Anda di halaman 1dari 8

JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies Vol. 1, No.

2, 2019
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jasmerah page 48-55

REVOLUSI SOSIAL DI SIMALUNGUN TAHUN 1946

Hanif Harahap
Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Samudera, Indonesia
Email: suratterdahulu@gmail.com

Abstract
This study aims to determine the factors that triggered a social revolution in Simalungun. Then to find out
the process of a social revolution going on, and the impact it has on the social structure of Simalungun.
The method used in this study is a historical method that includes 4 stages, namely heuristics, source
criticism, interpretation and explanation This research shows the findings; social revolution in
Simalungun is a change in social structure with criminal actions based on the sentiments and revenge of
certain groups.

Keywords: Simalungun, Social Revolution

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memicu terjadinya revolusi sosial di
Simalungun. Kemudian untuk mengetahui proses revolusi sosial terjadi, serta dampak yang ditimbulkan
terhadap struktur sosial Simalungun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah
yang mencakup 4 tahap yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi dan eksplanasi Penelitian ini
menunjukkan hasil temuan; revolusi sosial di Simalungun adalah perubahan struktur sosial dengan aksi
kriminal yang didasari sentimen dan dendam kelompok tertentu.

Kata Kunci: Simalungun, Revolusi Sosial

PENDAHULUAN kat kondisi yang secara luar biasa (penderitaan


Revolusi sosial merupakan tindakan yang di- terhadap rakyat Indonesia) yang memperkuat
lakukan rakyat Indonesia dengan menjadikan potensi untuk revolusi Indonesia (Soedjatmoko,
NDXP EDQJVDZDQ SULEXPL \DQJ GLDQJJDS ³NDNL 1991: 5).
WDQJDQ´ -HSDQJ GDQ %HODQGD VHEDJDL PXVXK Setelah proklamasi kemerdekaan Indo-
(Reid, 1981: 35). Dengan kata lain, revolusi nesia pada tahun 1945, banyak kerajaan-kerajaan
sosial bisa juga disebut sebagai perang saudara yang memiliki kekuasaan otonom di daerah me-
sesama bangsa Indonesia. ragukan kekuatan Republik Indonesia. Mereka
Banyak hal yang menyebabkan perpe- (raja-raja) khawatir pemerintah Republik Indo-
cahan antar sesama anak bangsa Indonesia. nesia tidak cukup kuat untuk mempertahankan
Mengingat kembali masa pendudukan Jepang, kemerdekaannya jika Sekutu dan Belanda
angkatan perang Jepang menciptakan seperang- datang kembali ke Indonesia. Sikap raja-raja ini

