Anda di halaman 1dari 59

OBAT- OBAT

DIBIDANG THT
oleh:
Elvira Cesarena, S.Ked
Eka Rahim, S.Ked
dr.Andi Irawan, Sp.FK
PENDAHULUAN
• Pada pengobatan dibidang telinga, hidung dan
tenggorokan obat-obat topikal lebih banyak
digunakan, selain obat-obatan oral yang berkerja
sistemik
• Alasan: efikasinya yang lebih besar &
mengurangi efek samping obat yang tidak
diinginkan.
Obat-obatan yang sering
digunakan
• Infeksi
– Rhinitis akut dan kronik
– Tonsilitis
– Faringitis
– Sinusitis
– Otitis media (akut, kronik, supuratif)
– Mastoiditi
 ANTIBIOTIK
• Terapi untuk rhinitis:
– Dekongestan oral dan lokal
– Antihistamin
– Kortikosteroid topikal

• Terapi pada polip nasal:


– Ekstraksi polip dengan menggunakan
anastesi lokal dan dekongestan
ANTIBIOTIK
• DRUGS OF CHOICE antibiotika:
– Golongan Penisilin
• Tonsilitis akut dan kronik, faringitis akut, sinusitis
maksilaris akut, sinusitis maksilaris kronis, otitis
ekstema sirkumskripta, otitis media akut,
mastoiditis akut, otitis eksterna
– Golongan Makrolida
• Tonsilitis akut, faringitis akut, mastoiditis akut,
otitis eksterna
– Golongan Sefalosporin
• Tonsilitis akut, faringitis akut, sefurok: sinusitis
maksilaris akut, sinusitis maksilaris kronis,
mastoiditis akut, otitis eksterna
DRUGS OF CHOICE antibiotika:
• Pemilihan utama penggunaan antibiotik
dibidang THT masih menggunakan penisilin
yang spektrumnya luas
• Jika ada kontraindikasi atau hipersensitifitas
eritromisin lebih banyak digunakan secara
luas dibidang THT
• Sedangkan penggunaan sefalosporin lebih
digunakan pada infeksi dengan penyulit
Tonsilitis Akut
• Penatalaksanaan
– Pengobatan menggunakan antibiotika
golongan makrolida
– Golongan yang terpilih eritromicin dan
spiromisin
– Pemberian imunomodulator dapat membantu
meningkatkan kesembuhan
Tonsilitis Kronik
• Pada kondisi kronik terapi yang dianjurkan
adalah tonsilektomi / adenotonsilektomi
• Medikamentosa diberikan post TE / ATE:
– Diet cair atau lunak selam 1 hari
– Analgetik oral
– Antibiotik
drugs of choice pilihan antibiotik adalah
amoxicilin
Pengobatan medikamentosa dapat diberikan
dalam bentuk syrup
Faringitis Kronik
• Tidak berbeda dengan infeksi pada THT
lainnya
• Pengobatan antibiotika terutama adalah
golongan penicilin (ampicilin /amoksisilin)
• Bagi penderita hipersensitif terhadap
penisilin:
– Eritromicin (makrolida)
– Sefalosporin
PENISILIN
Farmakodinamik
• Mekanisme kerja: penisilin menghambat
pembentukan mukopeptida yang diperlukan
untuk sintesis dinding sel mikroba
Farmako kinetik
• Absorbsi: penisilin G mudah rusak dalam
suasana asam
• Distribusi : penisilin G didistribusikan luas
dalam tubuh.
• Metabolism: penisilin dimetabolisme dihepar
• Indikasi: infeksi tenggorokan, otitis media,
dan secar luas digunakn di berbagi infeksi
THT
• Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap
penisilin
• Efek samping: reaksi alergi berupa
urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
anafilaksis, serum sickness-like reaction,
toksisitas SSP termasuk konvulsi
Ampisilin
• Farmakodinamik
Mekanisme kerja: Derivat penicillin yang
menginhibisi sintesis dinding sel pada
mikroorganisme yang sensitif
• Farmakokinetik:
Absorbsi: diabsorbsi di GIT
Distribusi: ikatan protein 28-38%,
didistribusi luas
Metabolism: sebagian di hepar
Ekskresi: diekskresi melalui urine
Ampisilin
• Indikasi: eksaserbasi bronchitis kronis dan
infeksi telinga bagian tengah, pneumonia,
sudah jarang digunakan pada infeksi THT
• Kontra indikasi: hipersensitif terhadap
penisilin, infeksi mononukleus
• Efek samping: gangguan GI, reaksi alergi,
anafilaksis, gangguan hematologi
Amoxisilin
• Farmakodinamik
Mekanisme kerja: Derivat penicillin yang
menginhibisi sintesis dinding sel
• Farmakokinetik:
Absorbs: diabsorbsi di GIT
Distribusi: ikatan protein 28-38%
didistribusikan luas
Metabolism: sebagian dihepar
Ekskresi: diekskresi melalui urine
Amoxisilin
• Indikasi: terapi kuman Gr+ atau Gr- yang
peka terhadap amoxisilin, infeksi THT,
saluran nafas atas dan bawah. Lebih
disukai digunakan dibidang THT dibanding
ampicilin
• Kontra indikasi: hipesensitifitas terhadap
penisilin yang lainnya, gangguan ginjal
dan hepar
• Efek samping: mual, muntah, diare, ruam
kulit, pruritus, demam.
SEFALOSFORIN
No. Nama Generasi Cara Pemberian Aktivitas Antimikroba
1. Cefadroxil 1 Oral Aktif terhadap kuman gram positif
2. Cefalexin 1 Oral dengan keunggulan dari Penisilin
3. Cefazolin 1 IV dan IM aktivitas nya terhadap bakteri
4. Cephalotin 1 IV dan IM penghasil Penisilinase
5. Cephradin 1 Oral IV dan IM

