ARSITEKTUR NUSANTARA
Disusun oleh :
Syukrilah Bamadhay
201611033
JURUSAN ARSIKTEKTUR
FAKULTAS TEHNIK
UNIVERSITAS KALTAR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Tugas Bahasa
Indonesia ini dengan baik dan tepat waktu.
Seperti yang telah kita ketahui “Rumah Adat Tradisional Sulawesi” itu sangat
penting bagi anak bangsa dari mulai dini. Semua akan dibahas pada makalah ini itu
sangat dibutuhkan dan layak dijadikan sebagai materi pelajaran.
Tugas ini kami buat untuk memberikan penjelasan tentang “ Rumah Adat
Tradisional Sulawesi” . Semoga makalah yang kami buat ini dapat membantu
menambah wawasan kita menjadi lebih luas lagi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini.Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Pembina mata kuliah Arsiektur Nusantara, dan kepada pihak yang
telah membantu ikut serta dalam penyelesaian makalah ini.
Atas perhatian dan waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.
Daftar isi
Kata pengantar...............................................................................................i
Daftar isi..........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan........................................................................................iii
BAB II Pembahasan.......................................................................................iv
1.3 Tujuan :
Dapat mengenal lebih dalam ciri khas rumah adat tradisional sulawesi
serta fungsi-fungsi dari tiap bagian rumah adat tersebut .
BAB II
PEMBAHASAN
Karakteristik fisik itu, yang membuat model rumah itu mudah dibongkar
atau malah dipindahkan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
pemukiman orang bugis sering kali berpindah dan tidak terpusat pada suatu
pemukiman permanen.
Rumah bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah
panggung dari suku yang lain ( Sumatera dan Kalimantan ). Bentuknya biasanya
memanjang ke belakang, dengan tanbahan disamping bangunan utama dan bagian
depan (orang bugis menyebutnya lego lego)
Bagaimana sebenarnya arsitektur dari rumah panggung khas bugis ini?
Berikut adalah bagian bagiannya utamanya :
1. Alliri (Tiang)
Model rumah bugis pada mulanya hanya diperuntukkan bagi kalangan
bangsawan. Misalnya, hanya mereka yang boleh menggunakan tiang segi empat
atau segi delapan, sedangkan orang biasa hanya boleh menggunakan tiang bundar.
Tiang rumah (alliri) bertumpu di atas tanah dan berdiri hingga ke loteng serta
menopang berat atap. Tetapi sekarang, makin banyak rumah besar yang tiangnya
tidak di ditanam lagi, tetapi ditumpukan di atas pondasi batu. Biasanya terdiri dari
4 batang setiap barisnya. jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat.
tetapi pada umumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12
6. Timpa’ Laja
Berbagai ciri khas juga ditambahkan pada rumah-rumah kalangan
bangsawan tinggi untuk menunjukkan status sosial mereka. Ciri paling menonjol
adalah jumlah bilah papan yang menyusun dinding bagian muka atap rumah
(timpa’ laja’, dari bahasa Melayu tebar layar): Dua lapis untuk tau deceng, Tiga
untuk ana’cera’, lima untuk ana’ ma’tola,dan tujuh untuk penguasa kerajaan-
kerajaan utama bugis,luwu’,bone, wajo’,soppeng, dan sidenreng. Sementara itu,
hanya golongan ana’ cera’ ke atas yang berhak menggunakan tangga yang naik
membujur.
7. Addengeng (Tangga)
Sementara itu, hanya golongan ana’ cera’ ke atas yang berhak
menggunakan tangga yang naik membujur. Dan hanya kalangan bangsawan
tertinggi boleh menggunakan tangga berupa latar miring tanpa anak tangga,
terbuat dari bilabila bambu yang, notabene, sangat licin dan disebut sapana
( bahasa Sansekerta yang mungkin diadopsi lewat bahasa Melayu: Sopana
’tangga’).
8. Tamping
Pada sisi panjang (bagian samping badan rumah) biasanya ditambahkan
tamping, yakni semacam serambi memanjang yang lantainya sedikit lebih rendah,
dengan atap tersendiri; pintu masuk bagian depan berada di ujung depan tamping
dan jika ruang dapur tidak terpisah dapurnya berada di ujung di belakang tamping.
Kalaupun ada tambahan lain, dengan rancangan lebih kompleks, bentuk segi
empat tetap jadi pola dasar.
9. Rakkeang ( Langit-langit )
Rakkeang, adalah bagian diatas langit-langit(eternit). Dahulu biasanya
digunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen.
10. Anjong
Selain sebagai hiasan rumah, anjong juga memiliki makna tertentu bagi
orang bugis. Anjong merupakan salah satu ciri khas orang bugis, dimana pada
rumah orang bangsawan memiliki lebih dari dua anjong. Sedangkan anjong pada
rumah orang biasa tidak lebih dari dua.
Pada dasarnya, rumah tersebut memiliki atap (pangate’) dua latar dengan
sebuah bubungan lurus (alekke’), yang berbeda dengan bubungan lengkung yang
terdapat pada rumah toraja, Batak, dan Minangkabau, serta pada rumah Jawa.
Dindingnya (renring) terbuat dari bahan ringan, sementara lantainya (salima)
berjarak sekitar 2meter / kadang kadang lebih dari permukaan tanah dan kolong
rumah (awa bola) biasanya dibiarkan terbuka.
