Anda di halaman 1dari 42

Elektronika 1

M
at
er
Arus Searah i2

(Direct Current, DC)

Drs. Wildian , M.Si.


wildian_unand@yahoo.com

Program Studi Fisika


Universitas Andalas
2018
Apa Itu ‘Arus Searah’ ?
• Arus searah (direct current, DC) adalah arus listrik yang mengalir hanya
dalam satu arah.

• Pada arus searah, arus atau tegangannya tidak berubah tanda (polaritas).
Dengan kata lain, arus atau tegangannya bertanda positif atau negatif saja.
Tegangan DC
yang bernilai
POSITIF 0

Tegangan DC
yang bernilai
0 NEGATIF

• Contoh: Arus listrik yang dihasilkan baterai, termokopel, sel surya.


Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 2
… Berbeda dengan Arus Bolak-balik
• Arus bolak-balik (alternating current, AC)
adalah arus atau tegangan listrik yang
besar dan arahnya berubah-ubah secara
periodik/ berkala.
+V
• Perubahan arus (atau tegangan) AC itu
terjadi dari nol naik ke suatu nilai +V
maksimum dalam arah yang satu (+), lalu p
turun ke nol kembali sebelum mencapai + + +
maksimum dalam arah sebaliknya (-), lalu 0 t
naik ke nol lagi, dan seterusnya (berulang - - -
secara periodik). -Vp
• Arus (atau tegangan) AC berbeda dengan
DC dalam hal tanda atau polaritasnya
yang berubah-ubah secara periodik. (Nilai -V
tegangan positif dan negatif muncul
bergantian secara berulang dalam selang
waktu tertentu).

• Contoh:
Arus yang dihasilkan generator PLN.
Wildian, Program Studi Fisika Universitas 3
Andalas
Ragam Tegangan atau Arus Listrik

V atau I
(Varying
Arus searah (DC) yang DC)
berdenyut
+V
Arus searah(DC)
(DC) yang konstan
Arus yang berubah-ubah tak-teratur
0 t
(AC)
Arus bolak-balik (AC)
-V

http://code.pediapress.com
4
Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas
Kenapa Kita Perlu Arus Searah?

…. karena sebagian besar


peralatan elektronik
bekerja menggunakan
ARUS SEARAH!

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 5


Alat Ukur Listrik
Beberapa di antaranya:
 Ammeter
 Galvanometer
 Voltmeter
 Ohmmeter
 Wheatstone Bridge
 Potentiometer

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 6


Ammeter
• Ammeter = alat untuk mengukur arus
listrik.

• Ammeter pertama dirancang oleh


D'Arsonval berupa ammeter kumparan
putar (moving coil ammeter) dan dikenal
sebagai galvanometer D'Arsonval.

• Galvanometer D'Arsonval menggunakan


prinsip penyimpangan magnetik
(magnetic deflection), di mana arus yang
melalui suatu kumparan menyebabkan
kumparan itu bergerak/berputar di
dalam medan magnetik.

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 7


Galvanometer

Galvanometer D’Arsonval Skematik rangkaian


Galvanometer D’Arsonval
• Ketika dialiri arus listrik, kumparan tersebut mendapat momen gaya dan menyebabkannya
berputar terbatas, sebanding dengan kuat arus listrik yang mengalirinya.
• Akibatnya jarum penunjuk juga ikut menyimpang melalui suatu lengkung terbatas.
Besarnya simpangan jarum penunjuk inilah yang menyatakan besar arus listrik yang
sedang diukur.
• Apa bedanya galvanometer dan ammeter?

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 8


• Untuk mengukur arus listrik,
Cara Menggunakan
rangkaian harus diputus terlebih
dahulu, lalu ammeter (A) Ammeter
/galvanometer disisipkan di
antara jalur yang terputus itu.
Jadi, ammeter harus terhubung
secara seri dengan komponen
yang hendak diukur (R).

• Perhatikan hubungan polaritas


antara ammeter dan catu daya
ketika mengukur arus searah
(dc). Pastikan bahwa arus masuk
melalui terminal positif
ammeter. [Hal ini tak perlu
dilakukan ketika mengukur arus
bolak-balik (ac)]
• Sebelum rangkaian diberi catudaya, pastikan terlebih dahulu posisi saklar
pemilih pada ammeter berada pada rentang arus yang paling tinggi. Lalu,
secara bertahap, turunkan pilihan rentangnya (jika perlu). Hal ini untuk
menghindari ammeter dari kerusakan yang diakibatkan oleh arus berlebih
(excessive current), terutama pada ammeter kumparan putar.
Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 9
Pengukuran Arus dalam Praktik
4 buah Catu daya
resistor
0V seri +6 V

Kawat +
penghubung

Ammeter dihubungkan secara


SERI terhadap catu daya.
breadboard

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 10


Pengaruh Hambatan-dalam Ammeter

• Idealnya, resistansi ammeter adalah


nol agar arus yang hendak diukur tidak
berubah.

