Anda di halaman 1dari 10

Dualisme Loyalitas Menteri Dalam

Sistem Presidensialisme Di Era


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Pendahuluan
● Dualisme loyalitas menteri ini muncul ketika Presiden
mengangkat Menteri yang direkomendasikan oleh partai politik
pendukungnya.
● Dualisme loyalitas menteri ini antara loyalitas terhadap
partainya atau loyalitas sebagai pembantu Presiden.
● Dualisme loyalitas menteri juga merupakan dampak dari
kompromi politik dimana presiden mengangkat menteri dari
partai pendukungnya.

2
Lanjutan

● Kondisi seperti telah dialami oleh Presiden Susilo Bambang


Yudhoyono pada masa pemerintahannya dimana terdapat koalisi
partai politik yang besar.
● Dengan banyaknya partai politik yang berada pada koalisi
pemerintahan, Presiden lebih cenderung menjadi akomodatif dan
kompromistis.

3
Analisis
● Pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terdapat kabinet
dari koalisi partai politik yang bernama Kabinet Indonesia Bersatu. Koalisi
tersebut dibentuk dengan tujuan memperoleh dukungan dari partai politik yang
berada di pemerintahan. Dengan begitu, timbal balik yang dilakukan oleh
Presiden yaitu dengan mengangkat dan memberikan beberapa posisi menteri dari
partai politik yang mendukungnya.
● Penunjukan menteri dari unsur partai politik di Kabinet Indonesia Bersatu oleh
Presiden Yudhoyono lebih cenderung sebagai bentuk “barter” politik
dibandingkan dengan kompetensi dan profesionalisme menteri. (AR, H. Y. 2013). 

4
Lanjutan
● Pengangkatan menteri yang berlatar belakang partai politik oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono memiliki jumlah yang cukup banyak. Komposisi menteri dari
partai politik tercatat paling banyak pada era Presiden Yudhoyono dengan jumlah
menteri berlatar belakang partai politik mencapai 61,8 dengan legitimasi Presiden
Yudhoyono saat terpilih dalam pemilihan presiden 2009 mencapai 61 persen.
(Nasution, B. J, 2018).
• Dalam sistem presidensialisme sendiri menteri merupakan pembantu presiden dan
seharusnya seorang menteri harus memiliki kompetensi dan hanya memiliki
loyalitas kepada Presiden. Namun pada penerapannya Presiden mengangkat menteri
berdasarkan pertimbangan kompromi politik yang dilakukan dengan partai politik
pendukungnya.

5
Lanjutan
Permasalahan dualisme loyalitas ini juga merupakan dampak darikompromi
politik. Dalam pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terdapat aspek-
aspek kompromi politik yaitu:
• Aspek Hak Prerogatif Presiden
Hak prerogratif presiden dalam pembentukan kabinet mengalami reduksi akibat
adanya intervensi dari partai politik yang mendukungnya. Di mana jatah posisi di
kementerian diperuntukkan untuk para politisi dari partai politik yang mendukung
presiden.
• Aspek Kompromi Pada Komposisi Kabinet
Komposisi kabinet cenderung merupakan kabinet koalisi partai politik yang
anggota kabinetnya berasal dari partai politik dan anggota tersebut lebih mendominasi
kabinet.
Lanjutan

• Aspek Hubungan Antara Presiden dan Wakil Presiden


Dalam sistem kepartaian multipartai proses negosiasi dari koalisi partai
pendukung presiden ini menawarkan wakil presiden yang akan mendampingi presiden.
• Aspek Kompromi Pada Loyalitas Menteri
Dimana efek dari pengangkatan menteri atas rekomendasi partai adalah dualisme
loyalitas menteri. Satu sisi loyalitas kepada presiden sebagai kepala pemerintahan,
disusun air loyalitas kepada partai politik asalnya sebagai pihak yang
merekomendasikan.
Lanjutan..
Kompromi politik tersebut berpengaruh terhadap keputusan Presiden dalam
mengangkat menteri dari partai politik. Kompromi politik ini merupakan hasil dari
timbal balik Presiden partai pendukungnya. Kompromi yang ditempuh salah satunya
adalah presiden terpaksa perlu mengakomodasi kepentingan partai politik
pendukungnya untuk mendapatkan perubahan politik di parlemen, dalam rangka
menjaga stabilitas dan efektivitas pemerintahan.
Kesimpulan
Dualisme loyalitas menteri merupakan hasil dari kompromi politik yang
dilakukan antara Presiden dan partai politik pendukungnya. Kompromi yang dihasilkan
berupa pengangkatan menteri yang berasal dari partai politik ke dalam kabinet
pemerintahan. Sehingga dengan adanya pengangkatan ini menimbulkan munculnya
dualisme loyalitas menteri, dimana menteri memiliki loyalitas ganda yaitu loyalitas
menteri terhadap Presiden sebagai pembantu Presiden dan loyalitas menteri terhadap
partai politik yang merekomendasikannya masuk ke dalam kabinet. Seharusnya
apabilaseseorang telah menjabat menjadi menteri, maka harus fokus atau loyal
mengabdi kepada negara dan tidak berfokus pada partai politik.
 
.
Terima Kasih !

10

Anda mungkin juga menyukai