Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 3

Ana Marina 2128007


Devi Apri Dayanti 2128019
Intan Putri Azzahra 2128035
M. Abel Arazi 2128043
Naa’ilah Dinda Putri 2128051
Nyoman Agus Setiawan 2128057
Rizky Fauziah Aninda 2128071
Octava Mahmuda 2027061
PROSES DEGENERATIF DAN ASPEK FISIOLOGI
SISTEM UROGENITAL
A. DEGENERATIF

1. PENGERTIAN

Degeneratif (degenerasi) sel/kemunduran sel adalah kelainan sel akibat


cidera ringan. Cidera ringan yang mengenai struktur sel akan mengganggu proses
metabolisme. Kerusakan ini sifatnya reversible (bisa diperbaiki), namun apabila
penyebabnya tidak dihilangkan maka akan terjadi kerusakan irreversible dan sel
mati.
Penyakit degeneratif adalah kondisi kesehatan di mana organ atau jaringan
terkait keadaannya yang terus menurun seiring waktu. Penyakit ini terjadi karena
adanya perubahan pada sel-sel tubuh yang akhirnya memengaruhi fungsi organ
secara menyeluruh. Proses penuaan adalah penyebab penyakit degeneratif yang
paling umum.
2. JENIS-JENIS DEGENERASI

a. Degenerasi Albuminosa
Pembengkakan sel adalah manifestasi awal sel terhadap semua jejas sel. Perubahan
morfolofi yang terjadi sulit dilihat dengan mikroskop cahaya. Bila pembengkakan sel sudah
mengenai seluruh sel dalam organ, jaringan akan tampak pucat, terjadi peningkatan turgor,
dan berat organ

b. Degenerasi Hidrofik (Degeneratif Vakuolar)


Degeneratif hidrofik merupakan jejas sel yang reversible dengan penimbunan
intraseluler yang lebih parah jika dengan degeneratif albumin. Secara mikroskopis, cedera
sel yang menyebabkan sel tampak bengkak, sitoplasma pucat, inti tetap berada di tengah,
pada organ hati tampak lumen sinusoid menyempit, dan pada organ ginjal tampak lumen
tubulus ginjal menyempit. Secara makroskopis, sel akan tampak normal sampai bengkak,
bidang syatan tampak cembung, dan lisis dari sel epidermal.

c. Degenerasi Zenker
Dahulu dikenal dengan degenerative hialin pada otot sadar uang mengalami nekrosis.
Otot yang mengalami degeneratif zenker adalah otot rektus abdominis dan diafragma.
d. Degenerasi Lemak
Degeneratif lemak dan perubahan perlemakan menggambarkan adanya abnormal
trigliserid dalam sel parenkim, sering terjadi di lemak. Etiologi dan degenerasi lemak adalah
toksin, malnutrisi protein, diabetes melitus, obesitas, dan anoksia. Jika terjadi gangguan
dalam metabolisme lemak, akan timbul penimbunan trigliserid yang berlebihan.

e. Degenerasi Hyalin (Perubahan Hyalin)


Perubahan hyalin merupakan perubahan dalam sel atau rongga ekstraseluler yang
memberikan gambaran homogeni, cerah, dan berwarna merah muda dengan pewarnaan
hematoksilin eosin. Keadaan ini terbentuk akibat berbagai perubahan dan tidak
menunjukkan suatu bentuk penimbunan yang spesifik. Contohnya penyakit Boutvuur.

f. Degenerasi Mukoid (Degenerasi Miksomatosa)


Degenerasi mucoid adalah substansi kompleks yang cerah, kental, dan berlendir
denagn komposisi yang bermacam-macam dan pada keadaan normal disekresi oleh sel epitel
sera dapat sebagai bagian dari matriks jaringan ikat longgar tertentu.
3. JENIS-JENIS PENYAKIT DEGENERATIF

a. Penyakit Kardiovakuler
Penyakit kardiovakuler adalah penyakit yang menyerang jantung dan pembuluh darah di
sekitarnya. Bertambahnya usia dapat menempatkan seseorang pada risiko penyempitan
pembuluh darah dan otot jantung yang melemah atau menebal. Selain penyakit jantung,
kondisi lain yang menjadi faktor seiring menuanya seseorang, yakni hipertensi (tekanan darah
tinggi) dan stroke.

b. Masalah pada endokrin


Sistem endokrin mencakup 8 kelenjar utama di seluruh tubuh, seperti kelenjar tiroid,
kelenjar pituitari, kelenjar adrenal, dan pankreas. Sistem ini mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, metabolisme, fungsi seksual, dan suasana hati. Contoh penyakit yang
menyerang endokrin dan terkait dengan degenerasi adalah diabetes melitus dan kekurangan
nutrisi.

