Anda di halaman 1dari 40

KEBIJAKAN NASIONAL DAN SITUASI

TERKINI KESEHATAN JIWA

TEMBILAHAN 2020
VISI DAN MISI PEMBANGUNAN
KESEHATAN 2005-2025

 VISI : INDONESIA SEHAT 2025

 MISI :
1. MENGGERAKKAN PEMBANGUNAN NASIONAL
BERWAWASAN KESEHATAN
2. MENDORONG KEMANDIRIAN MASYARAKAT UNTUK HIDUP
SEHAT
3. MEMELIHARA DAN MENINGKATKAN UPAYA PELAYANAN
KESEHATAN YANG BERMUTU, MERATA DAN TERJANGKAU
4. MENINGKATKAN DAN MENDAYAGUNAKAN SUMBER DAYA
KESEHATAN

08/03/21 2
TUJUAN PEMBANGUNAN
KESEHATAN MENUJU INDONESIA
SEHAT 2025
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, melalui :
1.Terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang
ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan
dalam lingkungan sehat.
2.Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

08/03/21 3
Sehat

Gg ME
10 /Mil

Gg Jiwa Berat
6 / Mil

Prevensi primer Pasung 14%


RT

Prevensi sekunder

8
Prevensi Tertier
08/03/21

Masalah Kesehatan Jiwa Riau (Riskesdas 2018)


Sumber: Sri Idaiani dkk, Litbangkes Kementerian Kesehatan RI
Peraturan Presiden

Peraturan Pemerintah

Peraturan Menteri
 Pasal 5 (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
koordinasi Upaya Kesehatan Jiwa (yang
terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan) diatur dengan Peraturan
Presiden
 Pasal 23 (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
penatalaksanaan ODGJ dengan cara lain di
luar ilmu kedokteran diatur dengan
Peraturan Menteri
 Ketentuan lebih lanjut mengenai:
› penyelenggaraan upaya promotif (pasal 9)
› penyelenggaraan upaya preventif (pasal 16)
› penyelenggaraan upaya rehabilitatif (pasal 32)
› penyelenggaraan upaya kuratif (pasal 24)
› tata cara penyelenggaraan upaya kuratif (pasal 34)
› perencanaan, pengadaan dan peningkatan mutu, penempatan, dan
pendayagunaan, serta pembinaan SDM di bidang Kesehatan Jiwa
(pasal 44)
› Pengawasan terhadap fasilitas pelayanan berbasis masyarakat
(pasal 59)
 diatur dalam Peraturan Pemerintah
 Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman
pemeriksaan kesehatan jiwa untuk kepentingan
hukum diatur dengan Peraturan Menteri →PMK
No.77 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pemeriksaan Kesehatan Jiwa untuk Kepentingan
Penegakan Hukum ✔
 Peraturan pelaksanaan dari Undang-
Undang ini harus ditetapkan paling
lama 1 tahun terhitung sejak
Undang-Undang ini diundangkan
(disahkan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono 7 Agustus 2014).
 Pemerintah Daerah Provinsi dan kabupaten / Kotamemiliki tugas dan
wewenang sbb:
› Menetapkan kebijakan pelaksanaan Penanggulangan Pemasungan ODGJ dengan mengacu
pada Peraturan Menteri ini
› Melakukan koordinasi dan jejaring kerja dengan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)
terkait serta melakukan kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat maupun
akademisi yang relevan
› Melakukan advokasi dan bimbingan teknis kepada pemerintah daerah kabupaten/kota
dalam mengimplementasikan kebijakan dan percepatan pencapaian tujuan
penanggulangan pemasungan ODGJ
› Melakukan pemetaan terhadap masalah pemasungan pada lingkup provinsi
› Meningkatkan kemampuan SDM bidang kesehatan jiwa di tingkat Provinsi dan kabupaten
/ Kotadan kabupaten/kota
› Menjamin ketersediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat rujukan dalam melakukan
penangganggulangan pemasungan pada ODGJ sesuai dengan kemampuan
› Menyediakan dukungan pembiayaan
› Mengimplementasikan sistem data dan informasi
› Melakukan pemantauan dan evaluasi
Direktorat Direktorat Direktorat
Direktorat
Direktorat Jenderal Jenderal Bina
Jenderal
P2MKJN Kesehatan Pelayanan Kesehatan
P2P
Masyarakat Kesehatan Anak
Upaya Baseline Data
Revitalisasi Hotline Service 500- menggunakan I – SRA & PHQ – Revitalisasi Aplikasi Sehat Jiwa
454 9 Adolescent (target SDGs &
MHAP)

