Anda di halaman 1dari 16

NAMA : KARTIKA PUTHI AZZAHRA

NIM : 2010012111106
KELAS : DELIK TERHADAP KEKAYAAN
MATA KULIAH : 1H/3C
Kejahatan terhadap harta kekayaan
Kejahatan terhadap harta kekayaan dalam KUHP terdapat pada
buku II tentang kejahatan: Bab XXII pencurian, Bab XXIII
Pemerasan dan Pengancaman; Bab XXIV Penggelapan; Bab XXV
Perbuatan curang; Bab XXVI merugikan orang berpiutang atau
yang mempunyai hak; Bab XXVII menghancurkan atau merusak
barang; Bab XXX penadahan. Kejahatan terhadap harta kekayaan
sendiri diartikan sebagai suatu penyerangan terhadap
kepentingan hukum orang atas benda milik orang lain. Setiap
tindak kejahatan memiliki unsur-unsur tersendiri, baik yang
subjektif atau objektif. Keberadaan Unsur-unsur tersebut menjadi
parameter seseorang terdakwa tertuduh melakukan tindak
pidana kejahatan
Perbedaan pokok antara macam-macam tindak pidana tersebut adalah:
• Pencurian (diefstal): mengambil barang orang lain untuk memilikinya.
• Pemerasan (afpersing); memaksa orang lain dengan kekerasan untuk
memberikan sesuatu.
• Pengancaman (afdreiging): memaksa orang lain dengan ancaman
untuk memberikan sesuatu.
• Penipuan (oplichting): membujuk orang lain dengan tipu muslihat
untuk memberikan sesuatu.
• Penggelapan barang (verduistering): memiliki barang bukan haknya
yang sudah ada di tangannya.
• Merugikan orang yang berpiutang: sebagai orang yang berpiutang
berbuat sesuatu terhadap kekayaan sendiri dengan merugikan si
berpiutang (creditor).
• Penghancuran atau perusakan barang: melakukan perbuatan terhadap
barang orang lain secara merugikan tanpa mengambil barang itu.
• Penadahan: menerima atau memperlakukan barang yang diperoleh
orang lain secara tindak pidana.
Pencurian
Menurut KUHAP delik pencurian dibedakan atas lima macam,
yaitu:
• Delik pencurian dalam bentuk pokok.
• Delik pencurian dengan unsur-unsur memberatkan.
• Delik pencurian ringan.
• Delik pencurian dengan kekerasan.
• Delik pencurian dalam keluarga.
• Delik pencurian dalam bentuk pokok.
Dalam psl 362 KUHP “barang siapa yang mengambil sesuatu,
yang seluruhnya atau sebagian punya orang lain dengan maksud
memiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian
dengan pidana 5 tahun atau denda paling banyak lima ratus
rupiah”. Pencurian dalam bentuk pokok ini mengandung unsur
objektif dan subjektif.
• Tindak pidana pencurian dengan unsur-unsur yang
memberatkan, diatur dalam pasal 363 KUHP.
Pencurian dalam tindak pidana pencurian dengan unsur
memberatkan mempunyai arti yang sama dengan pencurian
dalam bentuk pokok, akan tetapi pencurian itu ditambah unsur
lain yang telah tercantum pasal 363 KUHP yang bersifat
memberatkan pelaku, sehingga ancaman pidananya lebih berat
dari pidana pencurian dalam bentuk pokok, yaitu pidana penjara
selama-lamanya tujuh tahun. 
• Delik pencurian ringan yang diatur pada pasal 364 KUHP .
Yang berbunyi “perbuatan yang diterangkan pada pasal 362dan
pasal 363 butir ke 5 apabila tidak dilakukan didalam sebuah
rumah atau pekarangan tertutup yang ada dirumahnya, jika
harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh lima rupiah,
diancam dengan pencurian ringan dengan pidana paling lama
tiga bulan atau pidana denda dua ratus lima puluh rupiah”
Tentang ’nilai benda yang dicuri’ itu semula ditetapkan ’tidak
lebih dua puluh lima rupiah’, akan tetapi dengan Peraturan
Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 16 tahun 1960
tentang beberapa perubahan dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana telah diubah ’dua ratus lima puluh rupiah’.
• Delik pencurian dengan kekerasan diatur dalam pasal 365
KUHP.
