Anda di halaman 1dari 91

Toksisitas

NAPZA
(Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif)

Nur Saadah
Pelatihan Daud,
IPP M.Sc.,
- Paket 1 Apt
 Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
 Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
 PerMenKes No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika
 Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika
 PerMenKes No. 3 tahun 2017 tentang Perubahan
Penggolongan Psikotropika
 Peraturan Pemerintah RI No. 44 tahun 2010 tentang
Prekursor

Pelatihan IPP - Paket 1


Pelatihan IPP - Paket 1
Pelatihan IPP - Paket 1
 Etanol merupakan cairan jernih tidak berwarna, terasa
membakar pada mulut dan tenggorokan jika ditelan.
 Etanol mudah sekali larut dalam air dan sangat potensial u/
menghambat sistem saraf pusat.
 Ada 3 golongan minuman beralkohol :
a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % (Bir)
b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % (Minuman2 anggur)
c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % (Whisky, Vodca, dll)
 Toksisitas etanol relatif lebih rendah daripada metanol maupun
isopropanol.

Pelatihan IPP - Paket 1


Pelatihan IPP - Paket 1
Pelatihan IPP - Paket 1
Pelatihan IPP - Paket 1
1. Inhalasi dan pelarut yang mudah menguap,
2. Tembakau, dan
3. Minuman Alkohol.

 Jika digunakan bersamaan dengan


Narkotika/Psikotropika akan memperkuat pengaruh
obat / zat tersebut.

Pelatihan IPP - Paket 1


Pengertian penyalahgunaan NAPZA yaitu

NAPZA yang digunakan :


 Bukan untuk pengobatan
 Tanpa pengawasan dokter

Pelatihan IPP - Paket 1


Efek pengaruh NAPZA terhadap si pemakai !

1. Stimulan: merangsang sistem


saraf pusat.
2. Depresan: menekan sistem
saraf pusat.
3. Halusinogen: mengacaukan
sistem saraf pusat.

Pelatihan IPP - Paket 1


 Pengguna : tidak akan memiliki masalah akibat
penggunaannya karena semua aspek kehidupan masih berjalan
lancar.
 Penyalahguna : lebih sering menggunakan dan mencari situasi
di mana ia memiliki alasan untuk menggunakan atau ia
menggunakan setiap kali ada masalah.
 Adiksi – ketergantungan/kecanduan : kebutuhan untuk
mengkonsumsi napza secara teratur dan tidak mampu
menghentikan. Proses ini terjadi bertahap dalam beberapa
waktu tanpa terasa.

Pelatihan IPP - Paket 1


Pelatihan IPP - Paket 1
Pelatihan IPP - Paket 1
Pelatihan IPP - Paket 1
Pelatihan IPP - Paket 1
ioxymethamphetamine (MDMA).
 Ekstasi, yang pada dasarnya adalah stimulan
yang memiliki efek halusinogenik, beredar
dalam bentuk pil yang berwarna-warni yang
dibedakan oleh ”cap”.
 Biasanya ditelan, tetapi Ekstasi juga bisa
dihancurkan atau dihirup

Pelatihan IPP - Paket 1


Pelatihan IPP - Paket 1
 Ice (Es) adalah nama jalanan unt
methamfetamin hidrokhlorida
kristal.

 Pada umumnya berupa bubuk kristal atau


“kerikil” tanpa warna.
 Ice bisa diisap, dihirup atau disuntikkan.
Pelatihan IPP - Paket 1
Pelatihan IPP - Paket 1
Pelatihan IPP - Paket 1
Pelatihan IPP - Paket 1
TOKSISITAS
NARKOTIKA

Pelatihan IPP - Paket 1


TOKSISITAS
NARKOTIKA

Toksisitas NAPZA :
1. Opiat (Opium)
2. Kokain Narkotika Golongan I
3. THC (Ganja)
4. Ampetamin

Pelatihan IPP - Paket 1


 Kata narkotika berasal dari bahasa Yunani
narkotikos yang artinya dalam bahasa medis
adalah lethargy, yaitu seseorang yang berada
dalam keadaan lesu,lemah, letih dan kelelahan.
 Menurut Encyclopedia Americana, “ Narcotic is a
dulls the senses relieves pain, induces sleep and
can produce addiction in varying degrees ”.

Pelatihan IPP - Paket 1


Pelatihan IPP - Paket 1
Daya adiktifnya sangat tinggi !!

