Anda di halaman 1dari 48

Sejarah Perkembangan Keramik

di Jepang dan Korea


Nama Anggota Kelompok :
• Hendra Yuli Astuti 1513031047
• Luh Budi Eka Trisiana 1513031048
• Vina Dwi Putriani 1513031060
• Ni Kadek Nira Ludviana Dewi 1513031061
Sejarah Keramik di Jepang
Jomon (10.000 SM - 200 SM)

Yayoi (200 SM - 250 M)

Nara (710 M - 794 M)

Mamoyama (1334 M – 1573 M)

Meiji (1868 M – 1911 M)


Periode Jomon
• Masa permulaan periode Jomon, tembikar
mempunyai dekorasi bentuk yang langsing.
• Mulai dari masa pertengahan ornamennya bebas
dan tegas. Ornamen tersebut dibuat dari tali
dengan cara digulungkan disekeliling barang
tembikar tersebut.
• Area penemuan barang tembikar pada masa ini
hanya terbatas di daerah pegunungan sekitar
Honshu tengah, tepatnya di Nagano dan Yamaguchi.
Periode Yayoi
• Kebudayaannya berkembang dari pulai Kyushu
sampai sebelah timur pulau Honshu.
• Pada masa ini berbagai gerabah tanpa glasir
sudah mulai bermunculan. 
• Penggunaan roda tembikar dan pembakaran
yang mampu mencapai suhu bebatuan
• Tembikar pada masa ini mengandalkan
bentuknya daripada dekorasinya.
Periode Nara
• Periode ini kesenian keramik Jepang sangat
terpengaruh oleh kebudayaan Cina dan juga
agama Budha yang dibawa masuk oleh China
pada periode Asuka. Para pengrajin Jepang
pergi ke Cina mempelajari teknik-teknik
pembuatan keramik. Mereka mempelajari
penggunaan glasir dan pembakaran suhu
rendah.
Periode Mamoyama
• Tembikar Karatsu, berasal dari sekolompok orang
keturunan Korea, kebanyakan produksinya untuk
keperluan sehari-hari dan untuk keperluan upacara
minum teh (tea ceremony). Daerah ini
memperoduksi beberapa jenis tembikar dengan
corak hias berupa dari glasir besi, dekorasi kuas-bulir,
berbintik dan lain lain.
• Keramik Hagi, produksi keramiknya berupa mangkok
untuk tea ceremony. Keramiknya minim dengan
ekspresi pribadi dan pengglasirannya sedikit buram.
• Keramik Bizen tanah liatnya kaya dengan besi,
dibuat tanpa glasir untuk menampilkan
keindahan tanah liatnya, apalagi tekstur
“benang api” dan “biji wijen” yang muncul
secara alamiah akibat pembakaran
• Tembikar Arita dipercaya sudah ada sejak abad
16, ketika seorang pembuat keramik Ri Sampei,
seorang keturunan Korea, menemukan tanah
liat di Arita, Kyushu dan memproduksi porselen.
Periode Meiji
• Wilayah Arita merupakan pusat porselen di
Jepang dengan gaya Sometsuke yaitu dekorasi
kebiruan dengan lapisan grasir bawah gaya.
Selain itu dikembangkan porselen bergaya
Aka-e yang menggunakan glasir enamel dari
polychrome.
Proses Pembuatan Keramik
Pengolahan
Pembentukan
Bahan

Pengeringan

Pembakaran Pengglasiran
Pengolahan Bahan
• Tujuan : untuk mengolah bahan baku dari
berbagai material yang belum siap pakai
menjadi badan keramik plastis yang telah siap
pakai.
• Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan
metode basah maupun kering. Proses-proses
yang dilakukan antara lain pengurangan ukuran
butir, penyaringan, pencampuran, pengadukan
(mixing), dan pengurangan kadar air.
Tahap pembentukan
• Tahap mengubah bongkahan badan tanah liat
plastis menjadi benda-benda yang
dikehendaki.
• Ada tiga teknik utama dalam membentuk
benda keramik yaitu pembentukan tangan
langsung (handbuilding), teknik putar
(throwing), dan teknik cetak (casting).
Tahap Pengeringan

