Anda di halaman 1dari 28

PENGUKURAN KEBERLANJUTAN

SISTEM PERTANIAN
KEBERLANJUTAN SISTEM PERTANIAN

Sistem pertanian berkelanjutan


produksi dari waktu ke waktu bersifat non
negatif (tetap atau naik).

3 aspek keberlanjutan suatu sistem yaitu : (1)


aspek ruang, (2) aspek waktu, dan (3) aspek
dimensi.
o Keberlanjutan dari Aspek Ruang
 mengacu pada skala pengukurannya atau
kualifikasinya
 diukur dengan skala satu sel, tanaman, panen,
sistem di tingkat petani, sistem regional dan
sistem global
o Keberlanjutan dari Aspek Waktu
o dinilai dari waktu ke waktu misalnya dalam
kurun waktu 25 tahun

 Keberlanjutan dari Aspek Dimensi


 diukur dari aspek biofisik, ekonomi dan sosial.
 Dimensi biofisik berhubungan dengan jumlah
keluaran (output) yang dihasilkan (ton hasil/ha),
dimensi ekonomi berkaitan dengan nilai keluaran
(kotor/gross atau bersih/netto), sedangkan dari
aspek sosial diukur dari kapasitas sistem untuk
mendukung komunitas petani.
 Keberlanjutan harus diukur dalam kaitannya dengan
3 dimensi tersebut.
 Aspek biofisik dapat berubah karena beberapa

hal antara lain :


 (1) perubahan sifat tanah dari waktu ke waktu

akibat erosi, pemadatan, salinisasi,


penggenangan dan lain-lain,
 (2) adanya introduksi kultivar baru pada sistem

budidaya tanaman, dan


 (3) perubahan input (masukan) yang

digunakan dalam sistem pertanian tersebut.


 Aspek ekonomi berubah dari waktu ke waktu dan

tidak bergantung pada output (keluaran) biofisik.


 Aspek sosial dapat berubah dengan adanya

perubahan pola makan dan strandart hidup


nasyarakat.
Indeks pengukuran keberlanjutan (Lal, 1994)

 1. Produktivitas (P)
 diukur dari produksi tiap unit sumber daya alam dengan
menggunakan persamaan :

P = p/R

Dimana P = produktivitas, p = total produksi biofisik


(biomass, hasil biji dll) dan R = sumber masukan.

 Indeks ini sangat sesuai untuk menghitung perubahan


produktivitas temporal ( yang berhubungan dengan waktu).

Bila indeks sistem produksi suatu komoditas tertentu tiap unit masukan
(input), misalnya masukan pemupukan menurun maka produktivitas
sistem tersebut berkelanjutan (sustainable).
Mengapa sistem Pertanian tidak
Sustanaible?

 (1) menurunnya kandungan bahan organik


tanah,
 (2) rusaknya struktur tanah akibat

pengolahan tanah yang intensif (pelumpuran


pada tanah sawah)
 (3) ketidakseimbangan unsur hara dalam

tanah, akibat pemupukan unsur makro


dengan dosis tinggi, dll.
Indeks pengukuran keberlanjutan (Lal, 1994)
 2. Total Faktor Produktivitas (TFP)
 Pengukuran keberlanjutan sistem pertanian menggunakan
indeks ini tidak hanya mempertimbangkan input (masukan)
tunggal seperti pemupukan saja, melainkan semua faktor
produktivitas dipertimbangkan dalam menentukan tingkat
produktivitas. Faktor produktivitas dihitung berdasarkan biaya
yang dikeluarkan menggunakan persamaan di bawah ini :
n
TFP  p /  ( Ri.Ci)
i 1

 Dimana p = total produksi, Ri = sumberdaya yang digunakan,


Ci = biaya masukan spesifik dan n = jumlah input
(sumberdaya) yang digunakan dalam mencapai total produksi.

 Indeks TFP adalah sebuah ukuran relatif total output (keluaran


terhadap sebuah indeks total input (masukan) yang dikelola
( misalnya bibit, air irigasi, bahan kimia pertanian, tenaga kerja,
sumberdaya lahan, pestisida, dll)
Indeks pengukuran keberlanjutan (Lal, 1994)

3. Total Natural Resource Productivity, Total Produktifitas


Sumberdaya Alam) - (TNRP)
  

 Pada indeks ini, selain biaya input (masukan) yang

dipertimbangkan dalam suatu sistem produksi, juga


dipertimbangkan beberapa biaya tidak langsung yang
berhubungan dengan output (keluaran) spesifik yang
berkaitan dengan degradasi sumber daya alam,
 contoh :
 penurunan kedalaman tanah (topsoil) yang

disebabkan oleh erosi,


 meningkatnya kadar garam terlarut akibat salinisasi,
 masuknya air ke dalam ground water akibat irigasi

yang berlebihan,
 eutrofikasi air yang disebabkan oleh hilangnya pupuk
Perhitungan TNRP
TNRP = (TFP)/ΔS

