Anda di halaman 1dari 10

PENGAWASAN PRESIDEN TERHADAP MENTERI YANG MENDAFTAR CALON

LEGISLATIF

KELOMPOK 5

Gusti Hussein Gemeli (202210115301)

gustihusen19@gmail.com

Sherly Amanda ( 202210115257)

Sherlyamanda33026@gmail.com

Jesaya (202210115287)

Jesayapurba41@gmail.com

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Raya,


Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Presiden mempunyai wewenang atas pengawasan terhadap menteri yang mendaftar sebagai
calon legislatif. Tujuan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah apakah presiden bertanggung
jawab atas kekuasaan legislatif dalam Sistem Presidensial Pemerintahan yang di mana presiden
menjabat sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara. Masa jabatan presiden
juga tidak bisa terus-menerus dilakukan oleh orang yang sama karena masa jabatan presiden
hanya 5 tahun. Dalam sistem ini, presiden yang merupakan badan eksekutif tidak bertanggung
jawab pada badan legislatif yang di Indonesia diwakilkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Kata kunci : Presiden , Legislatif , Dewan Perwakilan rakyat


ABSTRACT

The president has the authority to supervise ministers who register as legislative candidates. The
objective applied in this study is whether the presiden tis responsible for legislative powers in a
presidential system of government in which the president serves as head of government as well
as head of state. The presidential term of office also cannot be carried out continuosly by the
same person because the presidential term of office in only 5 years. In this system, the president,
who is an executive body, is not responsible for the legislature, which in Indonesia is represented
by the people’s representative council (DPR).

Keywords : President, Legislative, House of People’s representative

PENDAHULUAN
Menteri adalah seorang pejabat pemerintahan yang memegang posisi kepemimpinan di
tingkat kabinet atau departemen dalam suatu negara. Mereka bertanggung jawab atas
pengelolaan dan pelaksanaan kebijakan publik di bidang tertentu yang sesuai dengan posrtofolio
atau jabatannya.1 Tugas seorang menteri meliputi penyusunan kebijakan, pengawasan
pelaksanaan program-program, koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait perwakilan
pemerintah dalam forum nasional maupun internasional. Menteri biasanya ditunjuk oleh kepala
negara atau kepala pemerintahan, seperti presiden atau perdana menteri, dan mereka bekerja
sama dengan timnya di departemen atau kementerian untuk mencapai tujuan pemerintah.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah lembaga perwakilan rakyat dengan status yang sama
dengan lembaga negara lainnya. Kedudukan kuat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ditunjukkan
dalam perubahan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 7C yang menyebutkan “Presiden tidak
dapat membekukan dan atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat” Hal ini sesuai dengan
prinsip presidensil sebagai sistem pemerintahan Indonesia yang dipertahankan dan lebih
disempurnakan dalam perubahan Undang-Undang Dasar 1945.2 Presiden dan Dewan Perwakilan
1
Indah Purwakasari Prasetyaningsih, Kedudukan Menteri Dalam Sistem Pemerintahan (Fakultas Hukum, Universitas
Islam Indonesia, Surabaya)
2
UUD 1945, Pasal 7c, sistem pemerintahan presidensial
Rakyat dipilih langsung oleh rakyat, sehingga keduanya memiliki legitimasi yang sama dan kuat
serta masing-masing tidak bisa saling menjatuhkan.

Pengawasan pemerintah terhadap menteri yang mendaftar calon legislatif dapat merujuk pada
aturan dan mekanisme yang berlaku dalam sistem politik suatu negara. Prosedur dan persyaratan
untuk menteri yang ingin mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dapat bervariasi antara
negara-negara. Dalam beberapa sistem politik, ada aturan yang melarang menteri untuk
mencalonkan diri sebagai anggota legislatif atau memegang dua jabatan sekaligus. Hal ini
bertujuan untuk memastikan pemisahan kekuasaan dan menghindari konflik kepentingan antara
pemerintah eksekutif dan legislatif. Dalam hal ini, menteri yang ingin mencalonkan diri sebagai
calon legislatif harus mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri.Di sisi lain, ada juga
negara yang memperbolehkan menteri untuk mencalonkan diri sebagai calon legislatif, tetapi
mereka tetap tunduk pada pengawasan dan pembatasan tertentu. Misalnya, menteri yang
mencalonkan diri mungkin harus melepaskan tanggung jawab tertentu atau menghindari situasi
yang dapat menimbulkan konflik kepentingan selama masa kampanye dan ketika menjadi
anggota legislatif.

Pengawasan terhadap menteri yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif juga dapat
dilakukan oleh partai politik atau oleh lembaga independen yang bertugas mengawasi integritas
dan etika politik. Mekanisme ini bisa termasuk proses seleksi internal dalam partai, audit
keuangan, deklarasi harta kekayaan, atau penyelidikan terhadap pelanggaran etika atau konflik
kepentingan. Tujuan dari pengawasan pemerintah terhadap menteri yang mencalonkan diri
sebagai calon legislatif adalah untuk memastikan transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan
dari pemerintahan yang efektif. Dengan mengatur persyaratan dan mekanisme pengawasan yang
tepat, diharapkan dapat menjaga integritas dan profesionalisme dalam pemerintahan serta
menghindari penyalahgunaan kekuasaan atau konflik kepentingan yang merugikan negara dan
masyarakat.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian hukum normatif. Didalamnya mengkaji tema
atau isu yang diangkat sebagai topik penelitian berdasarkan perbandingan hukum, dan dicampur
dengan analisis pasal-pasal. Untuk mencapai hasil yang diharapkan dari penulisan yang dapat
dipertanggung jawabkan, maka penulisan proposal ini menggunakan metode-metode dalam
melakukan kegiatan penelitian.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Menteri adalah seseorang atau individu yang menjabat sebagai pejabat pemerintahan di
tingkat kabinet atau departemen suatu negara. Mereka memiliki tanggung jawab kepemimpinan
dalam bidang tertentu dan bertugas menyusun kebijakan, mengawasi pelaksanaan program-
program, serta mewakili pemerintah dalam berbagai forum. Menteri adalah individu yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relevan dalam bidang tugas mereka. Mereka dapat
dipilih berdasarkan keahlian, pengalaman, atau kualifikasi yang relevan dengan portofolio
jabatan yang mereka emban. Proses pemilihan menteri biasanya melibatkan penunjukan oleh
kepala negara atau kepala pemerintahan, serta persetujuan atau pengesahan dari badan legislatif
atau lembaga terkait lainnya, sesuai dengan konstitusi dan peraturan yang berlaku di negara
tersebut. Selain memiliki tanggung jawab di bidang pemerintahan, menteri juga bisa memiliki
keterlibatan politik sebagai anggota partai politik. Keterlibatan politik mereka dapat meliputi
pencalonan dalam pemilihan umum atau partisipasi dalam aktivitas politik partai, tergantung
pada aturan dan sistem politik yang berlaku di negara tersebut. Menteri bertugas untuk
memajukan kepentingan negara, mengelola sumber daya publik, mengambil keputusan strategis,
dan mengkoordinasikan kegiatan di bawah departemen atau kementerian yang mereka pimpin.
Mereka memegang peran penting dalam pembentukan kebijakan publik, pengambilan keputusan,
dan pelaksanaan program-program pemerintah. Pengertian menteri sebagai "seseorang" mengacu
pada individu yang menjabat sebagai pejabat pemerintahan dengan tanggung jawab tertentu
dalam struktur pemerintahan suatu negara.
Pengawasan merupakan salah satu aspek penting dalam sistem pemerintahan yang
demokratis. Dalam konteks Indonesia, presiden memiliki peran utama dalam pengawasan
terhadap kinerja menteri. Namun, ketika seorang menteri memutuskan untuk mendaftar sebagai
calon legislatif, pertanyaan muncul tentang bagaimana presiden dapat menjalankan fungsi
pengawasan dengan adil dan efektif terhadap menteri yang memiliki aspirasi politik tersebut.
Artikel ini akan membahas tentang pengawasan presiden terhadap menteri yang mendaftar
sebagai calon legislatif. Sebelumnya penting untuk dicatat bahwa partisipasi politik seorang
menteri sebagai calon legislatif merupakan hak politik yang dilindungi oleh konstitusi. Sebagai
anggota masyarakat, menteri juga berhak untuk terlibat dalam proses demokrasi dan berperan
dalam pembuatan undang-undang sebagai legislator. Namun, ada kekhawatiran yang muncul
terkait kemungkinan konflik kepentingan atau penyalahgunaan kekuasaan jika menteri yang
masih menjabat berpartisipasi dalam pemilihan legislatif.