No. Nama Generasi Cara Pemberian Aktivitas Antimikroba


1. Cefaclor 2 Oral Kurang aktif terhadap bakteri gram
2. Cefamandol 2 IV dan IM postif dibandingkan dengan generasi
3. Cefmetazol 2 IV dan IM pertama, tetapi lebih aktif terhadap
4. Cefoperazon 2 IV dan IM kuman gram negatif; misalnya
5. Cefprozil 2 Oral H.influenza, Pr. Mirabilis, E.coli, dan
6. Cefuroxim 2 IV dan IM Klebsiella
No. Nama Generasi Cara Pemberian Aktivitas Antimikroba
1. Cefditoren 3 Oral Golongan ini umumnya kurang efektif
2. Cefixim 3 Oral dibandingkan dengan generasi pertama
3. Cefotaxim 3 IV dan IM terhadap kuman gram positif, tetapi
4. Cefotiam 3 IV dan IM jauh lebih efektif terhadap
5. Cefpodoxim 3 Oral Enterobacteriaceae, termasuk strain
6. Ceftazidim 3 IV dan IM penghasil Penisilinase.
7. Ceftizoxim 3 IV dan IM
8. Ceftriaxon 3 IV dan IM

No Nama Generasi Cara Pemberian Aktivitas Antimikroba


1. Cefepim 4 Oral IV dan IM Hampir sama dengan generasi
2. Cefpirom 4 Oral IV dan IM ketiga
• Sefalosporin yang sering digunakan pada
infeksi THT:
– Cefadroksil, cefaleksin, cefazolin, cefalotin 
infeksi tenggorokan dan saluran nafas atas
– Cefaklor, cefixim, cefpodoksim Infeksi
telinga
– Cefmetazol, cefrozil, cefuroksim otitis media

• Sefalosporin yang tidak digunakan pada


infeksi THT:
– Sefalosporin generasi IV
KLORAMFENIKOL
• Digunakan baik secara oral maupun
topikal
Sediaan
• Kapsul 250 mg,
Salep mata 1 %
• Obat tetes mata 0,5 %
• Salep kulit 2 %
• Obat tetes telinga 1-5 %
Tiamfenikol
Terbagi dalam bentuk sediaan :
• Kapsul 250 dan 500 mg.
• Botol berisi pelarut 60 ml dan bubuk
tiamfenikol 1.5 g yang setelah dilarutkan
mengandung 125 mg Tiamfenikol tiap 5
ml.
• Pada penyakit dibidang THT penggunaan
kloramfenikol topikal lebih sering
digunakan, dikarenakan efek samping
sistemik kloramfenikol yang tidak
diinginkan
MAKROLIDA
Farmakokinetik
• Preparat eritromisin oral diabsorbsi dengan
baik melalui saluran gastrointestinal.
Farmakodinamik
• Eritromisin menekan sintesis protein bakteri.