Pencurian dengan unsur kekerasan ini termasuk suatu pencurian
dengan unsur-unsur memberatkan pula, yaitu yang disertai
kekerasan atau ancaman kekerasan. Pasal 364 ini mengatur satu
kejahatan, bukan dua kejahatan yang terdiri dari kejahatan
’pencurian’ dan ’pemakaian kekerasan terhadap orang’, ataupun
bukan merupakan suatu samenloop dari kejahatan ’pencurian’
dengan kejahatan ’pemakaian kekerasan terhadap orang’.
Menurut Prof. Simons, kekerasan itu tidak saja merupakan
sarana atau cara untuk melakukan pencurian, melainkan cukup
jika kekerasan tersebut terjadi ’sebelum’, ’selama’ dan ’sesudah’
pencurian.
• Delik pencurian dengan kekerasan diatur dalam pasal 365
KUHP.
Pencurian dengan unsur kekerasan ini termasuk suatu pencurian
dengan unsur-unsur memberatkan pula, yaitu yang disertai
kekerasan atau ancaman kekerasan. Pasal 364 ini mengatur satu
kejahatan, bukan dua kejahatan yang terdiri dari kejahatan
’pencurian’ dan ’pemakaian kekerasan terhadap orang’, ataupun
bukan merupakan suatu samenloop dari kejahatan ’pencurian’
dengan kejahatan ’pemakaian kekerasan terhadap orang’.
Menurut Prof. Simons, kekerasan itu tidak saja merupakan
sarana atau cara untuk melakukan pencurian, melainkan cukup
jika kekerasan tersebut terjadi ’sebelum’, ’selama’ dan ’sesudah’
pencurian.
• Delik pencurian dalam keluaga diatur dalam pasal 367 KUHP.
Menurut pasal 367 ayat 2 KUHP, apabila pelaku atau pembantu
dari pencurian dari pasal 362, 364, dan 365 adalah suami atau
istri dari si korban, dan mereka dibebaskan dari kewajiban
tinggal bersama, atau keluarga sedarah semenda, boleh
dilakukan penututan atas pengaduan si korban pencurian. Aduan
pada pencurian dalam keluarga ini termasuk delik aduan relatif,
yaitu kejahatan yang hanya dalam keadaan tertentu saja
merupakan delik aduan. Apabila suami-istri itu tidak dibebaskan
dari kewajiban tinggal bersama, maka menurut ayat 1 pasal 367
KUHP sama sekali tidak boleh dilakukan penuntutan. Akan tetapi,
ayat 3 pasal tersebut menyebutkan jika menurut adat-istiadat
garis ibu (matriarchaat dari daerah minangkabau) kekuasaan
bapak dilakukan oleh orang lain dari pada bapak, maka aturan
ayat 2 berlaku juga bagi orang itu.
Penggelapan
Dalam KUHP, Penggelapan dimuat dalam buku II bab XXIV yang oleh Van Haeringen
mengartikan Istilah Penggelapan ini sebagai “geheel donkermaken” atau sebagai
“uitstraling van lichtbeletten” yang artinya “membuat segalanya menjadi gelap”
atau “ menghalangi memancarnya sinar”. Sedangkan Lamintang dan Djisman
Samosir mengatakan akan lebih tepat jika istilah Penggelapan diartikan sebagai
“penyalah gunaan hak” atau “penyalah gunaan kekuasaan”. Akan tetapi para sarjana
ahli hukum lebih banyak menggunakan kata “Penggelapan“.Penggelapan adalah
kejahatan yang hampir sama dengan pencurian yang dijelaskan dalam pasal 362.
hanya saja pada pencuriaan barang yang dimiliki itu masih belum berada di tangan
pelaku dan masih harus diambilnya, sedang pada penggelapan waktu dimilikinya
barang itu sudah ada di tangan pelaku tidak dengan jalan kejahatan. Menurut KUHP
tindak pidana penggelapan dibedakan atas lima macam, yaitu:
• tindak pidana penggelapan dalam bentuk pokok.
• tindak pidana penggelapan ringan.
• tindak pidana penggelapan dengan unsur-unsur yang memberatkan.
• tindak pidana penggelapan oleh wali dan lain-lain.
• tindak pidana penggelapan dalam keluarga.
• Penggelapan dalam bentuk pokok.
