Anda di halaman 1dari 133

UTAMAKAN

KESELAMATAN
DAN KESEHATAN
KERJA

AWAS LISTRIK
BISA MATI
PERSYARATAN K3 LISRIK

PEMASANGAN & PEMELIHARAAN


INSTALASI PERLENGKAPAN DAN
PERALATAN LISTRIK
instalasi penyalur petir

TRANSMISI
Tujuan
Diharapkan agar melalui
Perencanaan , Pemasangan &
Pemeliharaan instalasi perlengkapan
dan peralatan listrik di TRANSMISI
Calon Pengawas/ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik .
SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK

Trafo Generator
275/500kV

Pembangkit
(PLTA, PLTU, PLTD) Sistem Distribusi
Diatas 1 MW 380/220 Volt

Konsumen 380/220 Volt

Transmisi
Tegangan Menengah
20 kV (SUTM)

Transmisi
SUTT (70-150 kV)
SUTET (275–500 kV)

Transformer 20 kV/380 Volt

Gedung Kontrol
Gardu Induk & Penurun Tegangan
500/275 kV, 70/20 kV
10/26/21 Created by ganjar budiarto 5
PLTU TRANSMISI DISTRIBU PEMAK
PLTG SI AI
PLTGU SUTET 500 kV SUTM 30 kV
PLTP SUTT 150 kV SUTM 20 kV KTR
PLTA SKTT 150 kV SKTM 20 kV KTM
PLTD SUTT 70 Kv SUTT 6 Kv KTT
SUTR 230
Volts
150 kV
INDUSTRI

PLTA
PLTD
PLTP 20 kV
PLTG BISNIS
PLTU
TRAFO GI TRAFO GI
PLTGU 20/150 kV 150/20 kV
RUMAH
220 V
PUBLIK
TRAFO SOSIAL
DISTRIBUSI

PEMBANGKITAN TRANSMISI/DISTRIBUSI PEMANFAATAN


Instalasi tenaga listrik tenaga listrik terdiri atas:
1. Instalasi penyediaan tenaga listrik, meliputi: 2. Instalasi pemanfaatan tenaga listrik, meliputi:
a. Instalasi pembangkit tenaga listrik; a. Instalasi pemanfaatan tegangan tinggi;
b. Instalasi transmisi tenaga listrik; dan b. Instalasi pemanfaatan tegangan menengah; dan
c. Instalasi distribusi tenaga listrik. c. Instalasi pemanfaatan tegangan rendah.

8
Kesetimbangan
Kesetimbangan beban
beban dan
dan pembangkitan
pembangkitan
49 50 51
52  Frekuensi sistem (hertz)
48 hertz
menunjukkan keseimbangan
sesaat antara daya nyata
(MW) yang dibangkitkan
dengan daya nyata (MW) yang
MW MW dikonsumsi beban.
dikonsumsi beban dibangkitkan 
Pada saat daya nyata yang
dibangkitkan = daya nyata
yang dikonsumsi beban,
frekuensi = 50 hertz.

PT. PLN (PERSERO) UIP2B


UIP2B
UP2B JAWA BARAT
Pengaturan
Pengaturan Frekuensi
Frekuensi Sistem
Sistem
49 50 51
52
48 hertz
 Pada saat daya nyata yang
dibangkitkan > daya nyata
MW
yang dikonsumsi beban,
dikonsumsi beban frekuensi > 50 hertz.
 Mengurangi daya (MW) yang
MW
dibangkitkan dibangkitkan, agar frekuensi
kembali ke 50 hertz.

PT. PLN (PERSERO) UIP2B


P2B
UI10
UP2B JAWA BARAT
Pengaturan
Pengaturan Frekuensi
Frekuensi Sistem
Sistem
49 50 51
52
48 hertz
 Pada saat daya nyata yang
dibangkitkan < daya nyata
yang dikonsumsi beban,
frekuensi < 50 hertz.
MW
dibangkitkan
 Menambah daya (MW) yang
MW dibangkitkan, agar frekuensi
dikonsumsi beban kembali ke 50 hertz.

PT. PLN (PERSERO) UIP2B


P2B
UI11
UP2B JAWA BARAT
Strategi Pengaturan
Frekuensi (Skema Load
Hz
Shedding)
50,50
50,20 Normal operation, 50 + 0,2 Hz
50,00 Excursion, + 0,5 Hz, brown-out
49,80 Df/dt - 1,0 Hz/s LS T 5,6,7+ 788 (1969 MW)
49,50 Df/dt + 0,8 Hz/s LS T 5,6,7+ 788 (1575MW)
49,10 Load shedding scheme A & B ( 394 MW & 394 MW)
Df/dt + 0,6 Hz/s LS T 5,6,7+ 788 (1181 MW)
49,00
Load shedding tahap 1 to 7 ( 2756 MW )
48,40
48,30
Islanding operation, 48,30 - 48,00 Hz
48,00