Pelatihan IPP - Paket 1


Narkotika Golongan I

 Tanaman Papaver Somniferum L. (opiat / opium),


 Tanaman Erytroxylum coca (kokain),
 Tanaman Canabis sativa (ganja)
dll  65 jenis  114 jenis

Pelatihan IPP - Paket 1


Narkotika Golongan II

 Golongan II  Narkotika yang berkhasiat


pengobatan, digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan /
atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
 Contoh : Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon, dll
 86 jenis  91 jenis

Pelatihan IPP - Paket 1


Narkotika Golongan III

 Golongan III  Narkotika yang berkhasiat


pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan / atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan.
 Contoh : Kodein, dll  14 jenis  15 jenis.

Pelatihan IPP - Paket 1


Berasal dari Tanaman Papaver Somniferum L.

Pelatihan IPP - Paket 1


Pelatihan IPP - Paket 1
Pelatihan IPP - Paket 1
 Efek : menghilangkan nyeri,
hipnotik, dan euforik (menimbulkan
rasa gembira).
 Pemakaian berulang  toleransi
(kekebalan tubuh thdap
zat) dan ketergantungan.
 Terdiri atas :
(1) Opiat alamiah (opium/candu, morfin dan kodein),
(2) Opiat Semi-Sintetik (Heroin/Putaw), dan
(3) Opiat Sintetik (Meperidin).
 Penggunaan : dengan cara dihisap atau disuntikkan.

Pelatihan IPP - Paket 1


 Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat
berbicara.
 Kerusakan penglihatan pada malam hari.
 Mengalami kerusakan pada liver dan ginjal.
 Peningkatan resiko terkena virus.
 HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya.
 Penurunan hasrat dalam hubungan sex.
 Kematian karena overdosis.
 dll

Pelatihan IPP - Paket 1


Berasal dari Tanaman Erytroxylum coca

Pelatihan IPP - Paket 1


Pelatihan IPP - Paket 1
 Efek : merangsang sistem saraf pusat, meningkatkan
perasaan senang, menghilangkan rasa lapar dan lelah. 
 Cara penggunaan : sering dihirup  karena penyerapan
melalui mukosa hidung cukup baik  berakibat hilangnya
indra penciuman dan beresiko luka pada hidung bagian
dalam.
 Cara lain adalah dibakar
bersama tembakau yang
sering disebut cocopuff.

Pelatihan IPP - Paket 1


 Agitasi(keresahan/kegelisahan),
 Iritabilitas,
 Gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang
impulsif dan kemungkinan berbahaya,
 Agresi peningkatan aktivitas psikomotor (aktivitas fisik),
 Takikardia,
 Hipertensi,
 Midriasis (pelebaran pupil berlebihan),
 Diperkirakan besarnya dosis fatal adalah 1,2 gram, tetapi
keracunan hebat dengan dosis 20 mg pernah dilaporkan. 

Pelatihan IPP - Paket 1


adalah senyawa psikoaktif yang memberi efek eufaria yang terdapat dalam tanaman Canabis sativa (ganja).

Pelatihan IPP - Paket 1


 THC akan mengikat reseptor spesifik yang ada di dalam otak yang
disebut reseptor cannabinoid.
 Dosis rendah  mengurangi rasa sakit, mengurangi agresi,
merangsang nafsu makan dan mengurangi rasa mual.
 Dosis > tinggi  efek “giting” atau ‘tinggi" (high).
 THC diproduksi dalam bentuk kimia di beberapa negara yang
penggunaan ganja masih ilegal.
 Marinol® obat kimia yang mengandung THC.
 Penggunaan : dihisap seperti rokok atau menggunakan bong.

Pelatihan IPP - Paket 1


 Jantung berdebar,
 Bola mata kemerahan, karena pembuluh darah kapiler pada bola mata melebar,
 Nafsu makan bertambah, karena THC ganja merangsang pusat nafsu makan di otak,
 Mulut kering, karena THC mengganggu system syaraf otonom yang mengendalikan kelenjar air liur,
 Hilaritas (kegaduhan), Perasaan tertekan, Halusinasi,
 Euphoria/rasa gembira berlebihan dan tertawa terbahak-bahak,
 Perubahan persepsi tentang ruang dan waktu (1 meter dipersepsi 10 meter, 10 menit dipersepsi 1 jam),
 Berkurangnya kemampuan koordinasi, pertimbangan dan daya ingat,
 Meningkatnya kepekaan visual dan pendengaran,
 Agresif