• Pada gambar di samping, resistansi


ammeter haruslah jauh lebih kecil
dari R1 + R2.

• Oleh karena ammeter selalu memiliki


hambatan-dalam (internal resistance),
kehadiran ammeter dalam rangkaian Selalu ada hambatan-
akan sedikit mengurangi arus yang dalam (r).
diukur tersebut dari nilai
sesungguhnya ketika tanpa ammeter.

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 11


Voltmeter
• Voltmeter = alat untuk mengukur tegangan (beda potensial)
listrik.

• Caranya: Volmeter dihubungkan secara paralel dengan


komponen/alat yang hendak diukur, misalnya R2. (Jadi, tanpa
memutuskan rangkaian terlebih dahulu!)

• Terminal (+) voltmeter harus dihubungkan ke ujung resistor


yang berpotensial lebih tinggi, dan terminal (-) voltmeter
dihubungkan ke ujung resistor yang berpotensial lebih rendah.
+ -
• Idealnya, voltmeter mempunyai resistansi tak-hingga agar tak
ada arus yang melaluinya. Itu berarti, resistansi voltmeter
haruslah jauh lebih besar dari R2.

• Pada kenyataannya, resistansi tak-hingga itu tak pernah ada.


Oleh sebab itu, koreksi haruslah dilakukan untuk resistansi + -
voltmeter yang diketahui.

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 12


Pengukuran Tegangan dalam Praktek
0V Catu daya +6 V

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 13


Cara Menghubungkan
Ammeter dan Voltmeter dalam Rangkaian

Paralel

Sekering Resistor
Baterai LED

Ground Seri
Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 14
Ohmmeter
• Ohmmeter = Alat untuk mengukur hambatan (resistansi)
listrik.

• Caranya: Pisahkan/lepaskan komponen yang hendak diukur


resistansinya itu dari rangkaian, lalu ukur secara terpisah

• Jangan sekali-kali mengukur hambatan (resistansi) suatu


komponen pada saat komponen itu terhubung dengan
catu daya (baterai) !!!

Bagaimana Lepaskan
mengukur R2 dari
resistansi rangkian,
(hambatan) R2 lalu ukurlah
pada rangkaian dengan
di samping kiri ohmmeter!
ini?
Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 15
Pengukuran Hambatan Secara Praktik

Resistansi hanya boleh diukur ketika


komponen dilepas dari rangkaian
(tidak terhubung ke catu daya atau
komponen lain!)

Kenapa R4 dilepas ketika mengukur R3?

Pastikan saklar dalam


keadaan terbuka (open)!!!
Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 16
Jembatan Wheatstone
• Jembatan Wheatstone = Alat untuk mengukur
resistansi yang belum diketahui secara lebih akurat.

• Rangkaian Jembatan Wheatstone (lihat gambar) terdiri


atas resistansi yang belum diketahui (Rx), tiga resistansi
yang telah diketahui nilainya, yaitu R1 , R2 , dan R3 (di
mana R1 = resistor variable terkalibrasi), sebuah
galvanometer, dan sebuah baterai.

• Resistor R1 yang diketahui itu divariasikan (diubah-


ubah nilainya hingga galvanometer menunjukkan angka
nol—itu berarti sampai tak ada arus yang mengalir dari
a ke b. Pada kondisi ini Jembatan Wheatstone dikatakan
dalam keadaan setimbang. Tampak bahwa:
Sehingga:

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 17


Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas

Potentiometer
• Potensiometer = Alat yang digunakan untuk
mengukur GGL yang belum diketahui nilainya (ex).
• Caranya: dengan membandingkannya dengan GGL
yang sudah diketahui nilainya (e0).
• Titik d merepresentasikan kontak geser yang
digunakan untuk mengubah-ubah resistansi (yang
berarti pula mengubah beda potensial) antara titik a
dan titik d.
Menurut Hukum Kirchhoff:
Lalu, buatlah galvanometer agar menunjukkan angka nol
dengan mengatur kontak geser, sehingga berlaku:
Kemudian gantilah GGL ex dengan GGL standar es sehingga:
Dengan menganggap arus yang mengalir pada kedua kasus itu sama maka:

Jika resistansi kontak geser berupa kawat panjang, maka berlaku:


18
Sumber Tegangan & Sumber Arus

• Setiap rangkaian elektronik dapat bekerja hanya jika ada sumber energi.
Sumber energi itu dapat berupa sumber tegangan ataupun sumber arus.

