Anda di halaman 1dari 12

Sejarah Pedesaan

12 .Tema penulisan sejarah pedesaan


Membedah buku dengan judul “ Keuntungan Kolonial
dari Kerja Paksa “ dari Yan Breman
Keuntungan Kolonial Dari Kerja Paksa
( Jan Breman)
Riset Sejarah
Sumber : primer berupa arsip dan sumber sekunder.

Kajian Jan Breman bertujuan untuk :


1. Memahami bagaimana mobilisasi tenaga kerja dan
lahan bisa terjadi
2. Gagasan apa yang mendasari penggunaan tanam
paksa sebagai prinsip yang mengatur produksi.
3. Apa dampak Sistem Tanam Paksa perekonomian
dan masyarakat.
Mobilisasi tenaga kerja
Kopi menjadi primadona perdagangan ekspor
pemerintah Hindia belanda di Eropa
Disetujui Sistem Tanam Paksa oleh Pemerintah
Belanda
Tanaman kopi membutuhkan banyak tenaga kerja
Terjadi mobilisasi masa
Gagasan yang mendasari penggunaan tanam paksa
sebagai prinsip yang mengatur produksi.

Melanjutkan sistem penanaman kopi era VOC


Membutuhkan keuangan yang sangat banyak bagi
negeri induk an emerintah india Belanda di Hindia
Belanda
Sistem feodal masih melekat erat dalam kehidupan
masyarakat bumiputera
Dampak Sistem Tanam Paksa perekonomian dan
masyarakat.
 Dampak Tanam paksa hanya bagi penguasa dan
segelintir bumiputera yang duduk di birokrasi
pemerintahan
Masyarakat secara umum tidak menikmati
keuntungan sistem Tanam Paksa
Jan Breman bukan hanya menyajikan lengkap sejarah
panjang perniagaan kopi di Priangan, tapi juga
mendobrak pandangan sejumlah sejarawan kolonial
mengenai Sistem Tanam Paksa (cultuurstelsel).
Sejarawan Robert van Niel, C. Fasseur, dan R.E. Elson
menganggap Tanam Paksa berperan penting
memperbaiki taraf kehidupan penduduk di Hindia
Belanda
Jan Breman menganggap ketiganya sebagai kalangan
etatis –pendukung negara. Mereka mengandalkan
arsip dan laporan resmi pemerintah kolonial yang
menurut Breman penuh dengan kebohongan.
Hal itu karena sifat cari aman para penguasa lokal
yang tak mau kena damprat atasannya di Batavia.
 Mereka juga kurang menyoroti kekerasan struktural
yang mengekang petani, serta mengingkari penolakan
dan perlawanan petani terhadap sistem tanam-paksa
kopi.
Menurut Jan Breman, Tanam Paksa kopi di Priangan
punya kekhasan yang tak ditemui di tempat lain dan
pada komoditas lain.
Para petani dan buruh kopi di Priangan bukan semata
dibebani tanggungjawab menanam dan merawat pohon
kopi dalam jumlah jauh lebih besar dibanding daerah
lain, tapi juga dibebani setoran hasil panen yang jauh
lebih tinggi, upah yang jauh lebih kecil, dan kewajiban
melakukan kerja pengabdian untuk kepentingan
petinggi dan bangsawan. Aturan ini sudah diterapkan
sejak era VOC.
Sistem Tanam Paksa juga berdampak pada ekologi.
Mengutip sejarawan Peter Boomgard, Breman menulis
bahwa rentang waktu antara tahun 1826 hingga 1865
menjadi periode perusakan ekologi di tanah Jawa.
Pembabatan hutan besar-besaran terjadi semata-mata
untuk penanaman kopi.
Kesimpulan
 “Kesimpulan saya adalah bahwa keengganan mereka
yang terus berkelanjutan untuk bertindak sesuai
dengan yang diperintahkan oleh pemerintah kolonial
merupakan hal yang sangat menentukan dalam
kemunduran dan kejatuhan Sistem Tanam Paksa,” tulis
Breman.
Kesimpulan Breman juga berbeda dari pandangan
dominan mengenai kejatuhan Sistem Tanam Paksa.
Bukan karena tuntutan dan penerapan liberalisasi
ekonomi, tapi karena penolakan dan pelawanan petani.

Anda mungkin juga menyukai