• Tujuan : untuk menghilangkan air plastis yang


terikat pada benda keramik. Pada tahap awal
benda keramik dianginanginkan pada suhu
kamar. Apabila penyusutan tidak terjadi, dapat
dilakukan pengeringan dengan sinar matahari
langsung atau mesin pengering.
Tahap Pembakaran
• Pembakaran merupakan proses mengubah
massa yang rapuh menjadi massa yang padat,
keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam
sebuah tungku (furnace) suhu tinggi.
Pembakaran dapat dilakukan dengan tahap
pembakaran biskuit(pembakaran keramik
pada kisaran suhu 700 – 1000 derajat Celcius).
Tahap Pengglasiran
• Keramik dilapisi glasir dengan cara dicelup,
dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk benda-
benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan
dengan cara dicelup dan dituang serta untuk
benda-benda yang besar pelapisan dilakukan
dengan penyemprotan.
• Fungsi glasir adalah untuk menambah
keindahan supaya dapat lebih kedap air
Makna motif keramik Jepang

Luwak (tanuki)
Kelelawar(Komori)
Pembawa
Simbol kebahagiaan
keberuntungan

Ayam Jantan (Ondori)


Simbol lima kebajikan
Naga (Ryu)
Kura-kura (Kame)
Simbol aspirasi dari
Simbol umur panjang
penjiwaan

Gurame (Koi)
Tiram (Awabi)
Simbol ketekunan dan
Simbol kemakmuran
hidup sukses

Udang (Ebi)
Sakura
Simbol hidup yang
Simbol Negara Jepang
lama
Anggrek (Ran)
Bambu (Take)
Simbol kerendahan
Simbol cadangan
hati dan kecantikan
kekuatan
tersembunyi

Teratai (Hasu) Limau Jari (Busshukan)


Simbol kemurnian Simbol kekayaan

Persik (Momo) Jamur (Kinoko)


Simbol kehidupan Hidup yang panjang
dan pernikahan bagi orang Jepang.
Gambar Keramik Jepang
Sejarah Keramik Korea
Zaman Prasejarah (7000 SM- 8000 SM)

Zaman Neolitikum(7000 SM- 8000 SM)

Zaman Perunggu (1000 SM- 1M)

Zaman Besi(100 SM – 200 M)

Tiga Kerajaan (300 M)

Goryeo (912 M – 1392 M)

Joseon (1392 M – 1910 M)


Zaman Prasejarah
Pada awalnya, hanya bangsa Korea dan Cina
yang mampu membuat tembikar yang
berkualitas yang dihasilkan dari pembakaran
di atas suhu 1000 °C.
Zaman Neolitikum
• Artefak-artefak Zaman Neolitikum di Korea telah
ditemukan di dataran dekat sungai-sungai besar di
wilayah pesisir.
• Terdapat 2 jenis tembikar untuk perabotan sehari-hari
dari zaman ini :
1. Tembikar yang memiliki dasar yang rata dengan
dekorasi garis-garis.
2. Tembikar bercorak-sisir. Tembikar ini memiliki dasar
yang lancip dengan dekorasi pola geometris yang
bervariasi.
Tembikar Zaman Mumun dari
Periode Neolitikum
Zaman Perunggu
• Tembikar merah merupakan jenis barang
tanah liat yang banyak berasal dari zaman ini.
Tembikar ini dibuat dengan tanah liat yang
mengandung pasir kwarsa putih dan dibakar di
dalam suhu 800-900 °C, dan menjadi
perabotan rumah di seluruh Korea.
Zaman Besi

• Tembikar polos memiliki beragam jenis,


seperti guci panjang dan cantik yang dibentuk
melengkung seperti kendi air, mangkuk kecil,
perabotan bergagang, ceret dan guci
berbentuk chalice (berleher tinggi).
Tiga Kerajaan (Kerajaan Goguryeo,
Baekje dan Silla )