48
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 2019

diartikan oleh para pemuda sebagai sikap ke- kepada Residen Hoos di Medan bahwa daerah
berpihakan raja-raja terhadap Belanda. Hal ini Simalungun penuh konflik internal (Tideman,
menimbulkan keinginan para pemuda untuk 2009: 57).
melakukan penurunan secara paksa atau bahkan Pada tahun 1889 pemerintah kolonial
pembantaian terhadap raja-raja dan bekas pe- Belanda mulai menaklukkan kerajaan-kerajaan
jabat yang bekerja dengan pemerintah kolonial Simalungun secara serius. Hal ini tercantum
Belanda. dalam keputusan pemerintah 23 Oktober 1889
Revolusi sosial terjadi di hampir setiap Nomor 25 dan 8 Juni 1891 Nomor 21. Kerajaan-
daerah Indonesia, seperti di Surakarta, Banten, kerajaan yang terlebih dahulu takluk adalah
Sukabumi, Aceh dan Sumatera Timur. Begitu kerajaan Tanah Jawa dan Siantar, kemudian
juga di Simalungun, revolusi sosial terjadi begitu disusul oleh kerajaan-kerajaan Simalungun yang
singkat dengan menelan banyak korban, dan lain.
merupakan suatu peristiwa yang berkaitan de- Belanda menggunakan aura aristokrasi
ngan perkembangan di pusat (Jawa). Oleh Indonesia tradisional untuk membuat penduduk
karenanya, penelitian ini bertujuan untuk me- tunduk dan untuk memperoleh semua konsesi
ngetahui faktor-faktor yang memicu terjadinya dan tanah yang mereka inginkan dari boneka-
revolusi sosial di Simalungun. Kemudian untuk boneka itu (Wertheim, 1999: 49).
mengetahui proses revolusi sosial terjadi, serta Kerajaan-kerajaan yang telah menanda-
dampak yang ditimbulkan terhadap struktur tangani pernyataan pendek dijadikan Landschap
sosial Simalungun. oleh pemerintah kolonial Belanda. Di dalam
birokrasi kolonial, landschap adalah pemerin-
METODE PENELITIAN tahan Raja-raja yang didampingi oleh aparatur
Metode yang digunakan dalam penelitian ini pemerintahan gubernemen, dengan pangkat
adalah metode sejarah yang mencakup 4 tahap paling tinggi asisten residen (Suprayitno, 2001:
yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi dan 20). Fungsi dan status para raja tetap diperta-
eksplanasi. Ada beberapa dokumen yang me- hankan, namun kekuasaannya dibatasi. Para raja
nyimpan berbagai informasi tentang revolusi dibawah kendali dan perintah para pejabat
sosial di Indonesia, seperti Algemeen Secretarie pemerintah kolonial. Dalam pelaksanaan ad-
en de Daarbij Gedeponeerde Archieven 1942- ministrasi pemerintahan terdapat dualisme
1945. Namun, dibandingkan dengan masa se- kepemeritahan. Pihak kerajaan memiliki sistem
belum revolusi, dokumen masa revolusi ter- adminstrasi sendiri yang tunduk kepada peme-
golong sangat miskin. Maka dari itu informasi rintah kolonial, sedangkan pemerintah kolonial
dari beberapa saksi hidup juga digunakan menugaskan pegawainya mendampingi setiap
sebagai sumber primer. Dengan demikian, pe- kerajaan melaksanakan kegiatan pemerintahan
nelitian ini lebih banyak menggunakan sumber tanpa harus tunduk dengan pemerintah kerajaan
lisan. Simalungun.
Setelah menandatangani pernyataan pen-
HASIL DAN PEMBAHASAN dek dengan pemerintah kolonial Belanda, maka
Kedatangan Belanda Ke Simalungun kekuasaan para raja Simalungun semakin
Kebijakan pemerintah kolonial Belanda meng- WHUEDWDV *HODU ³rDMD´ KDQ\D VHNHGDU ED\DQJDQ
invasi Simalungun terjadi ketika situasi internal sesungguhnya raja dimaksud lebih mirip dengan
kerjaan-kerajaan di Simalungun mengalami ³NHSDOD DGDW´ +DO LQL GLSHUNXDW GHQJDQ GLke-
perpecahan. Pada kunjungan yang dilakukan luarkannya surat keputusan pemerintah Belanda
Hijmans van Aanroy (kontrolir Asahan dan Ba- Lembaran Negara 1914 No. 24 yang membatasi
tubara) pada bulan September 1885 melaporkan wewenang raja-raja (Tambak, 1982:129-130).

