lantai panggung
yang dipakai untuk menyimpan alat-alat Selain itu rumah Bugis umumnya memiliki
pertanian dan ternak. suatu ruang pengantar yang berupa lantai
• Ale-bola (alle bola), terletak antara lantai panggung di depan pintu masuk, yang
dan loteng ruang dimana orang tinggal dinamakan tamping. Tamping ini biasanya
dan dibagi-bagi menjadi ruang-ruang disebut juga sebagai tapping, merupakan
khusus, untuk menerima tamu, tidur, dan bangunan tambahan pada setiap bangunan
makan. rumah adat suku Bugis sesudah badan
• Rakeang, bagian atas rumah di bawah rumah.bangunan tambahan itu terletak di
atap terdiri dari loteng dan atap rumah samping badan rumah dan memanjang
yang dipakai untuk menyimpan padi dan sepanjang badan rumah.
lain persediaan pangan serta benda-
benda pusaka. Selain itu karena letaknya
agak tertutup sering pula digunakan
untuk menenun dan berdandan.

This template was made by Slidesgo


Untuk Sao-raja, ada tambahan dua ruangan lagi:
1. Lego-lego
Lego-lego (teras) adalah suatu bangunan di depan
bangunan induk yang merupakan bangunan tambahan
yang mempunyai bentuk atap yang tidak ubahnya
sebuah rumah dengan ukuran yang lebih kecil,
didempetkan sejajar dengan bangunan induk.
2. Dapureng
Biasanya diletakkan di belakang atau di samping,
Dapur adalah bangunan tambahan yang dibuat di
belakang bangunan induk sebagai tempat
penyelenggaraan kegiatan untuk menyiapkan
keperluan sehari-hari bagi penghuni rumah disebut
dapureng (dapur).

Pembagian ruangdalam istilah Bugis disebut lontang (latte), dapat dikelompokkan dalam
tiga bagian sebagai berikut:
1. Lontang ri saliweng (ruang depan), sifat ruang semi private, berfungsi sebagai tempat
menerima tamu, tempat tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat menyimpan benih dan
tempat membaringkan mayat sebelum dikebumikan. Ruang ini adalah ruang tempat
berkomunikasi dengan orang luar yang sudah diizinkan untuk masuk. Sebelum memasuki
ruang ini orang luar diterima lebih dahulu di ruang transisi (tamping).
2. Lontang ritengngah (latte retengngah) atau ruang tengah, sifat ruang private, berfungsi
untuk tempat tidur kepala keluarga dan anak-anak yang belum dewasa, tempat makan,
melahirkan. Pada ruang ini sifat kekeluargaan dan kegiatan informal dalam keluarga amat
menonjol.
3. Lontang rilaleng (latte rilaleng), sifat sangat private, fungsi ruang ini untuk tempat tidur
anak gadis atau nenek/kakek. Anggota keluarga ini dianggap sebagai orang yang perlu
perlindungan dari seluruh keluarga.

This template was made by Slidesgo


TIMPA’ LAJA
“ATAP RUMAH BUGIS”
Rumah tradisional Bugis, ketinggian
atap/puncak rumah ditentukan dengan
mengambil ukuran ½ dari lebar rumah
ditambah dua jari isteri pemilik rumah.
Rumah tradisional Bugis memiliki
kemiringan 45˚.

Bentuk-bentuk timpak laja yang dikenal dengan suku Bugis pada zaman dulu:
1. Timpak laja lima’susun (lima susun), khusus bagi istana raja.
2. Timpak laja pata’susun (empat tingkat). Rumah yang mempunyai timpak laja empat tingkat
hanya boleh dihuni/dimiliki oleh golongan bangsawan yang memegang jabatan tinggi di
kerajaan Bugis.
3. Timpak laja tellu’susun (tiga tingkatan). Rumah yang mepunyai timpa’laja tiga tingkat adalah
warga keturunan arung (bangsawan), baik yang berasal dari keturunan To manurung maupun
keturunan raja lokal yang tidak mempunyai jabatan formal atau yang menduduki jabatan dan
pejabat lain yang sederajat dari keturunan bangsawan.
4. Timpak laja dua’susun (dua tingkat) adalah peranginan atap yang digunakan oleh golongan to
mardeka (to sama). Golongan inilah yang biasanya membuat timpak laja dua’susun.
5. Timpak laja sisusun (satu tingkat) adalah bentuk timpak laja yang diperuntukkan bagi
golongan masyarakat yang berstatus to’barani satu suro. Pemasangan.
6. Timpak laja rata (tidak bertingkat) artinya rata dan hanya jeruji yang terbuat dari bilah-bilah
bambu yang dipasang bersilangan. Bentuk yang demikian diharuskan pada golongan ata.