Sumber tegangan ideal


Sumber
Tegangan Sumber tegangan real
Sumber energi
rangkaian elektronik Sumber arus ideal
Sumber
Arus
Sumber arus real

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 19


Sumber Tegangan Ideal
• Sumber tegangan ideal (sempurna) adalah
sumber tegangan yang menghasilkan tegangan
A
keluaran yang selalu konstan (tak peduli
berapapun resistansi bebannya).
 VO
RL
• Hal ini mensyaratkan hambatan-dalam (internal
resistance) sumber tegangan itu haruslah nol.
Hanya dengan demikian, tegangan bebannya B
selalu konstan; yang berubah hanyalah arus
beban. Sumber tegangan ideal
tidak memiliki
hambatan-dalam.
• Sumber tegangan ideal hanya ada sebagai
piranti teoritis (Jadi, piranti ini tak pernah ada
dalam kenyataannya).

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas


20
Sumber Tegangan Real
• Sumber tegangan real (sesungguhnya) adalah
r
sumber tegangan yang menghasilkan tegangan A
keluaran yang selalu lebih kecil dari tegangan
ideal-nya.
VS VO
RL
• Hal ini terjadi karena memang tidak ada sumber
tegangan real yang nilai hambatan-dalamnya
benar-benar nol. B

• Sebagai gambaran, hambatan-dalam baterai Sumber tegangan real


senter kurang dari 1 Ω, hambatan-dalam baterai memiliki hambatan-dalam, r
mobil kurang dari 0,1 Ω, dan hambatan-dalam .
sumber tegangan elektronik kurang dari 0,01 Ω.
Dengan demikian, tegangan bebannya selalu
lebih kecil dari tegangan ideal-nya.

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 21


Sumber Tegangan Konstan
• Sumber tegangan real ada yang konstan dan ada pula yang tidak konstan.

• Sumber tegangan konstan (a stiff voltage source) adalah sumber tegangan


real yang hambatan-dalamnya minimal 100 kali lebih kecil dari resistansi
bebannya.

r  100
1
RL

dimana: r adalah hambatan-dalam


RL adalah resistansi beban (load resistance)

• Pada kondisi ini, hambatan-dalamnya dapat diabaikan, dan sumber


tegangan real itu dapat dianggap sebagai sumber tegangan ideal (Dengan
anggapan, kesalahan sebesar 1% dapat diterima). 22
Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas
Contoh Soal 1

• Suatu sumber tegangan (real) memiliki tegangan ideal 15 V dan


hambatan-dalam sumber 0,2 Ω. Untuk resistansi-resistansi
beban berapakah agar sumber tegangan itu berlaku konstan
(stiff)?

• Solusi: r  100
1
RL
Berdasarkan rumus:
Diperoleh
RL = 100 r  RL =100 (0,2 Ω)  RL = 20 Ω
Jadi,beban
 Videal
V sumber tegangan itu dapat dianggap konstan
( = 15 V) jika resistansi bebannya RL ≥ 20 Ω.

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 23


Sumber Arus Ideal
• Sumber arus ideal (sempurna) adalah sumber arus
yang menghasilkan arus yang selalu konstan (tak peduli
berapapun nilai resistansi bebannya, atau dengan kata
lain, tidak bergantung pada resistansi bebannya).

• Berbeda dengan sumber tegangan (yang disyaratkan


harus memiliki hambatan-dalam yang sangat kecil, r =
0), sumber arus haruslah memiliki hambatan-dalam Simbol
yang sangat besar: r = ∞ (tak-hingga). sumber arus ideal

• Seperti halnya sumber tegangan ideal, sumber arus


idealpun hanya ada sebagai piranti teoritis; piranti ini
digunakan, antara lain, pada teorema Norton.

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 24


Sumber Arus Real
• Sumber arus real (sesungguhnya) adalah sumber arus yang
menghasilkan arus yang lebih kecil daripada arus ideal-nya.

• Sumber arus real paling sederhana dapat dibuat dari kombinasi


sebuah baterai dan sebuah resistor yang memiliki resistansi
besar dimana keduanya dihubungkan secara seri.

Simbol sumber arus real.

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 25


Sumber Arus Konstan
• Sumber arus real ada yang konstan dan ada pula yang tidak konstan.