49
Hanif Harahap ± Revolusi Sosial di Simalungun Tahun 1946

1. Ekspansi Pengusaha Perkebunan menerima gaji sebesar f. 6.720 per tahun, dua
Undang-Undang Agraria tahun 1870 dalam arti raja yang terkaya juga menikmati tunjangan
formal menandai berakhirnya sistem Taman bepergian sebesar f. 1.800 per tahun dan
Paksa dan beralihnya sistem itu ke zaman libe- sejumlah besar upeti tradisional dari rakyatnya
ralisme yang lebih bebas, segera menunjukkan (Reid, 2012: 79). Raja-raja Simalungun juga me-
arah politik baru ini: membuka sumber daya nerima keuntungan yang besar dari perkebunan
alam negeri kepulauan ini bagi kepentingan itu (Suprayitno, 2001: 22).
modal negeri induk (Breman, 1997: 15). Prinsip Sejalan dengan kekayaan yang luar biasa
liberalisme menandai terbukanya Nusantara bagi ini muncul perubahan gaya hidup sebagian raja
penanaman modal asing khususnya pengusaha- dan bangsawan Simalungun. Setelah hadirnya
pengusaha Eropa dan Amerika. sistem ekonomi perkebunan mereka telah mam-
Meningkatnya kebutuhan akan bahan pu membangun istana-istana megah, membeli
baku industri di Amerika dan Eropa, secara tidak mobil mewah, dan pesiar ke Eropa. Gaya hidup
langsung menjadikan kerajaan tamak. Eks- mewah pada gilirannya mewarnai kehidupan
ploitasi berbagai sumber daya yang menjanjikan mereka sehari-hari (Reid, 2012: 22). Berbeda
keuntungan merupakan pekerjaan yang KDOQ\D GHQJDQ UDN\DW \DQJ VHPDNLQ ³WHUMHSLW´.
dilakukan pada waktu itu (Wertheim, 1999: 49).
Pada waktu tanam-tanaman keras seperti Rakyat Simalungun di bawah Mobilisasi
karet, kelapa sawit, sisal, dan teh mulai ditanam Jepang
di Sumatera Timur, tiga penguasa dari Langkat, Pasukan Jepang memberi suntikan propaganda
Deli dan Serdang dan kepala-kepala daerah kecil anti-Barat dalam dosis lama kepada rakyat, yang
di distrik-distrik Batak Karo dan Simalungun ba- membuat rakyat selama pendudukan Jepang
gian pedalaman telah menyerahkan setiap jeng- membenci Belanda (Kahin, 1995: 227). Tak
kal tanam milik mereka kepada para pengusaha terlewatkan propaganda juga dilakukan pasukan
onderneming (Stoler, 1995: 80). Akibatnya Jepang kepada rakyat Simalungun untuk
rakyat kehilangan tanah yang biasanya bisa membenci kaki-tangan Belanda dan segala
mereka manfaatkan untuk menanam padi karena sesuatu yang terkait dengan Belanda dan Sekutu.
telah menjadi perkebunan. Rakyat diperintah untuk melakukan kerja
Kesusahan dan penderitaan rakyat ini paksa, menyetor bahan makanan dan pakaian
segera dilupakan oleh para penguasa pribumi serta harta benda kepada pasukan Jepang.
tersebut karena tawaran sejumlah uang sewa Terbatasnya jumlah pasukan Jepang dalam pe-
tanah yang digunakan untuk perkebunan. rang Asia Timur Raya memaksa mereka me-
Perkembangan perkebunan di Simalungun se- ngambil kebijakan untuk menggunakan pemuda-
makin pesat seiring dengan mudahnya diperoleh pemuda Nusantara untuk melapis pasukan inti
tanah dari raja-raja. Jepang (Reid, 1986: 187).
Dari pendudukan Jepang muncul satu
2. Kesenjangan Sosial-Ekonomi kekuatan andalan yang revolusioner, yaitu pe-
Kesenjangan sosial-ekonomi antara rakyat muda. Pemerintah militer mendapat keabsahan.
Simalungun dengan raja-raja dan bangsawan Mobilitas masyarakat maju pesat (Langenberg,
semakin lebar ketika sistem ekonomi uang dan 1990: 125). Para pemuda tergabung dalam
perkebunan masuk ke Simalungun melalui kesatuan-kesatuan pasukan cadangan Jepang
pemerintah kolonial Belanda. Para raja dan seperti Kenko Kutai, Gyugun, Heiho dan
bangsawan menerima lonjakan pendapatan pri- lainnya. Laskar-laskar ini memiliki andil yang
badi yang sangat signifikan jauh meninggalkan cukup besar nantinya pada masa revolusi hingga
rakyatnya yang miskin. Raja-raja Simalungun tahun 1949.