• Pengembangan tungku yang semi-bawah


tanah yang dapat membakar barang tanah liat
di atas suhu 1.100 °C. Ini memungkinkan
produksi tembikar abu-abu yang lebih banyak
lagi.
Tembikar dari Tembikar dari
Kerajaan Gaya Kerajaan Silla
Kerajaan Goryeo
Pada masa pemerintahan Raja Injong (raja ke-17),
pengrajin Goryeo mulai menemukan gaya khusus
tahap demi tahap. Mulai tahun 1123 sampai 100
tahun berikutnya, disebut sebagai zaman kejayaan
keramik hijau Goryeo saat banyak hasil karya bermutu
tinggi diciptakan.Hasil karya pengrajin Goryeo
ditunjukkan dengan glasir keramik yang lebih
transparan, jernih dan terang untuk menampilkan
permukaan ukir-ukiran dan pola yang lebih ramai dan
rumit.
Proses pembuatan, warna dan kepercayaan

Keramik hijau diciptakan dari tanah liat dan glasir yang


mengandung sedikit besi. Pada saat keramik dibakar dalam
tungku, besi beroksidasi menghasilkan warna hijau seperti
giok. Suhu tungku dipantau antara 1250 °C dan 1300 °C
selama 24 jam untuk menjaga warna yang diinginkan pada
keramik.
Orang Goryeo berhasil menciptakan warna keramik hijau
yang kebiru-biruan, Karena rakyat Goryeo beragama
Buddha, maka warna keramik hijau diasosiasikan dengan
pemikiran Buddhisme sehingga warna hijau yang diciptakan
juga melambangkan warna nirwana
Goryeo Cheongja
Teknik sanggam
Pengrajin Goryeo menemukan teknik
baru untuk menghias keramik hijau
yang dinamakan sanggam gibob
(metode sanggam). Metode ini baru
diciptakan pada tahun 1150-an dan
dinamakan juga teknik menatah (inlay
technique) dengan cara mengukir
bagian permukaan keramik dan
mengisinya dengan tanah liat
Buncheong
• Buncheong adalah keramik hijau-biru
atau abu-abu kehitaman yang
memiliki kualitas hampir sama
dengan goryeo cheongja. Buncheong
dilapisi oleh lapisan putih sebelum
diglasir dan dibakar dalam tungku
yang dideoksidasi (tingkat oksigen
diturunkan). Dibandingkan dengan
keramik hijau, buncheong memiliki
warna yang lebih cerah dan glasir
hijau-biru pucat yang lebih tipis.
Jenis Keramik Hijau
• Cham-wae : vas yang berbentuk buah melon.
• Maebyeong : vas yang berbahu lebar dan
tinggi, melambangkan wanita.
• Jubyeong : vas berleher langsing dan panjang,
melambangkan pria.
• Kundika : kendi air yang digunakan dalam
ritual agama Buddha.
Berdasarkan teknik pembuatannya:
1. Somun cheongja, keramik hijau biasa tanpa pola dan corak
2. Eumgak cheongja, keramik hijau pola ukiran
3. Yanggak cheongja, keramik hijau pola relief
4. Sanggam cheongja, keramik hijau tatahan
5. Yok sanggam cheongja, keramik hijau tatahan terbalik
6. Tugak cheongja, keramik hijau dekorasi terbuka
7. Sanghyong cheongja, keramik hijau figuratif berbentuk
hewan atau tumbuhan
8. Cheolsa cheongja, keramik hijau glasir besi
9. Toehwa cheongja, keramik hijau berlapis
10. Cheolhwa cheongja, keramik hijau glasir besi berdekorasi
11. Hwageum cheongja, keramik hijau pola lukisan emas
12. Jinsa cheongja, keramik hijau pola tembaga
Makna Pola Keramik Hijau Goryeo
• Burung bangau, simbol keabadiaan atau umur panjang.
• Lingkaran, simbol matahari.
• Ikan, simbol realisasi yang besar.
• Bunga teratai, simbol kasih Buddha.
• Harimau, simbol pelindung dan kehangatan.
• Peoni, simbol kekayaan dan penghargaan.
• Naga, simbol keagungan.
• Itik, simbol jabatan perdana menteri.
• Bunga seruni,simbol kesehatan dan kesejahteraan.
• Pohon cemara, simbol kerajaan dan kesetiaan.
Joseon

