Anda di halaman 1dari 2

Nama

NIM

: Wenny Rachmita Muhti


: 10101026

1. Perbedaan melanin, melanosit dan melanosom


Warna kulit dengan perbagai perbedaan warnanya, terjadi akibat adanya pigmen
melanin pada lapisan epidermis kulit. Terbentuknya melanin (melanogenesis) terjadi
pada melanosit yaitu sel pembentuk pigmen melanin yang berada pada lapisan
basal epidermis. Melanin yang dihasilkan dari proses melanogenesis pada melanosit ini
terbentuk berupa butiran pigmen yang disebut melanosom. Melanosom kemudian
ditransfer melalui tonjolan dendrit melanosit ke keratinosit di sekitarnya yang kemudian
pecah di dalam keratinosit dan menjadi pigmen melanin. Melanin terdapat pada
keratinosit yang merupakan sel dengan jumlah terbanyak di epidermis meliputi lapisan
epidermis kulit dan inilah yang memberikan warna pada kulit seorang. Satu melanosit
berhubungan dengan sekitar 36 hingga 40 keratinosit disebut unti melanoepidermal dan
dengan adanya perbedaan kadar produksi melanin, terdapat berbagai tipe warna kulit.
Kesimpulan perbedaan melanin, melanosit dan melanosom antara lain:
1. Melanin : pigmen yang memberikan warna kulit.
2. Melanosit : sel pembentuk melanin
3. Melanosom : butiran pigmen melanin
2. Patogenesis vitiligo
Patogenesis vitiligo belum dapat dijelaskan dengan pasti. Ada beberapa hipotesis
atau teori yang dikemukakan yaitu:
a. Hipotesis autoimun dan respon hormon humurol
Hipotesis autoimun merupakan teori yang banyak diterima, dimana sistem tubuh
akan menghancurkan melanosit. Penyakit tiroid seperti Tiroiditis Hashimoto dan
penyakit Graves biasanya berhubungan dengan vitiligo. Penyakit endokrin juga ada
hubungannya dengan vitiligo seperti penyakit addison dan diabetes melitus. Alopesia
areata, anemia pernisiosa, lupus eritemtosus sistemik, inflamatory bowel diseases,
artritis reumatoid, psoriasis dan

autoimune polyglandular syndrome dapat

berhubungan dengan kejadian vitiligo, namun hubungannya masih diperdebatkan.


Pada vitiligo dapat dijumpai autoantibodi melanosit yang bersifat toksik terhadap
melanosit dan menghambat pembentukan melanin.
Pertanyaan muncul apakah antibodi vitiligo yang dihasilkan sebagai akibat dari
kerusakan sel pigmen atau antibodi yang menyebabkan kerusakan sel pigmen.

Kemungkinan yang mendukung ditemukan pada sebuah penelitian terhadap hewan


bahwa antibodi sel pigmen muncul sebelum kehilangan sel pigmen.
b. Mekanisme imun seluler
Kerusakan melanosit dapat disebabkan langsung oleh autoreaksi sel T sitologis.
Peningkatan limfosit CD8+ sitotoksik mengaktifkan MelanA-Mart 1 (antigen
melanone yang dikenali oleh sel T), glikoprotein 100 dan tirosinase telah dilaporkan
terdapat pada pasien dengan vitiligo. Sel T CD8+ yang aktif ditemukan pada lesi kulit
pasien vitiligo.
c. Gangguan sistem oksidan-antioksidan
Beberapa penelitian mengenai stress oksidan pada vitiligo dilaporkan bahwa
akumulasi radikal bebas bersifat toksik terhadap melanosit sehingga menyebaban
kerusakan melanosit. Peningkatan nitrite oxede telah ditemukan pada melanosit yang
dikultur dan serum pasien vitiligo. Hal ini menunjukkan bahwa nitrite oxede dapat
menyebabkan kerusakan melanosit.
d. Teori Neural
Adanya mediator kimia yang dilepaskan dari ujung saraf perifer dapat
menyebabkan penurunan produksi melanin. Beberapa bahan yang lepas dari ujung
saraf perifer pada kulit seperti neuropeptide-Y, merupakan bahan toksik terhadap
melanosit dan dapat menghambat proses melanogenesis. Kemungkinan NeuropeptideY memegang peranan dalam patogenesis vitiligo melalui mekanisme neuronal
terhadap melanosit.
e. Genetik
Vitiligo diperkirakan dapat diturunkan. Ada pengaruh genetik terhadap vitiligo
yang berhubungan dengan biosintesis melanin, respon terhadap stress oksidan dan
regulasi autoimun. Hubungan vitiligo dengan penyakit autoimun diduga berikaitan
dengan HLA (Human Leucosyt Antigen). Tipe HLA yang berhubungan dengan vitiligo
antara lain A2, DR4, DR7 dan Cw6.

Anda mungkin juga menyukai