50
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 2019

Raja dan Bangsawan Bekerjasama dengan ³5DN\DW´ PHQXQJJX GDQ EHUKDUDS VXDWX VDDW
Jepang nanti dapat membalaskan penderitaan, kesulitan
Tentara pendudukan Jepang memasuki daerah dan sakit hati mereka kepada para raja dan bang-
Simalungun melalui Tanjung Balai dan Pantai sawan. Pendudukan Jepang menciptakan se-
Cermin pada bulan Februari 1942. Kedudukan perangkat kondisi yang secara luar biasa mem-
raja-raja nampaknya tidak diganggu gugat pihak perkuat potensi untuk revolusi (Soedjatmoko,
Jepang (Purba, 1987: 51). Kekuasaan raja-raja 1991: 5).
dijamin oleh Jepang, namun penghasilan raja
³GLJHQFHW´ WHUXV +DVLO WDQDKQ\D GLFDEXW Aktor Intelektual, Massa dan Kelembagaan
(Merdeka, 15 Maret 1946). Mereka (raja-raja) dalam Revolusi Sosial
mengabdi kepada Jepang seperti mengabdi 1. Aktor Intelektual
kepada Belanda dulu (Kahin, 1995: 225). Aktor intelektual revolusi sosial di Simalungun
Raja-raja Simalungun tidak bisa berbuat dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok,
apa-apa selain menuruti segala perintah dari pa- berdasarkan orientasi ideologi, mobilitas sosial,
sukan Jepang. Namun perintah-perintah pasukan senioritas dan campuran beberapa kelas sosial.
Jepang tersebut dirasa sangat memberatkan Pertama, ialah kelompok tokoh-tokoh yang turut
rakyat. Kebijakan politik Jepang ini mem- andil dalam pergerakan nasional. Tokoh-tokoh
perlebar jurang perbedaan antara rakyat dan para ini turut berperan penting pada masa setelah
pemimpinnya, dan menimbulkan rasa dendam kemerdekaan dengan memobilisasi massa dalam
yang meledak sejak Agustus 1945 (Lucas, 1989: berbagai gerakan mempertahankan kemerde-
37). Rakyat sudah bermaksud akan mengambil kaan. Tokoh-tokoh ini, seperti Marzuki Lubis
tindakan. Namun batal karena rupanya Jepang dan Saleh Umar dari Gerindo-Partindo-PNI,
juga menganut imperialisme yang serupa saja Natar Zainuddin, Abdul Xarim M.S. dari PKI
dengan Belanda (Merdeka, 15 Maret 1946). dan lain-lain.
Kewajiban paksa menyetorkan padi ke- Kedua, ialah kelompok pemuda nasionalis
pada penguasa Jepang merupakan kewajiban yang mengalami mobilitas sosial akibat pernah
terberat bagi mayoritas di antara sekian banyak mendapat pendidikan militer oleh pasukan
kebijaksanaan politik Jepang di masa perang itu Jepang. Namun sebagian tokoh juga telah ter-
(Lucas, 1989: 41). Hal ini disebabkan lahan per- lebih dahulu berkecimpung di dunia politik
tanian di Simalungun yang sedikit karena telah sebelum pendudukan Jepang, seperti Yakub
digunakan menjadi perkebunan. Akhirnya ba- Siregar yang pernah menjadi anggota Gerindo
nyak rakyat Simalungun mengalami kelaparan, pada tahun 1930-an pada masa pergerakan
bahkan tidak sedikit yang mati kelaparan. nasional. Banyak mantan prajurit Gyugun ditarik
Situasi semakin bergolak ketika pasukan menjadi Tentara Republik Indonesia, seperti
Jepang melakukan tindakan ketidakadilan secara Ahmad Tahir. Yakub Siregar terlibat dalam
nyata terhadap rakyat. Pemerintahan Jepang pembentukan atau pelatihan kesatuan-kesatuan
mengutamakan distribusi beras antara lain untuk laskar rakyat seperti BHL (Barisan Harimau
NHSHQWLQJDQ ³VHPL PLOLWHU´ \DLWX SHQGXNXQJ- Liar) pada sekitar awal tahun 1945.
pendukung pentingnya antara lain pengawai Ketiga, ialah kelompok pemuda yang
pangreh praja. Sebagian besar elite yang mendu- relatif tidak berpengaruh, namun menjadi sangat
kung Jepang dan dianggap penting. Sedangkan penting ketika mereka menjadi pelaksana
pribumi dianggap golongan yang tidak berarti lapangan revolusi sosial. Pada setiap misi (re-
(Lucas, 1989: 41). volusi sosial) yang mereka kerjakan, mereka
Hal ini jelas menyebabkan timbulnya ke- selalu menjadi pemimpin yang disegani anggota-
EHQFLDQ GDQ GHQGDP ³UDN\DW´ WHUKDGDS SDUD UDMD nya bagi laskar yang mereka pimpin. Banyak