Penggelapan dalam bentuk pokok dijelaskan dalam pasal 372
yakni “barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum,
memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya
bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan
pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda
paling banyak sembilan ratus rupiah”. Penggelapan yang
dicantumkan dalam pasal di atas oleh R. Soesilo disebut dengan
“Penggelapan Biasa”. 
• Penggelapan ringan.
Penggelapan ringan, diatur pada pasal 373, yaitu Penggelapan
biasa (pasal 372), jika yang digelapkan itu bukan binatang ternak
(hewan) dan barang yang harganya tidak lebih dari Rp. 250.
Dengan demikian maka penggelapan hewan, Penggelapan
barang yang harganya lebih dari Rp. 250 , Penggelapan barang
yang tidak dapat dinilai harganya, Penggelapan dengan
pemberatan pasal 374 dan 375 KUHP, meskipun harga barang
yang digelapkan kurang dari Rp, 250, itu tidak masuk Dalam
penggelapan ringan. 
• Penggelapan dalam bentuk diperberat.
Dalam pasal 374 dijelaskan bahwa “Penggelapan yang dilakukan
orang yang penguasaannya terhadap orang disebabkan karena
hubungaan kerja atau karena unsur pencarian atau karena
mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidana 5 tahun”. 
• Penggelapan ringan.
Penggelapan ringan, diatur pada pasal 373, yaitu Penggelapan
biasa (pasal 372), jika yang digelapkan itu bukan binatang ternak
(hewan) dan barang yang harganya tidak lebih dari Rp. 250.
Dengan demikian maka penggelapan hewan, Penggelapan
barang yang harganya lebih dari Rp. 250 , Penggelapan barang
yang tidak dapat dinilai harganya, Penggelapan dengan
pemberatan pasal 374 dan 375 KUHP, meskipun harga barang
yang digelapkan kurang dari Rp, 250, itu tidak masuk Dalam
penggelapan ringan. 
• Penggelapan dalam bentuk diperberat.
Dalam pasal 374 dijelaskan bahwa “Penggelapan yang dilakukan
orang yang penguasaannya terhadap orang disebabkan karena
hubungaan kerja atau karena unsur pencarian atau karena
mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidana 5 tahun”. 
• Penggelapan oleh wali dan lain-lain.
Dalam pasal 375 dijelaskan bahwa “Penggelapan yang dilakukan
oleh orang yang karena terpaksa diberi barang untuk disimpan,
atau yang dilakukan oleh wali pengampu, pengurus atau
pelaksana surat wasiat, pengurus lembaga sosial atau yayasan,
terhadap barang sesuatu yang dikuasainya selaku demikian,
diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun”.\
• Penggelapan dalam keluarga.
Tindak pidana penggelapan dalam keluarga disebut juga delik
aduan relatif dimana adanya aduan merupakan syarat untuk
melakukan penuntutan terhadap orang yang oleh pengadu
disebutkan namanya di dalam pengaduan. Dasar hukum delik ini
diatur dalam pasal 376 yang merupakan rumusan dari tindak
pidana pencurian dalam kelurga sebagaimana telah diatur dalam
pembahasan tentang pidana pencurian, yang pada dasarnya
pada ayat pertama bahwa keadaan tidak bercerai meja dan
tempat tidur dan keadaan tidak bercerai harta kekayaan
merupakan dasar peniadaan penuntutan terhadap suami atau
istri yang bertindak sebagai pelaku atau yang membantu
melakukan tindak pidana penggelapan terhadap harta kekayaan
istri dan suami mereka.
Pada ayat yang kedua, hal yang menjadikan penggelapan sebagai
delik aduan adalah keadaan di mana suami dan istri telah pisah
atau telah bercerai harta kekayaan. Alasannya, sama halnya
dengan pencurian dalam keluarga yang dilakukan oleh suami
atau istri terhadap harta kekayaan suami mereka, yaitu bahwa
kemungkinan harta tersebut adalah harta bersama yang didapat
ketika hidup bersama atau yang lebih dikenal dengan harta gono-
gini yang mengakibatkan sulitnya membedakan apakah itu harta
suami atau harta istri. Oleh karena itu, perceraian harta
kekayaan adalah yang menjadikan tindak pidana penggelapan
dalam keluarga sebagai delik aduan.

Anda mungkin juga menyukai