 Dimana
 Δ S = perubahan dalam sifat kritis tanah.
 Jika degradasi tanah berkaitan dengan erosi
tanah, maka TFP dibagi dengan kehilangan
topsoil setiap tahunnya.
 Sebagai penyebut dalam persamaan di atas
adalah kandungan bahan organik tanah,
konsentrasi nitrat dalam air tanah,
penurunan level air tanah, dan lain-lain
TNRP SEBAGAI INDEKS KEBERLANJUTAN
 TNRP juga merupakan indeks kesehatan
sumberdaya alam yang menggabungkan
dimensi biofisik, ekonomi dan sosial dari
penilaian keberlanjutan.
 Keberlanjutan pertanian merupakan

kecenderungan non negatif dalam TNRP dari


waktu ke waktu (Gambar 12.1)
Aspek biofisik
- Produksi Biomas
- hasil

Penggunaan
Sumber daya
Alam :
-Degradasi tanah
-- Penggunaan air TNRP
-- Perubh. Kualitas
Lingkungan
Aspek ekonomi

Biaya input Vs. output


TNRP

WAKTU
Keberlanjutan yang mempunyai kecenderungan non negatif
dalam TNRP, output per unit input yang dikelola dan SDA yang
digunakan
INDEKS KEBERLANJUTAN VS KUALITAS TANAH
 kualitas tanah mengacu pada kemampuan untuk
mempertahankan produktivitas.
 Bila kualitas tanah meningkat, TFP dan TNRP juga meningkat.
 Jika sistem pertanian tidak berkelanjutan, maka hal ini

berarti kualitas tanah telah menurun dengan waktu.

 Ada kecenderungan negatif dalam TRP atau TNRP akibat


penurunan kualitas tanah, karena :
 pengurangan kedalaman tanah (topsoil) karena

percepatan erosi,
 peningkatan salinitas tanah akibat penggenangan,
 masuknya air ke dalam ground water akibat irigasi yang

berlebihan,
 penurunan kandungan bahan organik tanah akibat

kehilangan atau pembakaran


 penurunan kesuburan tanah akibat tidak seimbangnya

aplikasi pemupukan kimia dan pupuk organik.


MENGAPA NILAI TNRP NEGATIF???
 eutrofikasi air alami,
 emisi radioaktif-gas aktif dari tanah ke atmosfer

dan lain-lain.
 Adopsi perbaikan pemulihan tanah dapat

meningkatkan kualitas tanah dari tidak


berkelanjutan menjadi suatu sistem pertanian
yang berkelanjutan

Langkah penting dalam meningkatkan kualitas dan mendapatkan


keberlanjutan suatu sistem pertanian adalah mengidentifikasi
FAKTOR PEMBATAS TANAH yang akan digunakan dalam suatu sistem
produksi
Adopsi teknologi perbaikan tanah dapat
mengurangi faktor pembatas, sehingga TFP
dan TNRP meningkat dan dapat membantu
mencapai keberlanjutan.

Praktek restorasi tanah


TFP/TNRP

Indeks Kualitas Tanah

Hubungan antara Kualitas Tanah dan Produktivitas


atau Keberlanjutan Pertanian
 
INDIKATOR KEBERLANJUTAN (BOSCH et al., 2007)

 Menggunakan Indeks keberlanjutan pedesaan


untuk mengkuantifikasi performance pertanian.
 Keberlanjutan produksi tanaman dikuantifikasi

dalam 3 perspektif :
 1. PEOPLE
 2. PLANET
 3. PROFIT
“People”
 No hazardous work or child labour should be used
within the crop production chain (ILO 2002).
“Planet” :

Crops should not be grown on land allocated to nature


by national law or
regulations.

“Profit” :

When a genetically modified crop is present, or is


introduced in a region, it should not harm development
opportunities of other (non-GM-crop) growers.
INDIKATOR KEBERLANJUTAN (BOSCH et al., 2007)
 1. Science based.
 An indicator should be based on theoretical or
empirically quantified, statistically tested,
causal model of that part of the crop production
process it describes.
 2. Reproducible .
 The data needed to quantify the performance

indicator must be measurable with available


technology, reproducible and verifiable.
 3. Transparent .
 Performance indicators should be transparent

to the customers of agricultural products.


INDIKATOR KEBERLANJUTAN (BOSCH et al., 2007)
4. Manageable .
 This requirement for an indicator is

particularly important as implementation is


the ultimate goal. Particularly for routine
management, performance indicators should
be technically feasible, and easily used by
policy makers, assessing staff and by farmers
given their level of skill and motivation.
 5. Cost-effective .
 The cost of using indicators in terms of

finances, equipment, and human resources,


should be well within the farmers’ income and
the monitoring budget.

Anda mungkin juga menyukai