Melanjutkan upaya memasukkan Menyebarluaskan video PSA


Konseptualisasi National Suicide indikator depresi & risiko bunuh (Kembali Semangat: Upaya
Registry diri dalam RPJMN 2020 – 2024 Pencegahan Bunuh Diri)

Melanjutkan Peraturan
Pemanfaatan I-SRA & PHQ-9
Melanjutkan upaya sosialisasi Bersama Mendikbud, Menkes,
Adolescent saat jelang krisis,
RAPOR KESEHATANKU → Menag, Mendagri tentang
methodological (termasuk
pendataan: DASHBOARD Pembinaan & Pengembangan
ONLINE)
UKS/M

Menindaklanjuti Pasal 65
UU Keswa tentang Pusat
Menyelesaikan Peraturan2
Penelitian, Pengembangan, CENTER FOR
Turunan UU Keswa
dan Pemanfaatan Teknologi SUICIDE
(2019: RPP)
Kesehatan Jiwa PREVENTION
Merencanakan Dana
Alokasi Khusus (DAK)
Non Fisik 2020 melalui
Memastikan peran Dit
Dana BOK atau Dit
P2MKJN yang
P2MKJN mengusulkan
komprehensif dalam
untuk dana dekonsentrasi
menjalankan ke-4 upaya
untuk memasukkan
kesehatan jiwa (promotif,
komponen kesehatan jiwa
preventif, kuratif,
berupa deteksi dini risiko
rehabilitatif) diikuti
bunuh diri dan konseling
dengan alokasi anggaran
melalui program UKS
yang sesuai.
(implementasi I – SRA)
Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat
Memanfaatkan data- data
Memuat konten rapor dalam Rapor
kesehatan jiwa remaja Kesehatanku agar dibuat
dalam RAPOR dalam dashboard dan
KESEHATANKU, dimanfaatkan untuk
diantaranya penelitian kondisi
menggunakan instrumen I kesehatan remaja
– SRA dan PHQ-9 Indonesia termasuk profil
adolescent kesehatan jiwa
• Melanjutkan
konten tentang
kesehatan jiwa
Direktorat dalam Sehatpedia
termasuk live
Jenderal chat, sebagai
salah satu akses
Pelayanan konsultasi untuk
Kesehatan upaya pencegahan
bunuh diri.
Memasukkan
materi tentang
bunuh diri dalam
Direktorat MODUL
Bina PELATIHAN
Kesehatan PELAYANAN
Anak KESEHATAN
PEDULI REMAJA
(PKPR) bagi
Konselor Sebaya
Memasukk Koordinasi Mengemb
an Segera lintas FKTP angkan
instrumen menyelesai dalam Hotline
pelaksanaan
kan Sistem Service
I – SRA Informasi
penerimaan
rujukan dari lengkap
dalam Puskesmas pihak-pihak dengan
aplikasi yang sekolah pada armada
eJiwa sustainable saat proses
skrining dengan penangan
I – SRA dan an krisis
PHQ- 9
Adolescent
berlangsung
Mengembangkan insentif-
insentif seperti reward
hiburan bagi peserta BPJS
Mengkaji kembali tentang
yang rajin membayar iuran.
kebijakan terkait klaim bunuh
Insentif yang baik untuk
diri
kesehatan jiwa, misalnya
hiburan menonton ke XXI.
Rekomendasi untuk FKTP

Membuat prosedur rujukan ke FKTP berdasarkan hasil skrining dari sekolah- sekolah (dari
mulai pelatihan SDM sehingga rujukan berjenjang)

Pelatihan SDM tidak hanya untuk pencegahan bunuh diri tetapi juga yang ramah remaja
(dibutuhkan modul)

Materi pelatihan SDM dalam penanganan anak dan remaja harus mendapatkan materi dari
Seksi Psikiatri Anak & Remaja PP PDSKJI