Pelatihan IPP - Paket 1


 Efek nya menyerupai kokain  Stimulant/perangsang
sintetis untuk menahan rasa lapar  untuk diet.
Macam produk turunannya, yaitu :
 Amfetamin = love drug, recreationa drug
 Metamfetamin : sabu-sabu, ice, rocks, glass
 Dektromfetamin
 Methylendioksiafetamin (MDA) = ekstasi
 3,4 methylen dioksi methyl amfetamin (MDMA) =
ekstasi, ADAM, XTC
 Methylen dioksi ethyl amfetamin (MDEA) = ekstasi, EVA

Pelatihan IPP - Paket 1


 Penggunaan : Ditelan bersama
air mineral, dibakar di
atas
aluminium foil lalu dihirup
dengan sejenis
bong (pipa yang di
dalamnya berisi air) atau
disuntikkan.

Pelatihan IPP - Paket 1


 Muka menjadi merah,
 Rasa gembira tanpa alasan,
 Rasa harga diri meningkat,
 Agresif, banyak bicara, denyut jantung cepat,
 Tekanan darah naik,
 Mual dan muntah.
 Pada keracunan yang berat (dosis tinggi) muka menjadi
pucat, berkeringat dingin, kejang-kejang dan kehilangan
kesadaran (koma) dan bisa mengakibatkan kematian.

Pelatihan IPP - Paket 1


TOKSISITAS
PSIKOTROPIKA
(BENZODIAZEPIN &
BARBITURAT)

Pelatihan IPP - Paket 1


UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika

Pelatihan IPP - Paket 1


Pelatihan IPP - Paket 1
Pelatihan IPP - Paket 1
Pelatihan IPP - Paket 1
Pelatihan IPP - Paket 1
 Obat golongan ini berefek  obat penenang
(tranqualizer) minor.
 Produk benzodiazepin  Diazepam (Valium) dan
Nitrazepam (pil KOPLO).

Pelatihan IPP - Paket 1


Barbituric acid was first created in 1864 by a German scientist
named Adolf von Baeyer.
Its first derivative utilized as medicine was used to put dogs to
sleep but was soon produced by Bayer as a sleep aid in 1903
called Veronal.
Phenobarbital was soon discovered and marketed as well as many
other barbituric acid derivatives.
Prescribed as sedatives, anesthetics, anxiolytics, and anti-
convulsants.

Pelatihan IPP - Paket 1


Interesting Facts :

Caused the death of many celebrities such as Jimi


Hendrix and Marilyn Monroe.
Used by the Nazis during WWII for euthanasia.

Pelatihan IPP - Paket 1


 Barbiturat adalah obat yang bertindak sebagai depresan
sistem saraf pusat.
 Efek utama : sedasi ringan sampai anestesi total, ansiolitik,
hipnotik, dan antikonvulsan. 

Barbiturat
merupakan derivat
asam barbiturat 
Asam barbiturat (2,4,4-
trioksoheksahidropirimidin)

Pelatihan IPP - Paket 1


Gugus
Gugus
Fenil
Etil

Pelatihan IPP - Paket 1


 Disebut juga Phenobarbitone 
barbiturat yang paling banyak
digunakan. 

(asam 5-etil-5-phenylbarbituric)

Pelatihan IPP - Paket 1


 Efek hipnotik barbiturat dapat dicapai dalam waktu 20-60
menit dengan dosis hipnotik.
 Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi
yang mengganggu.
 Barbiturat sedikit menyebabkan sikap masa bodoh terhadap
rangsangan luar.

Pelatihan IPP - Paket 1


 Sedasi  zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat
menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap
rangsangan emosi sehingga menenangkan.
 Hipnotik  zat-zat dalam dosis terapi diperuntukkan
meningkatkan keinginan untuk tidur dan mempermudah atau
menyebabkan tidur.

Pelatihan IPP - Paket 1


Hipnotik-Sedativ Anti Kejang
Dewasa : 15-50 mg Dewasa : 3 x sehari
Anak 1 th : 15-20 mg (30-150 mg)
Anak 7-12 bln : 10 mg Anak 5 th : 100 mg
Anak 3-7 bln : 7,5 mg Anak 1-5 th : 30-100 mg
Anak 0-3 bln : 5 mg Anak 6-12 bln : 20 mg
Anak 0-6 bln : 5 mg

Pelatihan IPP - Paket 1


DOSIS
 DosisLETAL BARBITURAT
letal barbiturat sangat bervariasi, bergantung
kepada banyak faktor, tapi keracunan berat terjadi
bila lebih dari 10 kali dosis hipnotik dimakan
sekaligus.
 Bila alkohol atau depresan SSP lain juga ada 
kadar barbiturat yang dapat menyebabkan
kematian akan menjadi lebih rendah.