51
Hanif Harahap ± Revolusi Sosial di Simalungun Tahun 1946

yang aktif di unit-unit militer atau organisasi kan persoalan swapraja dengan penasehatnya,
pemuda semasa pendudukan Jepang. Mereka Nathar Zainuddin dan Abdul Xarim M. S. Pada
antara lain, para pemimpin laskar seperti Bejo, waktu itu mereka telah mempunyai suatu
Timur Pane, Payung Bangun, Saragih Ras, Nip rencana rahasia untuk menghapuskan sama
Xarim, Sarwono S. Sutarjo dan Liberty Malau sekaliswapraja di Sumatera Timur (Forum
(Langenberg, 1990: 127). Komunikasi Ex Sub Teritorium VII Komando
Sumatera, 1979: 143). Namun karena ketidak-
2. Partai Politik dan Laskar Rakyat percayaan beberapa organisasi dan laskar kepada
Maklumat No. X yang dikeluarkan pemerin- Markas Agung menjadikan Markas Agung
tahan Hatta pada 3 November 1945 tentang vakum. Selain itu, Moh. Hasan selaku pemimpin
kebebasan membentuk partai-partai politik di tertinggi Sumatera juga tidak setuju dengan
seluruh wilayah republik telah menimbulkan rencana Markas Agung tersebut.
dampak yang luar biasa. Salah satunya adalah Laskar-laskar tersebut baru bisa disatukan
para pemuda yang selama masa perjuangan oleh Persatuan Perjuangan. Hal ini disebabkan
bertindak secara tidak terkomando kini memiliki Persatuan Perjuangan memiliki agenda yang
lembaga tempat bernaung. sangat jelas, merdeka 100% dan mengubah
Laskar-laskar rakyat tersebut merupakan Daulat Tuanku menjadi Daulat Rakyat.
kesatuan-kesatuan bersenjata yang berdiri sen-
diri di bawah organisasi-oraganisasi politik, Realisasi Revolusi
misalnya Laskar Merah dari PKI, Napindo Di Siantar (bagian dari Simalungun) slogan-
(Nasional Pelopor Indonesia) dari PNI, slogan yang dicoretkan di tembok-tembok
Hisbullah dari Masyumi, Laskar Buruh dari UXPDK VHSHUWL ³UDMD-UDMD SHQJKLVDS GDUDK UDN\DW´
Partai Buruh Indonesia, Barisan Parkindo, GDQ ³UDN\DW PHQMDGL KDNLP´ 3HNLN ³PHUGHND´
Barisan Mujahidin dari PUSA, Syarikat Nelayan dengan kepalan tangan diacungkan ke atas
Indonesia, Barisan Harimau Liar, Kesatria EHUEDXU GHQJDQ SHNLN ³GDUDK´ \DQJ PHPXQtut
Pesindo dari Pesindo. Diantara laskar ini maka pembalasan terhadap raja-raja (Reid, 2012: 315).
Pesindo dan Napindo adalah yang terkuat, begitu Pasukan dari laskar-laskar Pesindo dan
pula Hisbullah dan Mujahidin adalah pasukan- Napindo (PNI) ditugaskan membunuh raja
pasukan laskar-laskar yang termasuk kuat juga Siantar (NEFIS 14 Maret 1946, Inv. Nr. 26626).
(Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Pada saat pasukan Pesindo dan Napindo me-
Daerah, 1978: 138). rangsek masuk ke istana kerajaan Simalungun
Republik Indonesia baru memulai hidup- untuk membunuh pemangku raja Tuan Sawadim
nya tanpa tentara pemerintah berjuang keras Damanik, mereka (Pesindo dan Napindo) tidak
mengandalikan banyaknya kelompok bersenjata mendapati Tuan Sawadim Damanik di istana.
yang telah muncul pada hari-hari pertama re- Beliau sedang berada di kediaman orangtuanya
volusi (Gonggong, 2011: 67). Kelompok di Pematang Bandar. Pasukan tersebut tidak
bersenjata tersebut terlahir dari kesatuan- menyerah, mereka mengejar Tuan Sawadim ke
kesatuan komunal lokal beradasarkan suatu Pematang Bandar dan berniat membunuhnya
ikatan yang kuat, baik itu suku, agama atau disana. Pembunuhan mengalami kegagalan ka-
bahkan pengalaman di masa penduduk Jepang rena para pendatang Toba yang telah cukup lama
(pernah dilatih dalam kesatuan pasukan pro- tinggal di Bandar dalam membuka lahan persa-
paganda Jepang). wahan melindungi Tuan Sawadim Damanik.
6HMDN EXODQ 'HVHPEHU ³0DUNDV $JXQJ´ Para pendatang Toba tersebut dengan setia
dari Sarwono berusaha mengkoordinir laskar- berani menghalau pasukan Pesindo dan Napindo
laskar yang terkotak-kotak ini dan membicara-

