Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

POST OPERASI BEDAH


MAYOR

IKA SILVITASARI, S.KEP., NS., M.KEP


OPERASI
MEMBUKA/
INVASIF MENAMPILKAN
BAGIAN TUBUH

PERBAIKAN,
SAYATAN PENUTUPAN DAN
PENJAHITAN LUKA

PROSEDURE
DIALKUKAN DI
SUDAH
RUANG OPERASI
DITETAPKAN
(Syamsuhidajat, 2010).
KLASIFIKASI
MINOR MAYOR
• Secara umum bersifat selektif, • Operasi yang bersifat selektif,
bertujuan untuk memperbaiki urgen dan emergensi. Tujuan
fungsi tubuh, mengangkat lesi untuk menyelamatkan nyawa,
pada kulit dan memperbaiki mengangkat atau memperbaiki
deformitas bagian tubuh, memperbaiki
• Contohnya pencabutan gigi, fungsi tubuh dan meningkatkan
pengangkatan kutil, kuretase, kesehatan
operasi katarak, dan arthoskopi. • Contoh : kolesistektomi,
nefrektomi, kolostomi,
histerektomi, mastektomi,
amputasi dan operasi akibat
trauma
POST OPERASI

Waktu setelah dilakukan pembedahan yang


dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya
Proses Keperawatan Pascaoperatif

Fase pascaoperatif adalah


Berkelanjutan berkelanjutan suatu kondisi dimana pasien
baik di ruang pemulihan, sudah masuk di ruang pulih
ruang intensif, dan ruang sadar sampai pasien dalam
rawat inap bedah. kondisi sadar betul untuk
dibawa keruang rawat inap.
ETIOLOGI
TUJUAN TINGKAT RESIKO TEHNIK
• Mendiagnosa (biopsi) • Bedah mayor • TERBUKA
• Mencegah (pengangkatan polip • Operasi yang dilakukan di • operasi konvensional, yaitu
usus) bagian tubuh seperti kepala, tindakan medis yang membuat
• Menghilangkan (mastektomi/ dada, dan perut. sayatan pada bagian tubuh
histerektomi) • Ex operasi cangkok organ, dengan menggunakan pisau
• Mengembalikan (operasi farktur) operasi tumor otak, atau khusus
• Paliatif (< rasa sakit) operasi jantung. • operasi jantung, dokter
• Pasien yang menjalani operasi menyayat bagian dada pasien
ini biasanya membutuhkan dan membukanya agar organ
waktu yang lama untuk kembali jantung terlihat jelas.
pulih
• Bedah minor • LAPARASKOPI
• tidak membuat pasiennya • ahli bedah hanya akan
harus menunggu lama untuk menyayat sedikit dan
pulih kembali seahri membiarkan alat seperti selang
langsung pulang masuk ke dalam lubang yang
• Ex : biopsi pada jaringan telah dibuat, untuk mengetahui
payudara. masalah yang terjadi di dalam
tubuh
MANIFESTASI KLINIS
KARDIOVASKULER PERNAFASAN PERSYARAFAN
• Perdarahan : • Depresi pernafasan : • Tingkat kesadaran
• Tekanan darah pernafasan yang dangkal ( GCS ) : Coma
menurun dan lambat serta batuk
• Meningkatnya denyut yang lemah
jantung dan • Frekuensi, irama,
pernafassan kedalaman ventilasi
• Denyut nadi lemah, pernafasan, kesimetrisan
kulit dingin, lembab, gerakan dinding dada,
pucat, serta gelisah bunyi nafas abnormal dan
• Eksternal : peningkatan membrane mukosa
drainase yang
mengandungi darah
pada balutan atau
melalui drain.
• Hipoksia (capillary refill).
URINARIA GASTROINTESTINAL LUKA POST OPERASI
• Retensi urine • Mual, muntah • Infeksi : luka yang
(Spasme spinkter • Belum Flatus atau masih basah dan
kandung kemih ) Defekasi ada pengumpulan
cairan (mungkin
dapat disebabkan
beberapa factor
adalah seperti
diabetes mellitus,
imunosupresi,
keganasan dan
malnutrisi )
PENGKAJAIN
• AIRWAY
– Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas dengan bebas?
– Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
Adanya snoring atau gurgling
Stridor atau suara napas tidak normal
Agitasi (hipoksia)
Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest movements
Sianosis
– Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan potensial penyebab
obstruksi :
Muntahan
Perdarahan
Gigi lepas atau hilang
Gigi palsu
Trauma wajah
– Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
– Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang berisiko untuk mengalami
cedera tulang belakang.
– Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi :
Chin lift/jaw thrust
Lakukan suction (jika tersedia)
Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask Airway
Lakukan intubasi
• Breathing
– Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.
– Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda sebagai berikut : cyanosis,
penetrating injury, flail chest, sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
– Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous emphysema, perkusi berguna
untuk diagnosis haemothorax dan pneumotoraks.
– Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
– Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
– Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai karakter dan kualitas
pernafasan pasien.
– Penilaian kembali status mental pasien.
– Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
– Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi:
Pemberian terapi oksigen
Bag-Valve Masker
Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang benar), jika diindikasikan
Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway procedures
– Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan terapi sesuai kebutuhan.
• Cirkulasi
• HATI-HATI DENGAN TANDA-TANDA SYOK

– Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.


– CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
– Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian penekanan
secara langsung.
– Palpasi nadi radial jika diperlukan:
• Menentukan ada atau tidaknya
• Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
• Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
• Regularity
– Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary refill).
– Lakukan treatment terhadap hipoperfusi
• Level of Consciousness dan Disabilities
– FOUR SCORE, GCS, AVPU
PEMERIKSAAN FISIK LANJUTAN
• Sistem Pernafasan
– Potensi jalan nafas
– Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman)
– RR <
– Gangguan kardiovaskuler atau rata rata metabolisme yang
meningkat.
– Depresi narkotik, respirasi cepat, dangkal 10 x/menit
– Keadekuatan expansi paru, kesimetrisan
– Auskultasi paru : efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.
– Inspeksi: pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu
pernafasan diafragma, retraksi sternal Thorax Drain.
• Sistem Kardiovaskuler
– Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2
jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.
– Depresi miokard, shock, perdarahan atau overdistensi.
– Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung shock, nyeri, hypothermia.
– Nadi meningkat
– Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas).
– Trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema, kemerahan, nyeri).
– Homan’s saign Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
– Inspeksi : membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan. NG
tube, out put urine, drainage luka.
– Ukur cairan
– Kaji intake / out put.
– Monitor cairan intravena dan tekanan darah
• Sistem Persyarafan semua klien dengan
anesthesia umum.
– Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran depresi
fungsi motor.
– Respon pupil, kekuatan otot, koordinasi.
– Klien dengan bedah kepala leher
• Sistem Perkemihan
– Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali
setelah 6 – 8 jam post anesthesia inhalasi, IV,
spinal.
– Retensio urine. Anesthesia, infus IV, manipulasi
operasi abdomen bawah (distensi buli-buli).
– Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi kaji warna,
jumlah urine, out put urine
– Dower catheter < komplikasi ginjal 30 ml / jam
• Sistem Gastrointestinal
– 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan stress dan iritasi
luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta TIO meningkat.
– Mual muntah
– Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus. suara usus (-), distensi
abdomen, tidak flatus.
– Kaji paralitic ileus
– Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan decompresi
dan drainase lambung.
– Meningkatkan istirahat.
– Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah
– Memonitor perdarahan
– Mencegah obstruksi usus.
– Irigasi atau pemberian obat.
– Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam
• Sistem Integumen
– Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma,
malnutrisi, obat-obat steroid. Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan –
satu tahun. Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan:
– Infeksi luka
– Diostensi dari udema / palitik ileus.
– Tekanan pada daerah luka.
– Dehiscence
– Eviscerasi
– Drain dan Balutan
– Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR
(Jumlah, warna, konsistensi dan bau cairan drain dan tanggal observasi),
dan minimal tiap 8 jam saat di ruangan.
• Nyeri
– Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah ,
drain dan posisi intra operative.
– Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan
darah, hypertensi, diaphorosis, gelisah, menangis.
Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetika.
– Nonverbal Adult Pain Assessment Scale (NVPS), Pain
Assessment and Intervention Notation Algorithm
(P.A.I.N), Comfort Scale, Behavioural pain scale (BPS), dan
Critical-Care Pain Observasion Tool (CPOT).
• Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk memonitor komplikasi .
Pemeriksaan didasarkan pada prosedur
pembedahan, riwayat kesehatan dan manifestasi
post operative. Test yang lazim adalah elektrolit,
Glukosa, dan darah lengkap.
PENATALAKSANAAN
• Pernapasan
• Kardiovaskuler
• Perdarahan
• Hipertermia maligna
• Hipotermia
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan sekresi.
• Gangguan pertukaran gas b/d efek sisa anesthesia
• Kerusakan integritas kulit b/d luka pemebedahan, drain dan
drainage
• Nyeri b/d incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.
• Risiko injury berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi,
analgesi.
• Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan intra dan
post operasi.
TUGAS
• KELAS DIBAGI MENJADI 6 KELOMPOK
• BUAT MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN TERKAIT DENGAN
PEMBEDAHAN MAYOR PADA SISTEM :
– KARDIOVASKULER
– PERKEMIHAN
– GASTROINTESTINAL
– PERSYARAFAN
– MUSKULOSKELETAL
– PERNAFASAN/ TORAK
KASUS BOLEH MEMILIH SENDIRI BEBAS DARI SETIAP SISTEM.
POINT YANG HARUS DITULISKAN SAMA DENGAN MAKALAH ASKEP-
ASKEP BIASANYA.

Anda mungkin juga menyukai