Efek samping dan reaksi yang merugikan


• Efek samping dan reaksi yang merugikan dari
eritromisin adalah gangguan gastrointestinal, seperti
mual dan muntah, diare dan kejang abdomen.
Indikasi penggunaan
• Guna utama sebagai pengganti penisilin
pada pengobatan THT.
• Penggunaan lainnya meliputi terapi
legionella pneumophilla (penyakit
legionnaire) dan mycoplasma pneumoniae.
AMINOGLIKOSIDA
• Farmakodinamik
• Mekanisme kerja: golongan
aminoglikosida yang secara ireversibel
berikatan pada protein ribosom bakteri

• Farmakokinetik
• Absorbs: absorbs cepat dan sempurna
setelah injeksi IM
• Distribusi: protein binding <30%
• Ekskresi: melalui urine
• Indikasi: drugs of chise infeksi saluran
nafas atas pada anak, dengan pemberian
kombinasi bersama amoksisilin

• Kontra indikasi: kehamilan, miatenia gravis

• Efek samping: gangguan vestibuler dan


pendengaran, nefrotoksisitas,
hipomagnesemia pada pemberian jangka
panjang, colitis karena antibiotik
Polip Nasi
• Penatalaksanaan utama adalah ekstraksi
polip dengan anastesi lokal dan
dekongestan
– Anastesi lokal terpilih: xylocain 2%, efedrin 1%
Nama obat Penggunaan pada
Mata Telinga Hidung Tenggorok Uretra Rektum Kulit
Lidokain - - - - - - +
Lidokain - + + + + - -
HCL
Dibuakin - + - - - + +
Tetrakain + + + + - + +
Benoksinat + - - - - - -
Kokain - + + + - - -
Pramoksin - - - + - + +
Diklonin - - - + + + +
Benzokain - + + + + + +
- : tidak dianjurkan atau tidak efektif, + : biasa digunakan
Ester / amida Mula Kerja Lama Kerja Penggunaan Klinis Properties
Procaine Ester Lambat Singkat - Terbatas - Vasodilatasi
- Vascular spam - Alergenik
- Diagnostic prosedure
Amethocaine Ester Cepat Singkat - Topical anesthesia - Toksisitas sistemik kuat
- Spinal anesthesia
Chloroprocaine Ester Cepat Singkat - Peripheral anesthesia - Toksisitas sistemik rendah
- Obstetric extradural block
Mepivacaine Amida Cepat Sedang - Infiltration - Versatile, dilatasi sedang
- Peripheral nerve blocks
Prilocaine Amida Cepat Sedang - Infiltration - Methaemoglobinanemia pada dosis
- Intravenous anesthesia tinggi
- Peripheral nerve blocks - Sedikit toksisitas amida
Bupivacaine Amida Sedang Lama - Infiltration - Pemisahan blockade sensoris dan
- Intravenous regional motorik
anesthesia
- Extradural &mp; spinal
blocks
Etidocaine Amida Cepat Lama - Infiltration - Blokade motorik yang snagat besar
- Intravenous regional
anesthesia
- Extradural blocks
Lignocaine Amida Cepat Sedang - Infiltration / topical - Agen paling serbaguna
- Intravenous regional - Vasodilatasi sedang
anesthesia
- Extradural & spinal blocks
- Peripheral nerve blocks
Otitis eksterna difusa
• Untuk penghilang nyeri, paracetamol
merupakan analgetik pilihan utama

• Dapat diberikan nistatin lokal, amfoterisin


B atau salisilat 2% dalam alkohol
 obat-obatan ini tidak boleh digunakan
bila ada perforasi membrana timpani
Otitis media akut
• Penalaksanaan berkaitan dengan stadium
penyakit:
– Stadium I
• Antibiotika  ampicilin atau amoxicilin
• Tetes hidung efedrin 1% untuk dewasa
dan efedrin ½ % untuk anak-anak
• Dekongestan oral , pseudoefedrin
– Stadium II
• Miringotomi
• Antibiotika
• Dengongestan lokal, efedrin tetes hidung
• Dekongestan oral