• Joseon baekja atau keramik putih Joseon


adalah jenis keramik berwarna putih yang
awalnya diproduksi pada masa Dinasti Joseon
(1392-1910) di Korea.
Keramik Putih Joseon
Jeseon

Periode Pertama
Tahun 1392 - Abad ke 17

Periode Kedua
Abad ke17 - Abad ke 18

Periode Ketiga
Abad ke 18 - Abad ke 19
Periode Pertama
• Periode pertama, keramik corak tatahan
diproduksi sementara dan kemudian
menghilang. Lalu keramik corak biru
(cheonghwa) diciptakan dengan memodifikasi
gaya awal keramik Cina untuk disesuaikan
dengan gaya Korea.
Periode Kedua
Di periode kedua, dari abad ke-17 sampai
pertengahan abad ke-18, muncul keramik yang
dilukis dengan glasir coklat dan menjadi terkenal di
awal abad ke-18. Keramik corak merah juga muncul
pada periode ini.
Periode Ketiga
Pada periode ketiga, dari abad ke-18 sampai
abad ke-19, keramik putih mulai diproduksi
secara besar-besaran, namun kualitasnya
semakin menurun. Keramik corak biru,
sebagian diglasir biru-kobal juga terkenal di
periode ini.
Warna- Warna Keramik Putih
• Warna – warna keramik putih ditentukan oleh.

Tanah Liat
Metode
Pengeringan
Glasir
Warna Keramik Putih Berdasarkan Periode
Produksinya
Abad ke-15 warnanya putih susu

Abad ke-16 warnanya putih salju

Abad ke-17 warnanya putih keabu


– abuan

Abad ke-18 dan 19 warnanya


putih kebiruan
Warna Keramik Putih Berdasarkan Corak
Warna
Abad ke-15
Keramik putih yang diberi
cat biru kobal
Abad ke-17
Keramik putih bercorak
Abad ke-18 coklat
Keramik putih bercorak Abad ke-19
merah Dekorasi tempat kuas
dan keramik bercorak
lain muncul
Keramik Putih Berdasarkan Teknik
Pendekorasian

keramik putih corak


Keramik putih-bersih biru

keramik putih corak keramik putih glasir


tatahan merah-tembaga

keramik putih glasir coklat-besi


Proses Pembuatan
Teknik membuat keramik putih lebih baik
dibanding keramik hijau. Kaolin yang
digunakan untuk membuat keramik putih
memiliki tingkat kemurnian yang lebih baik.
Selain itu, temperatur pembakarannya lebih
tinggi, yakni 1300˚C, dibandingkan temperatur
pembakaran keramik hijau (1.270-80℃). Glasir
yang digunakan pun lebih stabil.
Pusat Produksi

Gwangju (Gyeonggi)

Gunung Gwanak

Gunung Bukhan
Geumsa-ri
• Setiap produk keramik yang dihasilkan tiap
tungku berbeda-beda menurut warna, gaya
dan dekorasi. Terdapat beberapa tungku istana
yang berada di Geumsa-ri (Desa Geumsa),
Gwangju, yang beroperasi dari tahun 1726-
1751. Perabotan dari tungku ini dikenal
sebagai Keramik Geumsa-ri, yang dianggap
sebagai jenis keramik terbaik mutunya pada
masa akhir Dinasti Joseon (1600-1910).
Onggi
• Onggi adalah jenis tempayan
yang terbuat dari tembikar
yang dipergunakan untuk
keperluan sehari-hari.
• Orang Korea memanfaatkan
Onggi sebagai tempat
menyimpan makanan
tradisional sejak lama seperti
kimchi, jeotgal, kecap asin
(ganjang), saus gochujang,
doenjang dan sebagainya

Anda mungkin juga menyukai