OBAT ANTASIDA
Golongan
Golongan obat
obat antasida
antasida yang
yang sering
sering digunakan
digunakan
Aluminium
AluminiumHidroksida
Hidroksidadan
danMagnesium
Magnesium
Hidroksida
Kalsium
Kalsium Karbonat
Karbonat Natrium
Natrium Bikarbonat
Bikarbonat
Hidroksida
Aluminum hidroksida larut perlahan, secara Penggunaan antasida yang mengandung Natrium bikarbonat reaksinya instan dalam
bertahap menetralkan asam lambung. Namun Ca2+ dalam jangka lama dapat menyebabkan menetralkan asam lambung (asam
aluminium hidroksida dapat memperlambat dan memperburuk hiperkalsemia, yang klorida/HCl) dan membentuk
motilitas usus sehingga memiliki efek ditandai dengan gejala neurologi dan karbondioksida (CO2) dan NaCl.
sembelit. Magnesium hidroksida bekerja cepat penurunan fungsi ginjal. Kalsium karbonat Pembentukan CO2 menghasilkan sendawa
menetralkan asam lambung dan memiliki rasanya seperti kapur dan dapat
kapasitas penetralan yang tinggi, tetapi dan distensi lambung sehingga perut terasa
menyebabkan konstipasi. kembung.
magnesium hidroksida memiliki efek pencahar
atau diare.
CARA KERJA OBAT
Farmakokinetik
1. Mula kerja obat
ANTASIDA
Laksatif : 4-8 jam. Sekitar 30% ion magnesium diserap oleh usus halus. Ekskresi : urin (sampai
dengan 30 % sebagai ion-ion magnesium yang terabsorbsi) ; feses (obat yang tidak diabsorbsi)
2. Bila diberikan secara oral bereaksi lebih lambat dengan HCl di lambung daripada
magnesium hiodroksida.
3. Pada pemberian per oral bereaksi dengan asam lambung membentuk magnesium klorida yang
larut dan karbondioksida. Karbondioksida dapat menyebabkan kembung
atau eruktasi/bersendawa.
4. Kalsium karbonat diubah menjadi kalsium klorida olehasam lambung. Kalsium karbonat juga
mengikat fosfat dalam saluran cerna untuk membentuk komplek yang tidak larut
dan mengurangi absorbsi fosfat. Beberapa dari kalsium diabsorbsi dari usus dan bagian
yang tidak terabsorbsi diekskresikan melalui feses.
CARA KERJA OBAT
Farmakodinamik
Mekanisme Aksi
ANTASIDA
1. Menetralkan HCI dalam lambung dengan membentuk garam AI(Cl)3 dan H20.
2. Magnesium hidroksida per oral bereaksi relatif cepat dengan HCl dalam lambung
menbentuk magnesium klorida dan air. Magnesium hidroksida juga mengosongkan usus
dengan menyebabkan retensi osmotik cairan yang mengembangkan kolon dengan
aktivitasperistaltik yang meningkat.
3. Bila diberikan secara oral bereaksi lebih lambat dengan HCl di lambung daripada
magnesium hiodroksida.
4. Pada pemberian per oral bereaksi dengan asam lambung membentuk magnesium klorida yang
larut dan karbondioksida.
Indikasi dan kontraindikasi obat
Antasida
Diare Sembelit
Fase perencanaan ditandai dengan penetapan lingkup tujuan, atau hasil yang diharapkan. Lingkup
tujuan yang efektif memenuhi hal berikut ini :
1) Berpusat pada klien dan dengan jelas menyatakan perubahan yang diharapkan.
2) Dapat diterima (pasien dan perawat)
3) Realistik dan dapat diukur
4) Dikerjakan bersama
5) Batas waktu jelas
6) Evaluasi jelas
Sebagai salah satu contoh adalah klien mampu mandiri dalam memberikan dosis insulin yang
diresepkan pada akhir sesi ketiga dari pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat.Perawat
mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa teknik pemberian obat aman. Perawat juga
dapat merencanakan untuk menggunakan waktu selama memberikan obat.
Lanjutan
Pada situasi klien belajar menggunakan obat secara mandiri, perawat dapat merencanakan untuk
menggunakan semua sumber pengajaran yang tersedia.Apabila klien dirawat di rumah
sakit,sangat penting bagi perawat untuk tidak menunda pemberian instruksi sampai hari
kepulangan klien. Baik,seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiri maupun
perawat yang bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut harus dicapai :
• Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang digunakan.
• Efek terapeutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara kenyamanan
• klien tetap dipertahankan.
• Klien dan keluarga memahami terapi obat.
• Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi meliputi tindakan keperawatan yang perlu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Penyuluhan dan pengajaran pada fase ini merupakan tanggungjawab perawat. Dalam
beberapa ruang lingkup praktek, pemberian obat dan pengkajian efek obat juga merupakan tanggung
jawab keperawatan yang penting. Selain itu perawat harus mampu mencegah resiko kesalahan dalam
pemberian obat.Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien menerima obat
yang salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh
setiap individu yang terlibat dalam pembuatan resep, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian
obat. Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan pengobatan. Pada catatan status klien, harus
ditulis obat apa yang telah diberikan kepada klien, pemberitahuan kepada dokter, efek samping yang
klien alami sebagai respons terhadap kesalahan pengobatan dan upaya yang dilakukan untuk
menetralkan obat. Perawat bertanggung jawab melengkapi laporan yang menjelaskan sifat insiden
tersebut. Laporan insiden bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau menjadi dasar untuk memberi
hukuman dan bukan merupakan bagian catatan medis klien yang sah. Laporan ini merupakan analisis
objektif tentang apa yang terjadi dan merupakan penatalaksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk
memantau kejadian semacam ini. Laporan kejadian membantu komite interdisiplin mengidentifikasi
kesalahan dan menyelesaikan masalah sistem di rumah sakit yang mengakibatkan terjadinya kesalahan
Evaluasi
1. Efektivitas pendidikan kesehatan mengenai terapi obat dan pencapaian tujuan
dinyatakan dalam fase evaluasi. Jika tujuan tidak tercapai, perawat perlu
menentukan penyebabnya dan mengkaji ulang sesuai sebabnya. Bila tujuan
terpenuhi maka rencana keperawatan telah selesai.Berikut adalah contoh langkah
evaluasi untuk menentukan bahwa ada komplikasi yang terkait dengan rute
pemberian obat :
2. 1. Mengobservasi adanya memar, implamasi, nyeri setempat atau perdarahan
di tempat injeksi.
3. 2. Menanyakan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di
tempat injeksi.
4. 3. Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah, dan diare
pada klien.
5. 4. Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya feblitis, termasuk demam,
pembengkakkan dan nyeri tekan setempat
Thank you