Dalam konteks ini, peran presiden sebagai pemimpin negara dan kepala pemerintahan
memiliki tanggung jawab untuk memastikan integritas dan kinerja efektif dari menteri yang
mendaftar sebagai calon legislatif. Beberapa langkah pengawasan yang dapat dilakukan oleh
presiden adalah sebagai berikut3 :
a. Penegasan Standar Etika: Presiden dapat memperkuat standar etika yang jelas dan tegas
bagi menteri yang mendaftar sebagai calon legislatif. Ini dapat mencakup larangan terhadap
penggunaan sumber daya pemerintah untuk kampanye politik, penyalahgunaan wewenang, atau
tindakan yang merugikan kepentingan publik.
b. Pembentukan Komisi Independen: Presiden dapat membentuk komisi independen yang
bertugas memantau dan mengawasi kinerja menteri yang juga menjadi calon legislatif. Komisi
ini dapat terdiri dari pakar hukum, akademisi, dan anggota masyarakat yang berintegritas tinggi.
Komisi ini dapat memberikan rekomendasi dan laporan kepada presiden mengenai potensi
konflik kepentingan atau pelanggaran etika yang dilakukan oleh menteri.
c. Evaluasi Kinerja Rutin: Presiden dapat melakukan evaluasi kinerja rutin terhadap semua
menteri, termasuk mereka yang mendaftar sebagai calon legislatif. Evaluasi ini harus dilakukan
secara objektif dan didasarkan pada pencapaian kinerja menteri dalam menjalankan tugas
pemerintahannya. Jika terdapat indikasi penurunan kinerja atau konflik kepentingan yang
merugikan, presiden harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan, termasuk melakukan
reshuffle kabinet jika perlu.

3
Thoha, Miftah. 2003. Birokrasi, Integritas, dan Politik di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
d. Peningkatan Transparansi: Presiden harus mendorong transparansi dalam kinerja
pemerintahan dan kegiatan.

Dalam banyak negara, ada prinsip pemisahan kekuasaan antara cabang ekskutif dan legislatif
pemerintahan. Oleh karena itu, menteri yang mendaftar sebagai calon legislatif akan terlibat
dalam proses politik yang lebih independen dan terpisah dari pengawasan langsung presiden.
Namun, beberapa negara mungkin memiliki mekanisme tertentu untuk memastikan transparansi
dan akuntabilitas dalam hal ini. Contoh, presiden dapat meminta menteri yang mendaftar sebagai
calon legislatif untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri. Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya potensi konflik kepentingan dan memastikan integritas proses politik.
Selain itu, presiden juga dapat menginstruksikan atau mengarahkan tim pengawasannya untuk
memantau kegiatan menteri tersebut selama masa kampanye atau setelahnya. Hal ini bertujuan
untuk memastikan bahwa menteri tetap mematuhi prinsip-prinsip integritas dan kinerja yang
diharapkan dalam jabatannya. Namun, penting untuk diingat bahwa hal-hal ini dapat bervariasi
tergantung pada sistem politik, undang-undang, dan konstitusi negara masing-masing. Selain itu,
praktek pengawasan dan peraturan terkait juga dapat berbeda di setiap negara.Pada akhirnya,
cara presiden mengawasi menteri yang mendaftar sebagai calon legislatif akan sangat bergantung
pada konteks politik dan hukum negara yang bersangkutan.