Melanjutkan peran Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

Perluasan pemanfaatan aplikasi PKPR seperti di Puskesmas Ciracas, Jakarta


Timur

Membuat model layanan ramah remaja di Puskesmas

Memisahkan rekam medis pasien remaja dari orangtua

Melaksanakan SPM terbaru


 Permenkes No. 43 Tahun 2016:
› 12 jenis layanan mutu termasuk ODGJ berat
 Perbedaan terdapat 2 jenis layanan mutu di
level Provinsi dan kabupaten / Kotaberupa
layanan kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan akibat bencana
atau berpotensi bencana provinsi, dan
layanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi
kejadian luar biasa (KLB) provinsi.
 Keadaan umum: kecemasan, gangguan pola
tidur, rasa kehilangan keluarga, harta,
pekerjaan, ODGJ putus obat dan kambuh
 Kegiatan:
› Psikososial pada anak dan dewasa
› Pengobatan ODGJ
› Konseling pada korban pasca tsunami
› Home visit ODGJ yang berdampak tsunami
› Pelayanan kesehatan pada ODGJ 26 orang
› Home visit yang terdampak tsunami
› Trauma healing (?) pada anak dan dewasa
Rencana Tindak Lanjut:
› Monitoring selama pasca tsunami oleh tim keswa PKM
Labuan
› Memberikan pelayanan kesehatan pada
pengungsi ODGJ
› Monitoring ODGJ terdampak tsunami
› Monitoring pengungsi pasca tsunami dengan
memberikan pelayanan kesehatan pada ODGJ
› Memberikkan pelayanan kesehatan pada ODGJ
› Memberikan penyuluhan kesehatan pada ODGJ sesuai
dengan jadwal yang sudah ditentukan setiap bulannya
•2010:psychological first aid (Erupsi Merapi → kalakarya 400 perawat se-
Jawa Tengah dengan biaya dari BNPB)
•Model Layanan Kesehatan Primer Pesisir (akan dimulai dari
Pandeglang)
•Mental Health Security:
• Promosi kesehatan jiwa
• Menyesuaikan manusia Indonesia terhadap perubahan gaya hidup akibat
perubahan iklim (pemanasan global)
• Mengadaptasikan manusia Indonesia yang hidup dalam lokasi
ring of fire (menerima, tidak denial, dan sigap)
UU Kesehatan
Jiwa & Peran
Pemerintah
Daerah
Pasal 39, 41, 42:menjamin ketersediaan SDM
→jumlah fasilitas, kompetensi, jenis layanan

Pasal 47 & 60: fasyankes, di luar sektor kesehatan,


berbasis masyarakat

Pasal 52: Pemerintah daerah Provinsi dan kabupaten /


Kotawajib mendirikan paling sedikit 1 rumah sakit
jiwa

Pasal 64: menjamin ketersediaan perbekalan kesehatan


jiwa: obat psikofarmaka, alat kesehatan, dan alat non-
kesehatan
Pasal 65

 Pemerintah, pemda, dan masyarakat melakukan


penelitian, pengembangan, pengadaan , dan
pemanfaatan teknologi dan produk teknologi dalam
upaya kesehatan jiwa.

 Mencakup:
 Segala metode dan alat yang digunakan untuk
mendeteksi, mencegah terjadinya, meringankan
penderitaan akibat, menyembuhkan, dan memulihkan
diri dari gangguan jiwa.
Pasal 77
Pasal 78
 Pemerintah dan pemda  Pemerintah dan
bertugas dan pemda bertugas
bertanggungjawab dan
menyediakan sarana bertanggungjawa
dan prasarana dalam b terhadap
penyelenggaraan ketersediaan
keswa dan
kesejahteraan
SDM di bidang
keswa
Pasal 81
Pasal 80
 Pemerintah dan pemda wajib  Pemerintah dan
melakukan upaya rehabilitasi pemda
terhadap ODGJ terlantar, bertanggungjawab
menggelandang, mengancam melakukan
keselamatan dirinya dan/atau penatalaksanaan
orang lain, dan/atau mengganggu terhadao ODGJ yang
ketertiban dan/atau keamanan terlantar,
umum. Meliputi: menggelandang,
 ODGJ tidak mampu mengancam
 Tidak mempunyai keluarga, wali keselamatan dirinya
atau pengampu, dan/atau dan/atau orang lain,
 Tidak diketahui keluarganya dan/atau mengganggu
ketertiban dan/atau
keamanan umum.
Pasal 81
Pasal 89
 Pemerintah dan pemda wajib  Pemerintah dan
melakukan penampungan di pemerintah daerah
fasilitas penampungan di
fasilitas pelayanan di luar
wajib mendirikan
sektor kesehatan bagi ODGJ fasilitas pelayanan
yang telah sembuh atau di bidang keswa
terkendali gejalanya yang tidak dalam jangka
memiliki keluarga dan/atau waktu paling
terlantar.
lambat 5 tahun
sejak undang-
undang ini
diundangkan.

Anda mungkin juga menyukai