• Sumber arus real itu dapat dikatakan konstan (a stiff current source)
jika hambatan-dalamnya minimal 100 kali lebih besar daripada
resistansi bebannya.
r  100 RL

• Contoh sumber arus real yang dapat dianggap konstan:


r = 10 M IL
Titik 99%
1,2 A
eVS 12 V RL
Daerah
konstan
(stiff)
100 kW RL
100 k

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 26


Contoh Soal 2
• Gambar di bawah ini memperlihatkan sebuah sumber arus real 2 mA dengan
sebuah resistansi beban yang dapat diatur. Agar sumber arus itu dapat berlaku
konstan/tetap (stiff), berapakah nilai resistansi beban maksimal yang masih
dapat diterima?

• Solusi:
Suatu sumber arus masih dianggap konstan (stiff) untuk nilai RL maksimal 100
kali lebih kecil dari r.
r 10 M
RL (maks)  R L ( maks)  RL (maks)  100
100 100
  kΩ

Jadi, arus beban pada rangkaian itu akan selalu bernilai 2 mA selama resistansi
bebannya tidak lebih besar dari 100 kΩ.
27
Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas
Tegangan Terminal
• Jika hambatan-dalam (the internal resistance) baterai
diabaikan (karena jauh lebih kecil daripada resistansi
resistor), maka beda potensial pada kedua terminal
baterai itu—yang disebut tegangan terminal (the
terminal voltage)—sama dengan GGL-nya:
Vterminal = e

• Namun, karena baterai yang sesungguhnya selalu


mempunyai hambatan-dalam r, maka tegangan
terminal ini tidak sama dengan GGL baterainya. Hal
ini disebabkan adanya jatuh tegangan pada r sebesar
Vr = I r.
• Jadi, tegangan terminal baterai itu ( V  Vb  Va  Vba )
adalah:
V    Ir

Tapi, beda potensial pada kedua ujung resistor sama dengan tegangan
terminal baterai (DV = IR). Jadi,
  Ir  IR atau   I (R  r)
28
Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas
Rangkaian Pembagi Tegangan
• Rangkaian pembagi tegangan adalah I
rangkaian resistor yang digunakan I1
untuk membagi tegangan yang lebih R1 V1
besar menjadi tegangan-tegangan yang
lebih kecil (sesuai kebutuhan).  -
b

• Dapat dibuat dari rangkaian resistor R2


I2 V2
seri. Resistor-resistor R1 dan R2 pada
gambar di samping membagi GGL
sumber (e ) menjadi tegangan- a
tegangan yang lebih kecil (V1 dan V2).
I2  I
• Untuk menghitung V2: R2 R2
V2  V2   V2  
 R1  R2
atau
R2 R1  R2 Rtotal
29
Rangkaian Pembagi Arus

• Rangkaian pembagi arus dapat dibuat dari


rangkaian resistor paralel.

• Resistor-resistor R1 dan R2 pada gambar tersebut I


b
membagi arus sumber (I ) menjadi arus-arus
yang lebih kecil (I1 dan I2). I2
I1

• Untuk menghitung I1 :  -
R1 R2
VR1  Vab

I1 R1   I
a

 R par
I1  I1  I
R1 R1

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 30


Rangkaian Setara
• Rangkaian setara (equivalent circuits) adalah rangkaian yang berperilaku
sama seperti rangkaian yang sedang diselidiki.

• Gunanya untuk memudahkan kita membahas perilaku rangkaian yang sedang


diselidiki, terutama dalam hubungannya dengan beban (load)/rangkaian lain.

• Dengan menggunakan rangkaian setara, kita dapat melakukan pengukuran


pada masukan atau pun keluaran suatu piranti elektronik tanpa harus
mengetahui rangkaian di dalamnya. Dengan kata lain, piranti elektronik itu
dapat dipandang sebagai sebuah kotak hitam (black box).

• Ada dua bentuk rangkaian setara:


a. Rangkaian Thevenin
b. Rangkaian Norton

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 31


Rangkaian Thevenin Tanpa Beban
• Menurut Thevenin:
“Setiap rangkaian dengan dua ujung (disebut juga rangkaian
gerbang tunggal) dapat diganti dengan suatu sumber tegangan
tetap (yaitu: eTH) dan sebuah hambatan yang dihubungkan secara
seri dengan eTH tersebut (yaitu: RTH).”