Ada beberapa contoh melakukan pengawasan terhadap menteri yang mendaftar calon
legislatif, meskipun ini dapat bervariasi antara negara-negara. Berikut ini adalah beberapa contoh
pengawasan yang mungkin diterapkan yaitu:
1. Pembatasan Konflik Kepentingan: Menteri yang mendaftar calon legislatif dapat
dikenakan pembatasan terkait konflik kepentingan antara posisi menteri dan anggota legislatif.
Mereka mungkin harus mengundurkan diri dari jabatan menteri untuk menghindari
penyalahgunaan kekuasaan atau benturan kepentingan yang dapat merugikan negara.
2. Pemeriksaan Keuangan: Menteri yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif dapat
menjalani pemeriksaan keuangan lebih lanjut untuk memastikan tidak adanya pelanggaran atau
penyalahgunaan dana publik. Pemeriksaan ini 2melibatkan audit keuangan yang cermat terhadap
aset dan keuangan pribadi mereka serta investigasi terhadap sumber pendapatan yang tidak
wajar.
3. Pengawasan Partai Politik: Partai politik yang melibatkan menteri yang mencalonkan diri
sebagai calon legislatif dapat menerapkan pengawasan internal. Mereka dapat menetapkan aturan
etika dan integritas yang ketat serta memastikan bahwa menteri tidak menggunakan sumber daya
pemerintah atau kekuasaan jabatannya untuk keuntungan pribadi selama kampanye.
4. Komisi Independen: Beberapa negara dapat membentuk komisi independen yang
bertugas mengawasi etika dan integritas politik. Komisi ini dapat melakukan penyelidikan
terhadap pelanggaran etika, konflik kepentingan, atau penyalahgunaan kekuasaan oleh menteri
yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif. Mereka juga dapat memberikan rekomendasi
atau sanksi jika ditemukan pelanggaran.
5. Persyaratan Pelaporan: Menteri yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif dapat
diharuskan untuk melaporkan secara transparan dan terperinci tentang kegiatan politik,
keuangan, dan aset mereka selama masa kampanye. Persyaratan pelaporan ini bertujuan untuk
mencegah penyalahgunaan kekuasaan atau praktik korupsi.
Melakukan pengawasan ini dapat berbeda di setiap negara tergantung pada sistem politik
dan hukum yang berlaku. Tujuannya adalah untuk memastikan integritas, akuntabilitas, dan etika
dalam pemerintahan serta untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan atau penyalahgunaan
kekuasaan yang dapat merugikan kepentingan publik.

Ada beberapa contoh kasus menteri yang mendaftar sebagai calon legislatif yaitu:
1. Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate telah didaftarkan oleh Partai
Nasional Demokrat sebagai caleg DPR RI untuk pemilihan umum 2024. Ketua DPP Nasdem
Willy Aditya mengatakan daerah pemilihan Johnny ada di Nusa Tenggara Timur (NTT). Johnny
adalah pejabat Nasdem yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal. Mencalonkan diri untuk
parlemen bukanlah hal baru bagi Johnny.4 Pada Pemilu 2014, ia terpilih menjadi anggota DPR
oleh Partai Nasdem di daerah pemilihan NTT.sebagai caleg bukanlah hal baru. Pada pemilu 2014
ia terpilih sebagai anggota DPR dari Partai Nasdem untuk dapil NTT. Namun pada tanggal 17
Mei 2023 Menkominfo Johnny Gerard Plate resmi jadi tersangka kasus korupsi BTS 4G.
Tersangka diduga melanggar Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang RI Nomor
31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
2001 jo. Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang RI

4
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP.
2. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, seperti halnya Johnny G. Plate, terdaftar di
Partai Nasdem. Sebelum menjadi menteri, dia adalah Gubernur Sulawesi Selatan. Saat itu dia
adalah politisi dari partai Golkar. Dia memulai sebagai Ketua DPP Partai Nasdem pada 2018 dan
kemudian diangkat menjadi Menteri Pertanian.
3. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Yasonna Laoly, merupakan salah
satu dari 580 calon anggota parlemen yang didaftarkan oleh Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP). Yasonna sebelumnya adalah anggota DPRD Sumut dari Partai PDI Perjuangan
pada 1999 hingga 2004. Ia kemudian terpilih menjadi anggota DPR pada pemilu 2004 sebagai
wakil dapil Sumut. Ia terpilih kembali sebagai anggota DPR pada pemilu 2009, meski dari daerah
pemilihan Sumut II. Ia kemudian maju lagi pada Pemilu 2019 di daerah pemilihan Sumut I,
hingga akhirnya diangkat menjadi menteri.
4. Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah disebut-sebut tergabung dalam Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB). Dia berniat mencalonkan diri sebagai Daerah Pemilihan Parlemen (Dapil) Jakarta
II. Ia menjabat sebagai Presiden DPR sejak Pemilu 1999 dan mewakili daerah pemilihan PKB
Jawa Timur. Dia kemudian masuk ke Wilayah VIII Jawa Timur pada Pilkada (2004) dst.
5. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional
(PAN) belum masuk dalam daftar calon yang diajukan PAN ke KPU. Namun, Zulkifli mengaku siap
mencalonkan diri jika partai membutuhkannya. Sekjen PAN Eddy Soeparno, pihak partai sengaja
tidak memilih Zulkifli sebagai caleg. Namun, menurut dia, Zulkifli nantinya akan bertarung di
daerah pemilihan Jawa Tengah jika bergabung nantinya. hilang di sana Eddy mengatakan, PAN
ingin mencontoh kesuksesan PAN di Jawa Tengah I pada Pilkada 2014. Zulkifli Hasan akan
berjuang di tempat-tempat seperti Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kota Salatiga dan
Kota Semarang. Meski nama Zulhas tidak terdaftar resmi di KPU, pengurus PAN sudah
memastikan nama Zulhas masuk daftar calon.