52
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 2019

dalam menjalankan misinya (Wawancara E. L. dalam truk (NEFIS 14 Maret 1946, Inv. Nr.
Damanik, Januari 2013). 26626). Mereka semuanya disiksa secara sadis
Di Raya pemangku raja Raya Tuan Jan (lidahnya dicabut secara paksa). Sebelum mela-
Kaduk Saragih Garingging menjadi korban ke- kukan pembunuhan, mereka (BHL) melakukan
kejaman pasukan Barisan Harimau Liar (BHL). ritual upacara khusus di Nagori. Raja Panei
Pada tanggal 4 Maret 1946 pasukan BHL ber- dibunuh dengan cara dipenggal kepalanya, de-
hasil masuk ke istana raja Raya dan memporak- ngan tombak menembus duburnya hingga ke
porandakan seisinya. Harta benda seperti emas leher (Dasuha, 2010: 9).
dan barang-barang berharga diambil. Beliau TRI melakukan pengejaran terhadap
beserta keluarganya dibawa menuju satu jem- pasukan BHL hingga ke Saribu Dolok dan Tiga
batan besar Bah Hutailing, kepalanya dipotong Ras. Disana TRI mendapati jasat raja dan bang-
dan selanjutnya mayatnya dihanyutkan ke sungai sawan Panei dengan kondisi yang mempriha-
yang berada di bawah jembatan (Wawancara J. tinkan. Pengejaran terhadap BHL terhenti karena
Saragih, Januari 2013). terpecahnya perhatian TRI dalam Agresi Militer
Informasi revolusi sosial telah terdengar Belanda. Hal ini menyebabkan BHL masih be-
oleh pihak kerajaan Panei sebelum revolusi itu bas berkeliaran hingga tahun 1947 (Wawancara
dilaksanakan. Ialah Tuan Mailan Purba Dasuha Nasir Purba, Januari 2013).
yang mendapatkan informasi itu dan langsung Bagus Saragih seorang pemimpin PKI
memberi tahukannya kepada raja Panei Tuan ditugaskan Persatuan Perjuangan untuk melak-
Bosar Sumalam Purba Dasuha. Selain itu, raja sanakan misi pembantaian raja kerajaan Tanah
Panei juga menerima informasi tentang revolusi Jawa. Dalam misi tersebut Tuan Mintahain
sosial tersebut dari Tuan Nagapanei, yang me- Sinaga dari Partuanon Dolok Panribuan beserta
nyebutkan bahwa pasukan yang akan merevolusi anaknya Tuan Hormajawa Sinaga ditangkap
kerajaan Panei adalah BHL yang dipimpin oleh pasukan Laskar Merah, disiksa lalu dibunuh.
A.E. Saragih Ras yang merupakan keluarga de- Pasukan Laskar Merah melakukan tindakan-
kat raja Panei sendiri (Wawancara Nasir Purba, tindakan yang tidak manusiawi dengan
Januari 2013). mencincang-cincang jasat kedua bangsawan
Raja Panei beranggapan bahwa BHL tidak tersebut, mencampurnya dengan daging kerbau
akan mungkin membunuhnya karena pasukan untuk seterusnya disantap beramai-ramai oleh
tersebut dipimpin oleh keluarga dekatnya, yaitu pasukan Laskar Merah (Wawancara Reimon
A.E. Saragih Ras. Namun suatu peristiwa yang Silaban, Januari 2013).
tak terduga terjadi, pasukan BHL melakukan pe- Raja Purba Tuan Mogang Purba berhasil
nikaman, penembakan secara tiba-tiba terhadap menyelamatkan diri dari serangan pasukan BHL
pasukan kerajaan Panei. Teriakan-teriakan dan Pesindo. Beliau memutuskan untuk lari ke
kesakitan prajurit kerajaan Panei menambah Pematangsiantar dan meminta perlindungan
ketakutan prajurit-prajurit kerajaan Panei yang TRI. Raja Purba diselamatkan oleh TRI sebelum
lain. Pasukan kerajaan Panei seketika berhambu- kedatangan pasukan BHL dan Pesindo (NEFIS
ran ketakutan, bagi mereka yang tertangkap 14 Maret 1946, Inv. Nr. 26626). Namun ternyata
langsung dibunuh di tempat (Wawancara Nasir pasukan BHL dan Pesindo tetap memburu raja
Purba, Januari 2013). Purba hingga tahun 1947 bertepatan dengan
Raja Panei Tuan Bosar Sumalam dan be- agresi yang dilakukan Belanda. Dalam perco-
berapa bangsawan lainnya, seperti Tuan Marga baan pembunuhan kedua kalinya ini beliau
Bulan Purba Dasuha, Tuan Djautih dan keluarga dibunuh bersama putranya (Wawancara E. L.
kerajaan serta rakyat Panei yang menjaga istana Damanik, Januari 2013).
ditangkap, diikat kemudian dimasukkan ke