47,50 Host load of power plant or generator

12
KONFIGURASI SUBSISTEM BANDUNG SELATAN & NEW UJUNGBERUNG

SRAGI

BDSLN KRCDG RCKEK WWNDU

LBSTU BGBRU
~
2x115 MW
CNJUR

KMJNG
PNSIA
BDSLN
~
1X30 MW
SGLNG 2x55 MW

MDRCN
1X35 MW
NUBRG ~ 1x61 MW
CBREM BRAGA
CKSKA DRJAT
~
1x55 MW
NRCBA GARUT

LGDAR
UJBRG RCKBA

~ ~
DRJAS
1X95 MW
1x115 MW

CGRLG MDRCN

BDTMR DGPKR

BDUTR
MJLYA CKLNG LMJAN SMDNG

~ SNTSA

PRKAN

~
SMDRA PMPEK

PLNGN

~
PROTEKSI GARDU INDUK
GARDU INDUK
KONVENSIONAL
Gardu induk konvensional adalah kumpulan
peralatan-peralatan listrik tegangan tinggi yang
berfungsi untuk menyalurkan daya listrik.
Gardu Induk Tegangan Tinggi
Peralatan Listrik di Gardu Induk Konvensional

A. Primary Power Line 6.Pemutus tenaga


1.Saluran primer 7.CT (Current Transformer)
8.LA (Lightning Arrester)
2.Ground Wire 9.Transformator
3.Saluran Udara 10.Ruang control
4.PT/ CVT 11.Pagar 16
5.PMS pemutus hubungan
B. Secondary Power Line
LA
PMT CT PT PMS
PERALATAN BANTU UKUR
 POTENSIAL TRANSFORMATOR
(PT)
 CURRENT TRANSFORMER (CT)
 SHUNT RESISTOR
 SELEKTOR-AMP SWITCH
 SELEKTOR VOLT SWITCH

23
SKALA ALAT UKUR
(contoh)

24
Diagram Pengawatan
Amper Meter Dengan CT

25
Diagram Pengawatan
Volt Meter Langsung

26
Diagram Pengawatan
Volt Meter Dengan CT

27
 Berfungsi sebagai pusat aktifitas
pengoperasian gardu induk.

Gambar 15 :
Gedung Kontrol GIS

 Pada gedung kontrol inilah


operator bekerja mengontrol
dan mengoperasikan komponen-
komponen yang ada di gardu
induk. Gambar 16 :
Gedung Kontrol GI Konvensional
30
• Tegangan transformator daya
sebesar 150/20 kV
• Rating daya transformator sebesar
60 MVA
MYANMAR : 3 x 33.3 MVA 1 PH 230kV

Equipped with built in short circuit limiting reactor


30
 Adalah sistem switchgear untuk
tegangan menengah (20KV) yang
berasal dari output trafo daya,
yang selanjutnya diteruskan ke
konsumen melalui penyulang
(feeder) yang tersambung
(terhubung) dengan cubicle
tersebut.
 Dari penyulang (feeder) inilah
listrik disalurkan (didistribusikan)
ke pusat-pusat beban.
 Komponen dan rangkaian cubicle,
antara lain :
 Panel penghubung (couple).
 Incoming cubicle.
 Circuit breaker (CB) dan
Current Transformer (CB).
Gambar 21 :
 Komponen Proteksi dan
Cubicle 20 KV (HV Cell 20 KV) pengukuran.
 Bus sections.
 Feeder atau penyulang.
35
NFB 1.200 A

Rel
Pembagi

NH Fuse/HRC
Rel Netral/
Pembumian

Gambar 2.4 – PHB-TR 6 Jurusan


Instalasi Pasangan Dalam
Jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke Sambungan Masuk
C. Pembumian Pada Konsumen
Pelayanan (SMR)
D. Pembumian pada APP dan instalasi rumah 1 fasa
6) Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7) Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8) Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
9) Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt
Pada tipe ini, sisi sekunder (output) trafo distribusi
terhubung star, dimana saluran netral diambil dari titik
bintangnya. Seperti halnya pada sistem tiga fasa yang
lain, disini perlu diperhatikan keseimbangan beban
antara ketiga fasanya dan disini terdapat dua alternatif
besar tegangan.
Gambar 2.30 - Sistem distribusi tiga fasa empat kawat 220/380 Volt
Berdasarkan penggunaan dan daerah kerjanya, MCB dapat
digolongkan menjadi 5 jenis yaitu :

1. Tipe Z (rating dan breaking capacity kecil) :

Digunakan untuk pengaman rangkaian semikonduktor dan trafo-


trafo yang sensitif terhadap tegangan.

2. Tipe K (rating dan breaking capacity kecil) :

Digunakan untuk mengamankan alat-alat rumah tangga.