Pelatihan IPP - Paket 1


KERACUNAN BARBITURAT

 Konsumsi tidak sengaja (kecelakaan)


 Kelalaian
 Penyalahgunaan Obat
 Bunuh diri (suicide)
 Homicide

Pelatihan IPP - Paket 1


 Pada keracunan berat, pasien mengalami koma;
gangguan pernapasan.
 Gejala intoksikasi akut yang berbahaya ialah depresi
napas berat, tekanan darah yang turun rendah sekali,
oligouria dan anuria, dan pneumonia hipostatik.
 Tidak jarang pasien intoksikasi barbiturat mengalami
nekrosis kelenjar keringat dan bula di kulit

Pelatihan IPP - Paket 1


 Barbiturates give violet colours with a mixture of
ethanolic cobalt nitrate and pyrrolidine (Koppanyi-
Zwikker test).
 Using gas chromatography-mass spectrometry, the
limit of detection for phenobarbital in urine or plasma
is 100μ g/L.
 Typical therapeutic concentrations are 2–30 mg/L
while toxic effects have been reported with blood
concentrations of 4–90 mg/L and fatalities with
concentrations of 4–120 mg/L.

Pelatihan IPP - Paket 1


1. Alkalimetri
2. Argentometri
3. Spektrofotometri UV-Vis
4. KCKT
5. Kromatografi Gas

Pelatihan IPP - Paket 1


1-ALKALIMETRI
 Semua barbiturat  rumus dasarnya “asam
barbiturat”.
 Sifat keasaman barbiturat yang lemah dan
kelarutannya dalam air yang kecil  Titrasi
Campuran Pelarut Air-Alkohol atau Titrasi Bebas
Air.

Pelatihan IPP - Paket 1


Titrasi pelarut campur air-alkohol :
Larutan baku : NaOH
Indikator Timolftalin

Reaksi antara asam barbiturat dengan metode


alkalimetri.
Pelatihan IPP - Paket 1
Titrasi Bebas Air  Msl : Fenobarbital.
 Larutan baku : litium metoksida
 Indikator Timolftalin

Reaksi antara Fenobarbital dengan Litium


Metoksida.
Pelatihan IPP - Paket 1
2-ARGENTOMETRI
Pada suasana basa  Barbiturat dengan Perak Nitrat
membentuk garam yang tidak larut / mengendap.

Pelatihan IPP - Paket 1


3-SPEKTROFOTOMETRI UV
Barbiturat dilarutkan dalam basa kuat  pengukuran
pada panjang gelombang (λ) maksiumal = 255 nm.
Barbiturat dalam dapar pH 10  240 nm.
Tiopental dalam cairan tubuh  diekstraksi dulu
dengan eter, kloroform atau petroleum eter  diukur
absorbansinya.

Pelatihan IPP - Paket 1


 Arang aktif sebagai antidot umum.
 Simtomatik (pengobatan dengan menghilangkan
gejala sakit), karena tidak ada antidot yang
spesifik pada intoksikasi barbiturat.
 Bilas lambung untuk mengeluarkan sisa-sisa
tablet yang tidak terabsorbsi  masih ada
manfaat setelah beberapa jam (karena motilitas
lambung –usus berkurang karena toksisitas).

Pelatihan IPP - Paket 1


 Intubasi dan pernapasan O2 pada pasien yang
hipoksemis (penurunan konsentrasi O2 dalam darah).
 Mempertahankan sirkulasi dan fungsi ginjal, infus
dengan plasmaexpander.
 Diuresis paksa dengan Furosemid i.v, dikombinasi
dengan NaHCO3  meningkatkan frekuensi BAK 
sehingga eliminasi barbiturat melalui urine dipercepat.
 Mungkin juga perlu dilakukan hemodialisis.

Pelatihan IPP - Paket 1


 Tidak boleh menghentikan mendadak suatu terapi
jangka panjang, harus dikurangi secara bertahap.
 Bahaya timbulnya putus obat lebih besar dan fatal.