1. Struktur Rumah
Struktur rumah tambi berupa rumah panggung dengan tiang penyangga pendek
yang tingginya tidak lebih dari 1 meter. Tiang-tiang tersebut berjumlah 9 dan
saling dilekatkan satu sama lain dengan balok kayu yang dipasak. Tiang-tiang
menyangga lantai dan kerangka rumah dengan menopang pondasi berupa batu
persegi berukuran besar di bagian bawahnya. Tiang-tiang yang menyangga
tegaknya rumah adat Sulawesi Tengah ini umumnya dibuat dari bahan kayu
bonati, sejenis kayu hutan yang memiliki tekstur kuat dan tahan lapuk. Tiang-
tiang tersebut menyangga rangka lantai yang terbuat dari papan. Lantai rumah ini
sendiri dibuat dari papan yang disusun saling berdekatan. Luas lantainya
berukuran rata-rata 5 meter x 7 meter.
Yang paling unik dari desain rumah Tambi terletak pada konstruksi atapnya. Atap
rumah Tambi berbentuk prisma dengan sudut kecil di bagian atasnya sehingga
terlihat tinggi dan mampu menaungi semua bagian rumah. Atapnya yang terbuat
dari ijuk atau daun rumbia ini memanjang ke bawah dan berfungsi sekaligus
sebagai dinding luar. Untuk akses keluar masuk rumah terdapat satu buah tangga
dan satu buah pintu masuk di bagian depan. Pada tangga dan pintu terdapat
ukiran-ukiran dengan motif etnik suku kaili sebagai hiasan. Selain itu, tangga
umumnya memiliki anak tangga yang berjumlah ganjil jika pemilik rumah adalah
rakyat biasa, dan berjumlah genap bila pemilik rumah adalah tetua adat
2. Fungsi Rumah Adat
Rumah adat Tambi dimasa kini memang hanya berfungsi sebagai simbol
budaya bagi masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah. Akan tetapi, di masa silam,
rumah adat ini juga berfungsi sebagai rumah tinggal bagi sebagian besar
masyarakat suku Kaili. Kendati berfungsi sebagai tempat tinggal, rumah adat
Sulawesi Tengah ini tidak seperti rumah adat Indonesia lainnya yang terbagi atas
ruang-ruang khusus. Bagian dalam rumah Tambi tidak terpisahkan melainkan
hanya terdiri dari 1 ruangan besar yang multi fungsi. Kegiatan sehari-hari, mulai
dari memasak, menerima tamu, tidur, beristirahat, bercengkrama bersama
keluarga, semuanya dilakukan di ruangan tersebut. Menyadari bahwa rumah
Tambi hanya terdiri dari 1 ruangan saja, maka masyarakat Kaili dimasa silam
kemudian melengkapi rumah adatnya dengan 2 bangunan tambahan, yaitu Buho
atau Gampiri dan Pointua. Buho adalah rumah khusus yang bentuknya seperti
rumah Tambi terletak tidak jauh dari rumah utama. Rumah Buho adalah bangunan
yang khusus terdiri dari 2 lantai, lantai pertama digunakan sebagai tempat
menerima tamu dan lantai kedua digunakan sebagai lumbung padi. Sementara
Pointua adalah rumah yang khusus digunakan untuk tempat menumbuk padi. Di
dalamnya terdapat sebuah lesung panjang yang bertian empat yang bernama Iso.
Jika lesung berbentuk bulat maka disebut Iso Busa.
Rumah Pewaris
Nama lain dari Walewangko adalah Rumah Pewaris. Rumah adat yang satu ini
memiliki tampilan fisik yang apik. Ia secara umum digolongkan sebagai rumah
panggung. Tiang penopangnya dibuat dari kayu yang kokoh. Dua di antara tiang
penyanggah rumah ini, konon kabarnya, tak boleh disambung dengan apapun.
Bagian kolong rumah pewaris ini lazim dimanfaatkan sebagai tempat
penyimpanan hasil panen atau godong.
Seperti rumah adat lainnya, rumah adat Sulawesi Utara ini dibagi juga ke
dalam beberapa bagian utama antara lain:
1. Bagian depan yang dikenal juga dengan istilah lesar. Bagian ini tidak
dilengkapi dengan didnding sehingga mirip dengan beranda. Lesar ini
b$111iasanya digunakan sebagai tempat para tetau adat juga kepala suku
yang hendak memberikan maklumat kepada rakyat.
2. Bagian selanjutnya adalah Sekey atau serambi bagian depan. Berbeda
dengan Lesar, si Sekey ini dilengkapi dengan dinding dan letaknya persis
setelah pintu masuk. Ruangan ini sendiri difungsikan sebagai tempat untuk
menerima tetamu serta ruang untuk menyelenggarakan upacara adat dan
jejamuan untuk undangan.
3. Bagian selanjutnya disebut dengan nama Pores. Ia merupakan tempat
untuk menerima tamu yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan
pemilik rumah. Terkadang ruangan ini juga digunakan sebagai tempat
untuk menjamu tamu wanita dan juga tempat anggota keluarga melakukan
aktifitas sehari-harinya. Pores ini umumnya bersambung langsung dengan
dapur, tempat tidur dan juga makan.
Jika kita cermati, keunikan rumah pewaris ini terletak dari arsitektur depan rumah.
Perhatikan saja susunan tangga yang berjumlah dua dan terletak di bagian kiri dan
kanan rumah. Konon kabarnya, dua buah tangga ini berkaitan erat dengan
kepercayaan suku Minahasa dalam mengusir roh jahat. Apabila roh tersebut naik
melalui tangga yang satu maka serta merta ia akan turun lagi melalui tangga
lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan :
Bahwa rumah adat yang terdapat di sulawesi mempunyai karakteristik
dan makna tersendiri yang di turunkan dari generasi ke generasi .