53
Hanif Harahap ± Revolusi Sosial di Simalungun Tahun 1946

Pasukan BHL mencoba merangsek masuk pada masa pedudukan Jepang (Wawancara
ke daerah kerajaan Dolok Silau pada sekitar Abdul Rahman Purba Tambak, Februari 2013).
tanggal 4 Maret 1946. Salah seorang bangsawan
kerajaan Dolok Silau yang bernama Abdul SIMPULAN
Rahman Purba Tambak mencegahnya aksi pem- Revolusi sosial yang terjadi di Simalungun,
bunuhan yang akan dilakukan pasukan BHL muncul tidak hanya karena satu faktor penyebab,
kepada raja Dolok Silau Tuan Bandar Alam tetapi sangat kompleks. Penyebab paling kuat
Purba Tambak. Keberhasilan beliau mengha- menyulut revolusi adalah isu Comite van
dang aksi pembunuhan tersebut tidak terlepas ontvangst yang membuat rakyat menganggap
dari profesi dan jasanya yang juga seorang raja-raja kaki-tangan Belanda.
komandan laskar rakyat yang tergabung dalam Masuknya sistem kapitalisme perkebunan
Napindo. Beliau memiliki pasukan khusus yang telah membuat kesenjangan sosial sosial-
setia dan siap sedia bertempur jika diperintah- ekonomi di Simalungun antara rakyat dengan
kannya. Saat menghadapi pasukan BHL Abdul raja. Semakin menyulut kebencian rakyat de-
5DKPDQ 3XUED 7DPEDN EHUNDWD ³VD\D EDQJ- ngan raja.
sawan kerajaan Dolok Silau, saya juga prajurit Masa pendudukan Jepang adalah masa
republik. Jika kalian (BHL) ingin membunuh tersulit dan menyakitkan bagi rakyat Indonesia.
raja Dolok Silau, maka kalian harus membunuh Keadaan sulit tersebut semakin memperbesar
VD\D WHUOHELK GDKXOX´ 0XVXK VHMDWL GDUL JHUDNDQ peluang terjadinya revolusi. Pada masa pen-
revolusi adalah sekutu dan Belanda, bukan raja- dudukan Jepang, mereka (Jepang) memberi
raja. Jika ingin melakukan revolusi sosial, maka suntikan propaganda anti-Barat dalam dosis
hak kekuasaan, struktur sosial kerajaan dan lama kepada rakyat, yang membuat rakyat
kepemilikan alat produksilah yang direvolusi, selama pendudukan Jepang membenci Belanda
bukan penghilangan nyawa. Perang saudara di- dan kaki-tangannya. Selain itu para pemuda
antara raja-raja dengan rakyat merugikan bangsa mendapat pelatihan kemiliteran oleh pasukan
Indonesia, karena melemahkan kekuatan revo- Jepang untuk membantu Jepang dalam perang
lusi melawan Sekutu dan Belanda (Wawancara Asia Timur Raya. Kesatuan-kesatuan inilah ke-
Abdul Rahman Purba Tambak, Februari 2013). lak menjadi laskar-laskar rakyat yang sebagian
Raja Silimakuta kebetulan berada di besar meneror dan melakukan pembunuhan
Siantar ketika rumahnya disergap dan kemudian terhadap raja-raja.
dibakar. Bersama dengan raja-raja Simalungun Dikeluarkannya maklumat No. X oleh pe-
lainnya, mendapatkan pengamanan dalam taha- merintah semakin menambah eksistensi laskar-
nan TRI di Pematangsiantar (Reid, 2012: 318). laskar rakyat yang sempat dibubarkan pasca
Masih terdapat kesimpang-siuran informasi kekalahan Jepang dengan Sekutu. Laskar-laskar
mengenai raja Silimakuta yang didapat dari tersebut langsung dimobilisasi oleh tokoh-tokoh
beberapa sumber, sebagian menyebutkan raja SHPXGD EHUKDOXDQ ³NLUL´ VHSHUWL ;arim M.S.,
Silimakuta Tuan Padiaraja Purba Girsang Nathar Zainuddin, Saleh Umar, Jakub Siregar
dibunuh pasukan BHL saat mencoba melarikan dan Junus Nasution untuk gerakan-gerakan
diri ke Tanah Karo. Setelah dibunuh jasatnya revolusi, termasuk revolusi sosial.
dibuang ke sungai Lau Dah dekat Kabanjahe.
Sumber lain menyebutkan bahwa beliau tidak REFERENSI
dibunuh pasukan BHL karena beliau merupakan Breman, J. (1997). Menjinakkan Sang Kuli;
anggota Markas Agung. Selain itu beliau juga Politik Kolonial, Tuan Kebun dan Kuli di
terlibat dalam pelatihan militer para pemuda Sumatra Timur pada Awal Abad ke-20.