………………………….

Pelatihan IPP - Paket 1


Pemeriksaan barang Bukti

1. Pemeriksaan Tanaman dan Hasil Olahan


2. Pemeriksaan Biologik

Pelatihan IPP - Paket 1


1. Penyiapan Sampel
2. Uji Penapisan (Screening
Test)
3. Uji Pemastian
(Confirmatory Test)
4. Interpretasi Hasil

Toksikologi Forensik !!!

Pelatihan IPP - Paket 1


 Darah
 Urine
 Rambut
 Otak
 Empedu

Pelatihan IPP - Paket 1


 Untuk mendeteksi penggunaan obat yang baru
(jam-hari).
 Kadar kuantitatif obat berhubungan dengan efek
farmakologi yang ditimbulkan.
 Referensi datanya banyak.
 Tetapi invasif dan pengambilan sampel harus oleh petugas medis.
 Jumlah sampel : 10-20 mL (ante-mortem) dan 25 mL (post-
mortem).
 Pada penyimpanan yang tidak begitu lama  di kulkas suhu
4 oC, sedangkan untuk penyimpanan cukup lama (> 2 minggu) 
di freezer suhu -20 oC.

Pelatihan IPP - Paket 1


 Pada sampel darah ditambahkan Pengawet : Na. florida 2%
dan Antikoagulan : Potasium oksalat  sampel darah tahan
> lama.
 Na. florida  menghambat kerja bakteri dan enzim,
antiglikolisis (sehingga bakteri tidak dapat menggunakan gula
pada sampel darah sebagai sumber makanan), serta
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berperan
dalam proses degradasi obat di luar tubuh.
 Potasium oksalat  mengikat kalsium  sehingga
pembekuan darah tidak terjadi.

Pelatihan IPP - Paket 1


 Terdeteksi dalam urine setelah menggunakan obat (hari-
minggu)
 Mudah didapatkan.
 Waktu deteksi lebih lama dibandingkan sampel darah.
 Potensial untuk dimanipulasi.
 Obat induk jarang ditemukan, hanya dalam bentuk metabolitnya.
 Kadar kuantitatif tidak berhubungan dengan efek farmakologinya.
 Jumlah sampel : 20-100 mL (ante-mortem) dan semua (post-mortem).
 Pada korban hidup  yang diambil adalah urine pancar tengah 
disimpan di botol plastiksteril + pengawet Natrium florida  baiknya
disimpan di kulkas suhu 4 oC.

Pelatihan IPP - Paket 1


 Untuk pemakaian obat yang sudah lama (bulan).
 Mudah diperoleh.
 Membutuhkan teknologi > baru untuk analisisnya.
 Tidak bisa mendeteksi pemakaian obat yang masih baru.
 Terganggu kontaminasi lingkungan.
 Referensi data masih kurang.
 Jumlah sampel : sejumput, sebesar pena (ante-mortem) dan 150-
200 helai atau 50 mg (post-mortem).
 Sampel rambut cukup disimpan pada
suhu ruang dalam keadaan bersih dan
kering.

Pelatihan IPP - Paket 1


 Untuk menapis dan mengenali golongan senyawa (analit)
dalam sampel.
 Obat narkotika dan psikotropika secara umum dalam uji
penapisan dikelompokkan menjadi golongan opiat, kokain,
kannabinoid, turunan amfetamin, turunan benzodiazepin,
golongan senyawa anti dipresan tri-siklik, turunan asam
barbiturat, turunan metadon.
 Pengelompokan berdasarkan pada struktur inti molekulnya.

Pelatihan IPP - Paket 1


1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang dikombinasikan
dengan reaksi warna  KLT relatif lebih murah,
namun dalam pengerjaannya memerlukan waktu
yang relatif lebih lama.
2. Teknik immunoassay  sifat reabilitas dan
sensitifitas yang tinggi, waktu pengerjaan relatif
singkat,  tetapi alat dan bahan dari teknik ini
semuanya harus diimpor, sehingga teknik ini menjadi
relatif tidak murah.