• Rangkaian pembagi tegangan, misalnya, dapat dipandang sebagai


sebuah kotak hitam seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 32


Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas

Rangkaian Thevenin dengan Beban


• Rangkaian Thevenin merupakan suatu
rangkaian ketika rangkaian itu belum diberi
beban apapun (alias tanpa beban atau belum
dihubungkan ke rangkaian lain). Oleh sebab
itu, tegangan keluaran rangkaian Thevenin
disimbolkan dengan Vo,open (tegangan
keluaran ketika terbuka/ tanpa beban). e TH

• Jika rangkaian itu diberi beban (RL), maka


tegangan keluaran rangkaiannya disimbolkan
dengan Vo,closed (tegangan keluaran ketika
tertutup/ terhubung dengan beban),
 TH  I L ( RTH  RL )  TH  I L RTH  I L RL  TH  I L RTH  Vo ,c

Vo ,c   TH  I L RTH dengan Vo ,c  VL  I L RL
33
Cara menentukan eTH dan RTH

Menentukan eTH :
1. Lepaskan beban (RL)
2. Hitung tegangan keluaran rangkaian itu (Vo,open) = eTH
 
Menentukan RTH:
3. Sumber GGL e diganti dengan suatu kawat penghubung singkat
(shorted).
4. Hitung hambatan setara rangkaian itu, dipandang dari kedua
terminalnya (titik a dan titik b).

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 34


Contoh Soal 3
c

R1 1 k

b b
-
12 V
R2 RL
2 k
1 k

a
a

Berdasarkan gambar rangkaian di atas, tentukanlah:


a. Tegangan Thevenin
b. Resistansi Thevenin.
Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 35
Solusi b. Menentukan RTH
Hubung singkat kedua ujung sumber
a. Menentukan eTH tegangan di solusi (a), lalu hitung Rba.
Lepaskan RL , lalu hitung Vba.

R1 1 k


b b
-
12 V RTH
R2
2 k VO,O (= )
TH

a
a 1 1 1
 
R2 Rba R1 R2
 TH  
R1  R2 R1  R2 1 k   2 k 2
Rba  Rba   k
2 k R1  R2 1 k   2 k 3
 TH   12 V
1 k  2 k 2
Jadi, RTH  Rba  k
 TH  8 V 3
36
Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas
Rangkaian Norton
• Rangkaian Norton sangat terkait dengan rangkaian Thevenin.

• Menurut Norton: “Rangkaian Thevenin dapat diganti dengan sebuah


sumber arus ideal (arus tetapnya disebut arus Norton, IN) yang
dihubungkan secara paralel dengan sebuah resistansi Thevenin.”

 TH
IN  dan RN  RTH
RTH
Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 37
Latihan 2
11. Suatu sumber tegangan memiliki tegangan ideal 12 V dan
hambatan-dalam 0,5 W. Pada nilai-nilai resistansi beban
berapakah sumber tegangan itu masih dapat dianggap konstan
(stiff)?

22. Suatu sumber arus memiliki arus ideal 10 mA dan hambatan-


dalam 20 MW. Pada nilai-nilai resistansi beban berapakah
sumber arus itu masih dapat dianggap konstan (stiff)?

33. Suatu rangkaian memiliki tegangan Thevenin 15 V dan resistansi


Thevenin 3 kW. Gambarkanlah rangkaian Norton-nya.

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 38


Latihan 2

4
Berdasarkan gambar di samping,
R1
tentukanlah:
a. Tegangan Thevenin-nya.  + 6 k

b. Resistansi Thevenin-nya. 36 V R2
- RL
c. Arus bebannya jika resistansi 3 k
bebannya 0, 1 kW, 3 kW, dan 6 kW.
d. Apa yang terjadi terhadap
tegangan Thevenin dan resistansi
Thevenin-nya jika tegangan
sumber diturunkan menjadi 12 V.

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 39


Latihan 2
5
• Berdasarkan gambar di
samping ini, tentukanlah:
R1 a
a. GGL Thevenin
b. Resistansi Thevenin 1K R3
c. Arus beban 2/3 K
 R2
4K c
d. Tegangan beban 18 V
R4 RL
e. Arus Norton 2K 5K
R5

1K b d

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 40


Latihan 2

6
• Berdasarkan gambar di samping a R3 = 2 k
ini, tentukanlah:
a. GGL Thevenin, e TH (= Vb – Vd) R1 R4
b. RTH  5 k
RL 1 k
c. Vo, jika IL = 0,2 mA 12 V
b d
d. RL
R2
e. arus Norton, IN
5 k R5

c 1 k

Wildian, Jurusan Fisika Universitas Andalas 41


Now, it’s time for us to say…

“Alhamdulillaah

Semoga bermanfaat…
© 2014_Wildian_Fisika-Universitas Andalas

Wildian, Program Studi Fisika Universitas Andalas 42

Anda mungkin juga menyukai