This template was made by Slidesgo


Ragam Hias Bangunan Arsitektur Bugis
Ragam hias dari bangunan arsitektur Bugis
umumnya bersumber dari alam sekitar
biasanya berupa flora, fauna dan tulisan
huruf Arab dan kaligrafi.

Ragam hias flora biasanya berupa bunga parengreng yang


berarti bunga yang menarik. Bunga ini hidupnya menjalar
berupa sulur-sulur yang tidak ada putus-putusnya. Biasanya
ditempatkan pada papan jendela, induk tangga dan tutup
bubungan. Maka bunga perengreng ini diibaratkan sebagai
rejeki yang tidak terputus seperti menjalarnya bunga
parengreng.

Ragam hias berupa kaligrafi atau bulan sabit


biasanya di tempatkan pada bangunan
peribadatan atau mesjid.

Ragam hias fauna biasanya berupa ayam jantan,


kepala kerbau dan bentuk ular naga sebagai simbol
keberanian. Biasanya ditempatkan dipuncak
bubungan rumah bagian depan atau belakang.

This template was made by Slidesgo


Anak Tangga Rumah
Tradisional Bugis

Suku Bugis menggunakan jenis tangga Yang


berlainan satu sama lain. Bentuk tangga tersebut
terbuat dari Bambu kemudian bentuk tangga yang
menggunakan kayu. Dalam hal Pemasangan anak
tangga pada setiap rumah tidak boleh sesuka hati
Pemiliknya.

1.Untuk golongan bangsawan (arung) pemasangan tangga


harus ke Depan searah dengan badan rumah dan diberi atap
dan Pegangan.

2.Bagi golongan to mardeka (to sama) pemasangan


harus dari Samping badan rumah dan tidak diberi atap
dan pegangan.

3.Untuk golongan ata terletak di depan rumah dan


disandarkan langsung ke badan rumah serta tidak boleh
memakai sandaran tiang dan atap.

This template was made by Slidesgo


Perkembangan Arsitektur
Tradisional Bugis
Pada umumnya masyarakat memiliki Keinginan
yang kuat untuk tetap menggunakan pola
penataan fungsi dan Bentuk rumahnya sesuai
dengan pakem yang ditentukan oleh adat
istiadat Bugis yang telah dikenalnya secara
turun temurun, hal ini sulit Dilaksanakan karena
beberapa pertimbangan karena pertautan
budaya Dengan lingkungan sekitar yang kurang
meiliki ikatan emosional yang kuat dengan
budaya asalnya, interaksi sosial yang menuntuk
perubahan bentuk secara fungsional dan
kesejamanan.
Suku Bugis dikenal sebagai suku yang suka
merantau dan mampu beradaptasi dengan adat
istiadat di lingkungan perantauannya tanpa
kehilangan budaya sendiri. Oleh karena itu
rumah milik Keturunan Suku Bugis banyak
melakukan transformasi bentuk arsitektur
Rumah Adat Bugis di lingkungan
perantauannya. Denah rumah tidak berbentuk
persegi panjang utuh, akibat lahan yang
terbatas di lingkungan perantauan. Selain itu
terdapat modifikasi penataan zonasi ruang yang
disesuaikan dengan kebutuhan penghuni, yakni
adanya tambahan ruang kerja pada area privat.
Bisa dikatakan Rumah tradisional bugis banyak
melakukan penyesuaian dengan kondisi lingkungan
sekitar, kebutuhan dan keinginan pemiliknya.

This template was made by Slidesgo


That is all and Thank you…

melizaanwr03@gmail.com

This template was made by Slidesgo

Anda mungkin juga menyukai