– Stadium III
• Antibiotika , golongan penicilin atau sefalosporin
• Kalau perlu miringotomi
• Dekongestan lokal dan oral

– Stadium IV
• Higiene telinga
• Pencegahan ISPA
ANTIBIOTIK TOPIKAL

Ada dua pertimbangan dasar pemilihan


antibiotika pada penanganan berbagai
penyakit telinga, hidung dan tenggorokan,
yaitu:
• Dapat terdistribusi dengan baik pada
jaringan yang terinfeksi
• Spektrum yang luas meliputi organisme
yang ditemui pada infeksi telinga, hidung,
tenggorok
1. Ofloksasin
2. Kloramfenikol
3. Polimiksin B atau E
4. Gentamisin
Kloramfenikol
Rhinitis
• Rhinitis alergika
– Hindari bahan penyebab
– Medikamentosa yang diberikan adalah terapi
simptomatik
• Antihistamin
• Kortikosteroid oral
• Kortikosteroid topikal
• Dekongestan oral
• Dekongestan lokal
Sinusitis
A. Drainase
– Dekongestan oral
• Efedrin 1% (dewasa) dan efedrin ½% (anak-anak)
• Oksimetasolin 0,02% tetes hidung
• Oksimetasolin 0,05% spray hidung

– Dekongestan lokal
• Pseudoefedrin 60 mg/ 8 jam
A. Antibiotika
– Diberikan 5-7 hari dengan drug of choice
golongan penicilin (amoxicilin lebih terpilih)
– Bila ada kontraindikasi, dapat digunakan
golongan sefalosporin atau doksisiklin

B. Simptomatik
– Analgetik antipiretik
– Paracetamol  drug of choice
– Ibuprofen dapat digunakan pada anak atau
dewasa
• Kondisi kronik dari sinusitis maksilaris 
tidak dapat sembuh dengan pengobatan
 indikasi operatif (caldwell Luc)

• Medikamentosa yang dapat diberikan


– NSAID  natrium diklofenak
– Irigasi sol betadin 2%
– Antibiotika pasca operatif:
• DRUGS OF CHOICE adalah amoxicilin
• Sefalosporin dapat digunakn jika amoxicilin tidak
adapat digunakan
Berikut beberapa semprot
steroid yang biasa digunakan
untuk penanganan rhinosinusitis
atau sinusitis :
1. Fluticasone propionat
2. Budenoside
3. Mometasone Furoate
1. Golongan I : Super Poten
• Clobetasol proprionate ointment dan cream
0,5%
• Betamethasone diproprionate gel dan
ointment 0,05%
• Diflorasone diacetate ointment 0,5%
• Halobetasol proprionate ointment 0,05%
2. Golongan II : Potensi Tinggi
• Amcinonide ointment 0,1%
• Betamethasone diproprionate AF cream
0,05%
• Mometasone fuorate ointment 0,1%
• Diflorasone diacetate ointment 0,05%
• Halcinonide cream 0,1%
• Flucinonide gel, ointment, dan cream
0,05%
• Desoximetasone gel, ointment, dan cream
0,25%
3. Golongan III : Potensi Tinggi
• Triamcinolone acetonide ointment 0,1%
• Fluticasone proprionate ointment 0,05%
• Amcinonide cream 0,1%
• Betamethasone diproprionate cream
0,05%
• Betamethasone valerate ointment 0,1%
• Diflorasone diacetate cream 0,05%
• Triamcinolone acetonide cream 0,5%
4. Golongan IV : Potensi Medium
• Fluocinolone acetonide ointment 0,025%
• Flurandrenolide ointment 0,05%
• Fluticasone proprionate cream 0,05%
• Hydrocortisone valerate cream 0,2%
• Mometasone fuorate cream 0,1%
• Triamcinolone acetonide cream 0,1%
5. Golongan V : Potensi Medium
• Alclometasone diproprionate ointment
0,05%
• Betamethasone diproprionate lotion 0,05%
• Betamethasone valerate cream 0,1%
• Fluocinolone acetonide cream 0,025%
• Flurandrenolide cream 0,05%
• Hydrocortisone butyrate cream 0,1%
• Hydrocortisone valerate cream 0,2%
• Triamcinolone acetonide lotion 0,1%
6. Golongan VI : Potensi Lemah
• Alclometasone diproprionate cream 0,05%
• Betamethasone diproprionate lotion 0,05%
• Desonide cream 0,05%
• Fluocinolone acetonide cream 0,01%
• Fluocinolone acetonide solution 0,05%
• Triamcinolone acetonide cream 0,1%

7. Golongan VII : Potensi Lemah


• Obat topikal dengan hydrocortisone,
dexamethasone, dan prednisole.
ANTIHISTAMIN (antagonis
reseptor H1)
• TERFENIDIN
• Terfenidin diabsorbsi sangat cepat dan
mencapai kadar puncak setelah 1-2 jam
pemberian. Mempunyai mula kerja yang
cepat dan lama kerja panjang. Obat ini
cepat dimetabolisme dan didistribusi luas
ke berbagai jaringan tubuh
• Terfenidin diekskresi melalui faeces (60%)
dan urine (40%). Waktu paruh 16-23 jam.
Efek maksimum telah terlihat sekitar 3-4
jam dan bertahan selama 8 jam setelah
pemberian. Dosis 60 mg diberikan 2 X
sehari.
• ASTEMIZOL
Merupakan derivat piperidin yang
dihubungkan dengan cincin benzimidazol,
struktur kimia. Astemizol pada pemberian
oral kadar puncak dalam darah akan
dicapai setelah 1 jam pemberian. Mula
kerja lambat, lama kerja panjang. Waktu
paruh 18-20 hari
• Metabolitnya diekskresi sangat lambat,
terdapat dalam faeses 54% sampai 73%
dalam waktu 14 hari. Ginjal bukan alat
ekskresi utama dalam 14 hari hanya
ditemukan sekitar 6% obat ini dalam urine.
Terikat dengan protein plasma sekitar
96%.
• MEQUITAZIN
Merupakan suatu derivat fenotiazin,
struktur kimia lihat Gbr.1. Absorbsinya
cepat pada pemberian oral, kadar puncak
dalam plasma dicapai setelah 6 jam
pemberian. Waktu paruh 18 jam, Onset of
action cepat, duration of action lama.
Dosis 5 mg 2 X sehari atau 10 mg 1 X
sehari (malam hari).
• LORATADIN
Adalah suatu derivat azatadin,
Penambahan atom C1 meninggikan
potensi dan lama kerja obat loratadin.
Absorbsinya cepat. Kadar puncak dicapai
setelah 1 jam pemberian. Waktu paruh 8-
11 jam, mula kerja sangat cepat dan lama
kerja adalah panjang. Waktu paruh
descarboethoxy-loratadin 18-24 jam.
DEKONGESTAN (Agonis α
adrenergik)
• Dekongestan topical dan sistemik merupakan
simpatomimetik agen yang beraksi pada
reseptor adrenergic pada mukosa nasal,
memproduksi vasokonstriksi. Topikal
dekongestan biasanya digunakan melalui
sediaan tetes atau spray. Penggunaan
dekongestan jenis ini hanya sedikit atau sama
sekali tidak diabsorbsi secara sistemik.
• Sistemik dekongestan onsetnya tidak
secepat dekongestan topical. Namun
durasinya biasanya bisa lebih panjang.
Agen yang biasa digunakan adalah
pseudoefedrin
• Penggunaan topikal dalam bentuk tetes
atau spray pada membran mukosa
dengan konsentrasi 0,5 % - 2 %.
SERUMENOLITIK

• Serumen atau ear wax adalah hasil dari sekresi


normal oleh kelenjar serumenus yang terdapat
pada telinga, yaitu pada garis kanalis
auditorius eksterna. Akumulasi dan produksi
dari serumen yang berlebihan dapat
menurunkan kualitas pendengaran dan dapat
mencetuskan tinnitus atau otalgia
• Namun agen lain seperti dokusat,
peroksida (hydrogen peroksida atau urea
hydrogen peroksida) salisilat kolin dan
larutan minyak para diklorobenzen dan
klorobutanol dapat digunakan sebagai
serumenolitik. Gliserol dan natrium
bicarbonate dikatakan juga dapat
digunakan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai