Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Dewi Yuliana
3101416031
PENDIDIKAN SEJARAH
2018
Identitas Buku :
Pengantar : Sajogyo
Penerbit : LP3ES
ISBN : 979-8015-03-7
Analisis :
Dalam filsafat sejarah, menurut saya buku ini termasuk ke dalam filsafat
sejarah kritis analitis. Hal ini dikarenakan, sang peneliti yaitu Jan Breman melihat
realitas sosial pada masa itu dengan ilmu-ilmu bantu sosial. Jan Breman berusaha
menceritakan keadaan sosial dan ekonomi pada masa itu mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan hak atas tanah dan tenaga kerja, serta kehidupan para petani
pada masa itu. Dalam penelitiannya, Jan Breman menggunakan ilmu bantu
sosiologi dan politik.
Pada bab II, Jan Breman menceritakan mengenai perombakan tanah yang
dilakukan di Cirebon untuk mengatasi kekacauan-kekacauan yang timbul dalam
masyarakat tani. Perombakan meliputi empat unsure utama, yaitu (a) pembagian
sawah komunal secara tetap; (b) penetapan ukuran luas pemilikan minimal dan
pemilihan petani penggarap yang baik; (c) penetapan luas tanah yang di
cadangkan untuk desa, sewa tanah ini digunakan untuk membayar gaji para
pejabat desa dan belanja desa; (d) pembebasan hutang sejalan dengan peraturan
mengenai sewa, menyewa dan kredit. Pada Bab III, Jan Breman menceritakan
tentang dampak dari perombakan agraria tersebut. Ia berusaha menelusuri
rangkaian peristiwa didaerah tersebut sampai pada akhir pemerintahan kolonial
dan sesudahnya. Jan Breman juga memfokuskan pada peranan perkebunan-
perkebunan gula yang biasanya menyewa tanah pertanian untuk ditanami tebu.
Pada bab terakhir pada buku ini, Jan Breman menceritakan tentang politik
kolonial dan akibatnya. Ia menceritakan politik kolonial dengan konteks yang
lebih luas dengan menunjukkan bahwa redistribusi pemilikan tanah di Cirebon
dalam awal tahun 1920an itu tidak merupakan peristiwa ganjil, melainkan
merupakan bagian dari transformasi rezim agraria yang lama dan luas. Pada bab
tersebut, Jan Breman berkesimpulan mengenai masalah dampak politik
pemerintahan pada berbagai kelas pedesaan dan mengemukakan tanggapan
mengenai cara-cara produksi pertanian yang berubah.
Selain ilmu bantu ekonomi, buku ini juga dibantu dengan ilmu sosiologis,
dimana Jan Breman menerangkan kehidupan masyarakat dan interaksinya pada
masa itu khususnya kaum tani dengan pemerintah kolonial dan penduduk lainnya.
Jan Breman pada bab I menceritakan tentang sistem masyarakat kaum tani pada
saat itu. Terdapat unit dasar bagi masyarakat petani di sebagian besar Jawa pada
awal terbentuknya Negara kolonial, unit dasar ini disebut cacah. Cacah ialah
sekelompok dari beberapa rumahtangga yang dapat mencakup sekitar 20 anggota
yang dipimpin oleh seorang sikep. Cacah dibawah perlindungan seorang
bangsawan supra-lokal. Sebagai pengganti perlindungan yang harus diberikan
oleh bangsawan itu, setiap cacah wajib memberikan sebagian hasil panen sawah
dan hasil bumi lainnya atau bahkan tenaga kerjanya. Selaku pemimpin, para
bangsawan lokal dan sikep terkemuka menugaskan sejumlah keluarga atau
perorangan yang tak bertanah dan bekerja untuknya sebagai pemaro atau sebagai
petani hamba sebagai imbalan atas perlindungannya. Petani pemaro memiliki
rumah sendiri walaupun masih didalam lingkungan pekarangan pemilik tanah
sedangkan tani hamba hidup didalam rumahtangga tuannya dan sebagai orang
suruhan.
1. Lapisan teratas terdiri dari para penguasa desa dan orang penting lainnya.
Mereka hidup dari hasil tanah tetapi tidak ikut serta dalam penggarapan
tanah. Selain terdiri dari lurah desa, golongan priyayi juga termasuk ke
dalam lapisan ini.
2. Kaum tani yang sebenarnya yaitu sikep, pada kalangan inilah pemilikan
atas sawah terpusatkan. Sikep juga bisa disebut cacah, bumi, gogol, wong
kenceng yaitu para penggarap yang pada umumnya menjadi tulang
punggung perekonomian tani. Mereka menggarap sawah mereka sendiri
dan bukan sawah orang lain.
3. Lapisan terbawah terdiri dari wuwungan dan penumpang, yang terikat
dengan kepada para pemilik tanah dalam hubungan ketergantungan.