Membedah buku dengan judul “ Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa “ dari Yan Breman Keuntungan Kolonial Dari Kerja Paksa ( Jan Breman) Riset Sejarah Sumber : primer berupa arsip dan sumber sekunder.
Kajian Jan Breman bertujuan untuk :
1. Memahami bagaimana mobilisasi tenaga kerja dan lahan bisa terjadi 2. Gagasan apa yang mendasari penggunaan tanam paksa sebagai prinsip yang mengatur produksi. 3. Apa dampak Sistem Tanam Paksa perekonomian dan masyarakat. Mobilisasi tenaga kerja Kopi menjadi primadona perdagangan ekspor pemerintah Hindia belanda di Eropa Disetujui Sistem Tanam Paksa oleh Pemerintah Belanda Tanaman kopi membutuhkan banyak tenaga kerja Terjadi mobilisasi masa Gagasan yang mendasari penggunaan tanam paksa sebagai prinsip yang mengatur produksi.
Melanjutkan sistem penanaman kopi era VOC
Membutuhkan keuangan yang sangat banyak bagi negeri induk an emerintah india Belanda di Hindia Belanda Sistem feodal masih melekat erat dalam kehidupan masyarakat bumiputera Dampak Sistem Tanam Paksa perekonomian dan masyarakat. Dampak Tanam paksa hanya bagi penguasa dan segelintir bumiputera yang duduk di birokrasi pemerintahan Masyarakat secara umum tidak menikmati keuntungan sistem Tanam Paksa Jan Breman bukan hanya menyajikan lengkap sejarah panjang perniagaan kopi di Priangan, tapi juga mendobrak pandangan sejumlah sejarawan kolonial mengenai Sistem Tanam Paksa (cultuurstelsel). Sejarawan Robert van Niel, C. Fasseur, dan R.E. Elson menganggap Tanam Paksa berperan penting memperbaiki taraf kehidupan penduduk di Hindia Belanda Jan Breman menganggap ketiganya sebagai kalangan etatis –pendukung negara. Mereka mengandalkan arsip dan laporan resmi pemerintah kolonial yang menurut Breman penuh dengan kebohongan. Hal itu karena sifat cari aman para penguasa lokal yang tak mau kena damprat atasannya di Batavia. Mereka juga kurang menyoroti kekerasan struktural yang mengekang petani, serta mengingkari penolakan dan perlawanan petani terhadap sistem tanam-paksa kopi. Menurut Jan Breman, Tanam Paksa kopi di Priangan punya kekhasan yang tak ditemui di tempat lain dan pada komoditas lain. Para petani dan buruh kopi di Priangan bukan semata dibebani tanggungjawab menanam dan merawat pohon kopi dalam jumlah jauh lebih besar dibanding daerah lain, tapi juga dibebani setoran hasil panen yang jauh lebih tinggi, upah yang jauh lebih kecil, dan kewajiban melakukan kerja pengabdian untuk kepentingan petinggi dan bangsawan. Aturan ini sudah diterapkan sejak era VOC. Sistem Tanam Paksa juga berdampak pada ekologi. Mengutip sejarawan Peter Boomgard, Breman menulis bahwa rentang waktu antara tahun 1826 hingga 1865 menjadi periode perusakan ekologi di tanah Jawa. Pembabatan hutan besar-besaran terjadi semata-mata untuk penanaman kopi. Kesimpulan “Kesimpulan saya adalah bahwa keengganan mereka yang terus berkelanjutan untuk bertindak sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah kolonial merupakan hal yang sangat menentukan dalam kemunduran dan kejatuhan Sistem Tanam Paksa,” tulis Breman. Kesimpulan Breman juga berbeda dari pandangan dominan mengenai kejatuhan Sistem Tanam Paksa. Bukan karena tuntutan dan penerapan liberalisasi ekonomi, tapi karena penolakan dan pelawanan petani.