c. Neoplasma
Neoplasma adalah sebutan lain untuk tumor, yakni massa atau benjolan yang tumbuh
akibat sel-sel membelah dan tumbuh secara berlebihan di dalam tubuh.
Neoplasma (tumor) bisa bersifat jinak atau ganas. Tumpor jinak berarti bukan kanker,
sedangkan kanker ganas dapat menjadi kanker karena perkembangan sel tidak bisa
dikendalikan, menyebar, dan merusak jaringan sehat di sekitarnya.

d. Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif yang menandakan pengeroposan tulang
karena tulang semakin lemah dan rapuh. Kondisi ini umumnya membuat lansia bertubuh
bungkuk atau rentan mengalami patah tulang pada tulang pinggul, pergelangan tangan, atau
tulang belakang.

e. Obesitas
Obesitas adalah kondisi yang menandakan berat badan berlebihan. Meski dapat
menyerang segala usia, lansia yang paling rentan mengalaminya. Seiring bertambahnya usia,
perubahan hormonal dan gaya hidup yang kurang aktif meningkatkan risiko obesitas. Selain
itu, jumlah otot di tubuh Anda cenderung menurun seiring bertambahnya usia karena
penurunan metabolisme. Kondisi ini membuat lansia kesulitan menjaga berat badan ideal.
4. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT DEGENERATIF

a. Perubahan metabolisme tubuh


Menurunkan kemampuan metabolisme tubuh pada lansia bisa menyebabkan
penumpukan lemak di perut, pertanda obesitas. Selain obesitas, gumpalan lemak
dapat mempersempit pembuluh darah sehingga meningkatkan risiko penyakit
jantung dan stroke.

b. Pola makan dan pola hidup yang buruk


Kurangnya mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran membuat tubuh
kekurangan serat dan dapat berisiko meningkatkan kadar kolesterol tubuh.
Kebiasaan malas bergerak, jarang olahraga, dan merokok juga semakin
memperburuk kesehatan tubuh. Jika gaya hidup tidak berubah, risiko penyakit
degeneratif seperti jantung, diabetes, kanker, dan osteoporosis akan semakin
meningkat.
B. ASPEK FISIOLOGI SISTEM UROGENITAL

. Sistem urogenital atau sistem genitourinari adalah sistem organ dari


sistem reproduksi dan sistem kemih, keduanya dikelompokkan bersama karena
kedekatannya satu sama lain, memiliki asal embriologis yang sama dan
penggunaan jalur umum seperti uretra pria.
Dipandang dari sudut fisiologi, sistem urogenital dapat dibagi dalam dua
unsur yang berbeda sifatnya : sistem urinarius dan sistem genitalia. Akan tetapi,
dipandang dari sudut embriologi dan anatomi, kedua sistem ini saling bertautan.
1. SISTEM URINARIA

Sistem urinaria terdiri dari 2 ginjal, 2 ureter, 1 vesika urinaria dan 1 uretra. Dimana
sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius bagian atas dan bagian bawah. Traktus
urinarius bagian atas terdiri dari ginjal, pelvis renalis dan ureter, sedangkan traktus
urinarius bagian bawah terdiri dari vesika urinaria dan uretra Sistem ini mempunyai 4
fungsi yaitu filtrasi, sekresi, absorbsi, ekskresi.
Ada 2 macam perkembangan sistem urinarius yaitu organogenesis ginjal dan
maturasi ginjal. Organogenesis ginjal terdiri melalui 3 tahapan secara berurutan yaitu :
pronefros, mesonefros, dan metanefros. Di antara organ pada sistem urinaria, ginjal
memiliki peran utama dalam mengatur homeostasis dengan unit fungsional terkecilnya
disebut nefron. Urin yang telah diproduksi oleh ginjalakan dialirkan melalui ureter untuk
ditampung di vesika urinaria.
Ureter dan vesika urinaria dilapisi mukosa yang tersusun atas epitel transisional
(urothelium). Epitel tersebut dapat berubah bentuk sesuai volume urin. Saat volume urine di vesica
urinaria melebihi 200 ml, maka akan mencetuskan reflek berkemih. Produksi normal urin per hari
0,5-1 cc/kg BB/ jam, namun kondisi ini masih dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa masalah
atau penyakit yang dapat terjadi pada sistem urinaria:

a. Infeksi saluran kemih, infeksi yang terjadi mulai dari ginjal hingga saluran kemih.
b. Batu saluran kemih, terbentuknya batu di sistem urinaria, seperti batu ginjal, batu ureter/ batu
kandung kemih.
c. Inkontinensia urine, fungsi otot atau saraf pada kandung dan saluran kemih mengalami gangguan,
sehingga tidak dapat mengendalikan proses buang air kecil.
d. Uretritis, peradangan pada uretra yang disebabkan oleh infeksi bakteri di saluran kemih
e. Sindrom nefrotik, kelainan ginjal yang menyebabkan kadar protein di dalam urine meningkat
f. Sindrom nefritik, pembengkakan atau peradangan pada ginjal
g. Gagal ginjal, ginjal tidak mampu menyaring darah dan membuang cairan serta zat limbah tubuh
2. SISTEM GENITALIA
Sistem reproduksi atau sistem genital adalah sistem organ seks dalam organisme yang
bekerja sama untuk tujuan reproduksi seksual. Banyak zat non-hidup seperti cairan,
hormon, dan feromon juga merupakan aksesoris penting untuk sistem reproduksi

a. Sistem Reproduksi Wanita


Sistem reproduksi perempuan berdasarkan letak anatominya dibagi menjadi dua
bagian yaitu organ genitalia eksterna dan organ genitalia interna. Organ genitalia eksterna
(vulva) terdiri atas:

• Labia Mayora
Labia mayora atau bibir besar adalah bagian yang membungkus dan melindungi organ
reproduksi eksternal lainnya. Labia mayora mengandung kelenjar keringat dan kelenjar
penghasil minyak. Setelah masa pubertas, labia mayora ditutupi dengan rambut.

• Labia Manora
Labia manora diterjemahkan sebagai bibir kecil. Labia manora terletak tepat di dalam
labia mayora dan mengelilingi bukaan ke vagina dan uretra
• Kelenjar Bartholin
Kelenjar ini terletak di samping lubang vagina dan menghasilkan sekresi cairan (lendir).

• Klitoris
Kedua labia minora bertemu di klitoris yaitu tonjolan kecil dan sensitif. Klitoris ditutupi oleh
lipatan kulit yang disebut preputium yang mirip dengan kulup di ujung penis.

Organ genitalia interna adalah bagian yang berada di dalam ruang panggul
perempuan dan tidak dapat dilihat dari luar. Organ genitalia interna terdiri dari:
• Vagina
Vagina adalah saluran yang menghubungkan serviks ke bagian luar tubuh. Vagina juga dikenal
sebagai jalan lahir bayi.

• Rahim
Rahim dibagi menjadi dua bagian yaitu serviks yang merupakan bagian bawah dan tubuh utama
dari rahim yang disebut korpus. Korpus dapat dengan mudah mengembang untuk menopang bayi
yang sedang berkembang.
• Ovarium
Ovarium adalah kelenjar kecil berbentuk oval yang terletak di kedua sisi rahim. Ovarium
menghasilkan telur dan hormon.

• Saluran tuba atau tuba falopi


Saluran tuba adalah saluran sempit yang melekat pada bagian atas rahim dan berfungsi
sebagai terowongan bagi ovum untuk melakukan perjalanan dari ovarium ke rahim.

b. Sistem Reproduksi Pria


Organ genitalia pria dibedakan menjadi organ genitalia interna dan organ genitalia
eksterna. Organ genitalia interna terdiri dari:

• Epidirmis
Epididimis adalah saluran yang berkelok-kelok dengan panjang sekitar 4-6 meter yang
terdiri dari caput, corpus, dan cauda. Di dalam epididimis, spermatozoa akan matang
sehingga menjadi mortil dan fertil.

• Duktus deferen/vas deferens


Adalah suatu saluran lurus berdinding tebal yang akan menuju uretra pars prostatika.
• Testis
Testis berbentuk seperti telur yang berukuran 4x3 cm yang dikelilingi oleh jaringan ikat kolagen
(tunika albuginea). Tunika albuginea akan memberikan septa ke dalam parenkim testis dan membagi
menjadi beberapa lobulus. Setiap lobulus mengandung 1-4 tubulus seminiferous

• Kelenjar seks tambahan


Terdiri dari sepasang vesikula seminalis, prostat, dan sepasang kelenjar bulbouretral.

Organ genitalia eksterna terdiri dari:


• Penis
Terdiri dari 3 massa silindris yaitu dua corpora cavernosa yang dipisahkan oleh septum dan
terletak di dorsal serta satu corpus spongiosum yang mengelilingi uretra dan terletak di ventral.

• Uretra
Terdiri dari 3 bagian yaitu uretra prostatika, uretra membranosa, dan uretra spongiosa.

• Skrotum
Adalah kantung kulit yang menggantung di luar rongga perut, antara kaki dan dorsal penis.
Terdiri dari 2 kantung yang masing-masing diisi oleh testis, epididimis, dan bagian caudal funiculus
spermaticus.
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai