Dokumen - Tips Laporan Kasus Hernia Inkarserata
Dokumen - Tips Laporan Kasus Hernia Inkarserata
Keluhan Utama
Terdapat benjolan di skrotum sebelah kiri sejak 2 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan sudah dirasakan sejak 10 tahun yang lalu. Diawali
timbul benjolan di skrotum sebelah kiri. Benjolan muncul saat
aktivitas berat seperti mengangkat beban dan benjolan dapat
hilang jika pasien berbaring. Pasien tidak mengeluhkan nyeri saat
benjolan muncul. BAK dan BAB tidak mengalami gangguan.
Sejak 2 hari SMRS, pasien mengeluhkan skrotum kiri bengkak
terdapat benjolan dan terasa nyeri. Benjolan tidak dapat hilang
dengan berbaring. Pasien juga mengeluhkan demam. BAK sulit
dan terasa nyeri. Pasien tidak BAB sejak 2 hari. Pasien belum
pernah berobat sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengeluhkan hal yang sama sebelumnya.
Riwayat hipertensi, terkontrol.
Riwayat DM disangkal.
Riwayat penyakit jantung disangkal.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan ataupun obat.
Pemakaian gigi palsu disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang berhubungan
dengan keluhan yang dialami pasien.
Riwayat Sosial dan kebiasaan
Saat ini pasien tinggal bersama istri dan anak pasien.
Sehari-hari pasien bekerja sebagai di kebun.
Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : BB : 50 kg
TB : 160 cm
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 98x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 38,2oC
Status Generalis
Kepala Normocephali, rambut tidak mudah dicabut, pertumbuhan rambut
tersebar merata,dan rambut beruban berwarna putih.
Mata Sklera ikterik (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), Pupil isokor, RCL
(+/+), RCTL (+/+)
Hidung Deformitas (-), septum nasi terletak ditengah, tidak ada sekret.
Mulut Bibir tidak sianosis, lidah kotor (-), papil lidah tersebar merata,
mukosa lidah merah.
Faring : tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah
Mallampati score = I : pilar faring (+) uvula (+)palatum mole (+)
Tiromental junction = 7 cm
Leher Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-), Deviasi trakea (-), JVP
5-2 cm H2O.
Thorax Tidak terdapat scar, tidak retraksi dinding dada, spider nevi (-), dada simetris
kiri dan kanan.
Pulmo I Pernapasan Statis-Dinamis kiri = kanan, bentuk dada normochest
P Stem fremitus kiri = kanan simetris
P Batas kanan jantung linea sternalis dextra ICS V, batas kiri jantung linea
midklavikularis sinistra ICS V, batas atas jantung linea parasternalis sinistra
ICS II.
A Bunyi jantung I dan II normal reguler (+), Murmur (-), gallop (-).
P Tympani diseluruh abdomen, nyeri ketok CVA (-/-) . Turgor kulit normal
P Nyeri tekan (-), Defans muskular (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
murphy sign (-), ballotement (-/-)
Ekstremitas Ekstremitas atas dan bawah DBN. Akral hangat (+), Edema (-)
Status Urologis
Ginjal kiri-kanan tak teraba, nyeri ketok -/-
Buli-buli kosong, terpasang foley catheter efektif
Status lokalis
Regio inguinal dan skrotal sinistra
Inspeksi : terdapat benjolan di skrotum sinistra, warna seperti
warna kulit sekitarnya, tidak terdapat luka bekas operasi
Palpasi : teraba massa di daerah inguinal, permukaan rata,
perabaan kenyal, nyeri tekan (+), batas tegas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium (tanggal 22 Mei 2014)
Hemoglobin : 13,2 mg/dl (normal: 13.0-18.0)
Hematokrit : 38% (normal: 35-47%)
Leukosit : 9.200 mm3 (normal: 5.000-10.000)
Trombosit : 241.000 selmm3 (normal: 150.000-
440.000)
Ureum : 36 mg/dl (normal: 20-40 mg/dl)
Creatinin : 0,7 mg/dl (normal: 0,5- 1,2 mg/dl)
Diagnosis Kerja
Hernia inguinalis lateralis sinistra inkarserata
KONSUL ANESTESI
Konsul anestesi dilakukan tanggal 22 mei 2014 pukul 22.00
oleh dr. Zulki Maulub Ritonga, Sp.An:
Prinsip setuju tindakan anestesi, saran :
1. Puasa 6 jam pre op
2. Sedia darah
3. Pasien ASA II
Permasalahan :
1. Hipertensi
Preoperatif
a. Premedikasi
Premedikasi yang diberikan pada pasien yaitu Antrain
(Metamizole Na 500 mg) 2 ml. Cairan infus yang
diberikan RL 1 kolf.
Tindakan sebelum premedikasi dilakukan:
Pasien diposisikan supine
Memasang sensor finger pada ibu jari tangan pasien untuk
monitoring SpO2
Memasang manset pada lengan pasien untuk monitoring tekanan
darah
Memastikan cairan infus lancar
Obat anestesi untuk induksi (Regional anestesi):
1. Buvanes 5mg/ml
Mempersiapkan obat anestesi untuk intubasi, yaitu :
1. Propofol 100 mg (hipnosis sedatif)
2. Fentanil (Fentanyl Dehidrogenum Citrate) 50 µg
(anestesi opiod)
3. Roculax (Rocuronium bromide) 25 mg (muscle
relaxant)
Teknik anestesi lumbal:
1. Pasien dibebani dengan 500- 1000 ml cairan intravena
elektrolit
2. Dilakukan teknik sterilisasi
3. Pengaturan kedudukan penderita amat cermat, dengan
tulang belakang penderita dilengkungkan guna
memperlebar celah di antara tulang belakang.
4. Infiltrasi kulit, jaringan subkutan, ligamen interspinalis
pada L4/L5 dengan larutan anestesi dengan aspirasi
terlebih dahulu, untuk melihat masuk atau tidak ke
subarachnoid dari spinal.
5. Dilakukan sepuluh menit sebelum operasi dimulai.
b. Induksi anestesi
Persiapan alat dan mesin anestesi
Memeriksa mesin anestesi, monitor anestesi, face mask, tensi
meter, saturasi oksigen, serta mengecek tabung O 2, N2O,
Isofluran, dan Sevofluran.
Mempersiapkan STATICS:
S = Scope. Stetoskop dan Laringoskop.
T = Tube. ETT (endotrakeal tube) ukuran 6,5 – 7,0
A = Airway. Orofaringeal Airway (OPA) /guedel
T = Tape. Plester untuk fiksasi eksterna.
I = Introducer (Mandrin atau stilet)
C=Connector (penyambung antara pipa dan peralatan
anestesi
S = Suctions
Teknik Intubasi
Lepaskan face mask, pegang laringoskop dengan
menggunakan tangan kiri.
Masukkan laringoskop dari sisi mulut bagian kanan
geser ke kiri, sambil menelusuri lidah pasien sampai
pangkal lidah, terlihat epiglotis, di belakang epiglotis
tampak plica vocalis kemudian masukan segera ETT
ukuran no. 7 sampai batas garis hitam pada ETT (22).
Lepaskan facemask, sambungkan ke ETT, sambil
dipompa. Pastikan ETT sudah masuk trakea dan periksa
suara napas kanan = kiri dengan menggunakan
stetoskop.
Pompa balon 10 cc udara. Lakukan pemasangan guedel.
Selanjutnya fiksasi eksterna ETT dengan plester.
Hubungkan connector dengan mesin anestesi.
Pompa balon 12 x/ menit, dengan volume tidal sekitar
8-10 cc/kg BB (700 cc), hingga pasien bernafas
spontan.
5. Teknik Ektubasi
Memastikan pasien telah bernapas secara spontan
Melakukan suction pada airway pasien
Menutup sevofluran dan N2O, meninggikan O2
sampai 4-6 L/ menit
Mengempiskan balon, memastikan bahwa pasien
sudah bangun dengan memberikan rangsangan taktil,
melepaskan plester, dan ETT. Segera pasang face
mask dan pastikan airway nya lancar dengan triple
manuver.
Setelah pasien benar – benar terbangun, lepaskan
guedel lalu pindahkan pasien ke recovery room.
Waktu anestesi dan operasi:
Jam anestesi dimulai : 09.50 WIB
Jam operasi dimulai : 09.55 WIB
Jam anestesi selesai : 11.20 WIB
Jam operasi selesai : 11.00 WIB
Monitoring anestesi
Perhitungan Terapi Cairan:
Saran :
Puasa lebih kurang 6 jam
Tirah baring 24 jam
HERNIA INGUINALIS
DEFINISI
Hernia merupakan penonjolan (protusi) isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia. Menurut sifatnya, hernia dapat
disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan
masuk lagi ketika tidur atau didorong masuk perut.
Tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila
isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam
rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel.
Klasifikasi
A. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas;
Hernia bawaan atau congenital
Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai akibat
dari perintah atau gangguan proses perkembangan intrauterine – paten prosesus vaginalis
adalah salah satu contohnya.
Hernia dapatan atau akuisita
Terdapat dua tipe hernia akuisita:
a. Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :
Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh darah femoralis
yang melalui kanalis femoralis.
Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara normal, seperti
pada regio lumbal
Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup defek, seperti
pada umbilicus
b. Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding, seperti
pada laparatomi dan trauma tembus.