54
JASMERAH: Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 2019

Jakarta: PT. Pusataka Utama Grafis. Soedjatmoko. (1991). Pilihan dan Peluang:
Dasuha, J. R. P. (2010). Revolusi Sosial Ber- Revolusi Indonesia Setelah 45 Tahun,
darah di Simalungun Tahun 1946-1947. In Beberapa Refleksi Pribadi. Jurnal Sejarah,
Harungguan Bolon, DPP Presidium 1, 1±16.
Partuha Maujana Simalungun. Pematang- Stoler, A. L. (2005). Kapitalisme dan
siantar. Konfrontasi di Sabuk Perkebunan
Forum Komunikasi Ex Sub Teritorium VII Sumatra, 1870-1979. Yogyakarta: Karsa.
Komando Sumatera. (1979). Perjuangan Suprayitno. (2001). Mencoba (Lagi) Menjadi
Rakyat Semesta Sumatera Utara. Jakarta: Indonesia. Yogyakarta: Yayasan untuk
Forum Komunikasi Ex Sub Teritorium Indonesia.
VII Komando Sumatera. Tambak, T. B. A. P. (1982). Sejarah
Gonggong, A. (2011). Pemuda dan Gerakan Simalungun. Pematangsiantar: Tanpa
Bersenjata: Indonesia Masa Pendudukan penerbit.
Jepang. Prisma, 30, 55±71. Netherlands Forces Intelligence Service (NEFIS)
Kahin, G. M. T. (1995). Nasionalisme dan 14 Maret 1946, Inv. Nr. 26626, Alg.
Revolusi di Indonesia. Solo: Sebelas Maret Secre., No. 180, ANRI.
University Press. Tideman, J. (2009). Simalungun: Tanah Batak
Langenberg, M. V. (1990). Sumatera Timur: Timur dalam Keterasingan dan
Mewadahi Bangsa Indonesia dalam Perkembangannya Menjadi Bagian
sebuah Keresidenan di Sumatera. In A. R. Daerah Perkebunan Pantai Timur
Kahin (Ed.), Pergolakan Daerah pada Sumatra. Jakarta: Tanpa penerbit.
Awal Kemerdekaan (pp. 119±1948). Wawancara Abdul Rahman Purba Tambak,
Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti. Februari 2013.
Lucas, A. E. (1989). Peristiwa Tiga Daerah: Wawancara E. L. Damanik, Januari 2013.
Revolusi dalam Revolusi. Jakarta: PT. Wawancara J. Saragih, Januari 2013.
Pustaka. Wawancara Nasir Purba, Januari 2013.
Merdeka, 15 Maret 1946. Wawancara Reimon Silaban. (2013). No Title.
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Wertheim, W. F. (1999). Masyarakat Indonesia
Daerah. (1978). Sejarah Daerah Sumatera dalam Transisi: Studi Perubahan Sosial.
Utara. Jakarta: Departemen Pendidikan Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku
Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah.
Purba, D. K. (1987). Sejarah Simalungun. Pema-
tangsiantar: Tanpa penerbit.
Reid, A. (1981). Revolusi Sosial: Revolusi
Nasional. Prisma, 8, 33±40.
Reid, A. (1986). The Revolution in Regional
Perspective. In J. V. Goor (Ed.), The
Indonesian Revolution: Conference
Papers. Utrech: Rijk Universiteit Utrech.
Reid, A. (2012). Sumatera: Revolusi dan Elite
Tradisional. Jakarta: Komunitas Bambu.

55

Anda mungkin juga menyukai