Sejauh perkembangan ini, tidak ada aturan yang melarang menteri jadi caleg atau
mengharuskan menteri mundur jika menjadi calon anggota legislatif. Putusan Mahkamah
Konstitusi (MK) Nomor 57/PUU-XI/2013 menegaskan bahwa menteri tak harus mundur untuk
mencalonkan diri sebagai anggota DPR, DPD, atau DPRD. Tetapi, merujuk pada UU Nomor 8
Tahun 2012 khususnya Pasal 51 ayat (1) huruf k, seseorang yang ingin mencalonkan sebagai
kepala daerah, wakil kepala daerah, pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI, anggota Polri,
direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dan/atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) harus mundur dari jabatannya jika hendak
mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.

Penutup
Presiden perlu mengawasi menteri yang ingin mencalonkan diri sebagai anggota legislatif
untuk memastikan keberlanjutan keharmonisan dalam pemerintahan. Mengizinkan menteri
tersebut mencalonkan diri tanpa pertimbangan yang matang dapat mengganggu stabilitas kabinet
dan kinerja pemerintahan. Menghindari Konflik Kepentingan seperti, menteri yang mencalonkan
diri sebagai anggota legislatif berpotensi menghadapi konflik kepentingan antara tugas menteri
dan kepentingan politik pribadinya. Presiden perlu memastikan bahwa menteri yang
mencalonkan diri dapat menjalankan tugas pemerintahan dengan objektivitas dan tanpa campur
tangan politik yang tidak semestinya. Menjaga Integritas dan Kualitas Pemerintahan seperti,
Presiden bertanggung jawab untuk menjaga integritas dan kualitas pemerintahan. Dalam
mengawasi menteri yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, presiden harus
mempertimbangkan apakah kehadiran menteri tersebut di parlemen akan mempengaruhi kinerja
pemerintahan dan apakah menteri tersebut memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi
tugas-tugas legislatif. Menjaga Prinsip Pembagian Kekuasaan seperti, Pemisahan kekuasaan
antara eksekutif dan legislatif adalah prinsip dasar demokrasi yang penting. Dalam mengawasi
menteri yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, presiden perlu memastikan bahwa
tidak ada penyalahgunaan kekuasaan yang terjadi dan menjaga keseimbangan antara kekuasaan
eksekutif dan legislatif. Menghormati Hak Politik Menteri seperti,Meskipun presiden memiliki
kewenangan untuk mengawasi menteri yang ingin mencalonkan diri sebagai anggota legislatif,
hak politik menteri juga harus dihormati. Presiden perlu mempertimbangkan keputusan tersebut
dengan bijaksana dan tidak membatasi hak politik menteri secara sewenang-wenang, kecuali ada
pertimbangan yang kuat dan objektif untuk melakukannya.
Daftar Pustaka

Indah Purwakasari Prasetyaningsih, Kedudukan Menteri Dalam Sistem Pemerintahan (Fakultas


Hukum, Universitas Islam Indonesia, Surabaya)

UUD 1945, Pasal 7c, sistem pemerintahan presidensial

Thoha, Miftah. 2003. Birokrasi, Integritas, dan Politik di Indonesia. Jakarta:Raja Grafindo
Persada.

https://www.partainasdem.id/

https://www.pdiperjuangan.id/

https://www.partaikebangkitanberkarya.id/

https://www.partaiamanatnasional.id/

Anda mungkin juga menyukai