Pelatihan IPP - Paket 1


 Teknik ini menggunakan “anti-drug antibody” untuk mengidentifikasi obat dan
metabolitnya di dalam sampel.
 Jika di dalam matrik terdapat obat dan metabolitnya
(antigen-target) maka dia akan berikatan dengan “anti-drug antibody”, namun jika
tidak ada antigen target maka “anti-drug antibody” akan berikatan dengan “antigen-
penanda”.
 Terdapat berbagai metode / teknik untuk mendeteksi ikatan antigenantibodi ini,
seperti “enzyme linked immunoassay”
(ELISA), enzyme multiplied immunoassay technique
(EMIT), fluorescence polarization immunoassay
(FPIA), cloned enzyme-donor immunoassay
(CEDIA), dan radio immunoassay (RIA).

Pelatihan IPP - Paket 1


 Hasil dari immunoassay test  dijadikan sebagai bahan pertimbangan,
bukan untuk menarik kesimpulan  karena kemungkinan antibodi
yang digunakan dapat bereaksi dengan berbagai senyawa yang memiliki
baik bentuk struktur molekul maupun bangun yang hampir sama 
reaksi silang ini memberikan hasil positif palsu.
 Msl : Obat batuk-flu yang mengandung dekstromethorphan-
pseudoefedrin bisa memberi reaksi positif palsu dari anti bodi-
metamfetamin.
 Sehingga hasil reaksi immunoassay  harus dilakukan uji
pemastian.

Pelatihan IPP - Paket 1


 Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit
dan menetapkan kadarnya.
 Metode yang digunakan  teknik kromatografi yang
dikombinasi dengan teknik detektor lainnya, seperti:
kromatografi gas - spektrofotometri massa (GC-MS), KCKT,
kromatografi cair - spektrofotometri massa
(LC-MS), KLT-Spektrofotodensitometri, atau teknik
lainnya.

Pelatihan IPP - Paket 1


Terdapat beberapa pertanyaan yang harus dijawab
oleh toksikolog forensik dalam melakukan analisis :
a.Senyawa apa yang terlibat dalam tindak kriminal tersebut
(senyawa apa yang menyebabkan keracunan, menurunnya
kemampuan mengendarai kendaraan dalam berlalulintas, atau
narkoba apa yang telah disalah gunakan)?
b.Berapa besar dosisnya?
c.Efek apa yang ditimbulkan?
d.Kapan tubuh korban terpapar oleh senyawa tersebut?

Pelatihan IPP - Paket 1


1. Analisis Narkotika - Ganja
i. 10 mL darah disentrifus, diambil serumnya
ii. Serum + HCl sampai pH 2, diamkan 16-24 jam
iii. Tambahkan NaO sampai pH 9-10
iv. Ekstraksi dengan CHCl3 (1 : 1), diulang 2 kali
v. Masing2 diambil bagian atasnya (lapisan CHCl3), lalu diuapkan dalam cawan
porselen sampai CHCl3 habis  + metanol
vi. Lakukan penetesan pada plate HPTLC silika gel F254 (pembanding THCOOH
 standar Ganja)
vii. Elusi dengan eluen (Toluen : n heksan = 5 : 3)
viii. Setelah kering, lihat di bawah lampu UV (noda disemprot dgn Fast Blue
Salt)
ix. Konfirmasi dengan GC

Pelatihan IPP - Paket 1


2. Analisis Narkotika - Opium
i. Sampai dengan vi) sama seperti analisis Ganja
ii. Totolkan larutan metanol pada plate silika gel F 254
iii. Totolkan larutan pembanding opium
iv. Elusi dengan eluen (etil asetat : metanol : amonia = 85 : 10 : 5)
v. Noda dilihat di bawah lampu UV (penampak noda disemprot dengan
Dragendorf spray)
vi. Uji konfirmasi dengan GC

Pelatihan IPP - Paket 1


3. Analisis Narkotika - Kokain
i. Sampai dengan viii) sama seperti analisis Opium
ii. Elusi dengan eluen (metanol : amonia 25% = 100 : 1,5)
iii. Noda dilihat di bawah lampu UV (penampak noda disemprot dengan
Potasium Iodoplatnat spray)
iv. Uji konfirmasi dengan GC

Pelatihan IPP - Paket 1


4. Analisis Psikotropika-Amfetamin
i. Sampai dengan viii) sama seperti analisis Opium
ii. Elusi dengan eluen (metanol : amonia 25% = 100 : 1,5)
iii. Noda dilihat di bawah lampu UV (penampak noda disemprot dengan
Potasium Iodoplatnat spray)
iv. Uji konfirmasi dengan GC

Pelatihan IPP - Paket 1


DAN masih banyak lagi yang lainnya....

Pelatihan IPP - Paket 1

Anda mungkin juga menyukai