3. Tipe G (rating besar) untuk pengaman motor.

4. Tipe L (rating besar) untuk pengaman kabel atau jaringan.

5. Tipe H untuk pengaman instalasi penerangan bangunan


39
Manfaat Listrik
menerangi sampai ke kampung - kampung
Manfaat Listrik
Mendorong pertumbuhan perekonomian,
kota yang sepi semakin ramai
Listrik merupakan kebutuhan utama
DIKOTA PARIWISATA
Gambar 1.1 - Ruang Lingkup Sistem Tenaga Listrik
LOAD PROFILE

44
JAVA BALI LOAD PROFILE 45
INSTALASI PENYEDIA

DOMESTIK

INDUSTRI
INSTALASI PEMANFAATAN
DASAR HUKUM : antara lain

 UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;


 UU NO.1 Tahun 1970 tentang K3
 UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
 UU No.23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup

 PP NOMOR 51 TAHUN 1993 TENTANG ANALISA


MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN;

 Standard Nasional Indonesia ( SNI ) ; PUIL


 Standar Material/Peralatan/Komponen Instalasi Listrik
dari Perusahaan Listrik. ( SPLN )
G
Kebijakan nasional Kebijakan nasional
dalam hal upaya Teg.Tinggi/ dalam hal
menjamin penyediaan
tempat kerja tenaga listrik
yang Aman dan Teg.Ekst.Tingi (pengusahaan)
lingkungan yang yang Andal, Aman
Sehat dan
Teg.Menengah/ Akrap lingkungan

Teg.Rendah
M

Tempat kerja Bukan tempat kerja


KESELAMATAN
KETENAGALISTRIKAN
Setiap usaha ketenagalistrikan
wajib memenuhi ketentuan
Keselamatan ketenagalistrikan
(Andal, Aman & Ramah
Lingkungan)
Setiap peralatan dan Setiap instalasi tenaga listrik
pemanfaat tenaga listrik yang beroperasi wajib
wajib memenuhi ketentuan memiliki Sertifikat Laik
Standar Nasional Indonesia Operasi.

Setiap badan usaha


Setiap tenaga teknik dalam
penunjang tenaga listrik
usaha ketenagalistrikan wajib
wajib memiliki sertifikat
memiliki sertifikat
Badan Usaha
kompetensi
Setiap kegiatan usaha
ketenagalistrikan wajib
memenuhi
ketentuan yang disyaratkan
dalam peraturan perundang-
undangan
di bidang lingkungan hidup
49
Pendahuluan
Listrik menjadi salah satu kebutuhan utama bagi penunjang
dan pemenuhan kebutuhan hidup umat manusia.
Tantangan yang dihadapi pada masa kini, antara lain :
a. bagaimana menemukan sumber energi baru, mendapat
kan sumber energi yang pada dasarnya tidak akan
pernah habis untuk masa mendatang;
b. menyediakan energi dimana saja diperlukan, dan
mengubah energi dari satu ke lain bentuk, serta
memanfaatkannya tanpa menimbulkan pencemaran
yang dapat merusak lingkungan hidup kita.
Listrik merupakan salah satu bentuk energi yang praktis
dan sederhana, mudah disalurkan dan mudah diubah
kedalam bentuk energi lain, dan bersih (ramah
lingkungan).
Pengawasan Instalasi Listrik
Intalasi listrik merupakan objek pengawasan dibidang K3,
sesuai UU No 1 Tahun 1970, sebagai berikut :
• Tujuan K3 dalam UU Nomor : 1 tahun 1970, yaitu
melindungi tenaga kerja dan orang lain, sumber
produksi /peralatan dan lingkungan masyarakat;
• Amanat Undang-undang No 1 tahun 1970 yang
berkaitan dengan instalasi listrik seperti pasal 2 ayat (2)
huruf q pasal 3 ayat (1) huruf a dan n;
• Persyaratan administarasi dan teknis diatur dalam
Permenaker No. 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja;
Pelaksanaan K3 listrik sebagaimana dimaksud
bertujuan untuk :
a.melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja dan orang lain yang berada didalam
lingkungan tempat kerja dari potensi bahaya listrik;
b.menciptakan instalasi listrik yang aman, handal
dan memberikan keselamatan bangunan beserta
isinya; dan
c.Menciptakan tempat kerja yang selamat dan
sehat untuk mendorong produktivitas.
Persyaratan Umum
a) Ketentuan Umum Instalasi Listrik.
 Pelaksanaan K3 listrik sebagaimana dimaksud merupakan
pelaksanaan persyaratan K3 yang meliputi :
a. perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan,
pemeliharaan;
b. pemeriksaan dan pengujian.
Yang dilaksanakan pada kegiatan :
 pembangkitan listrik;
 transmisi listrik;
 distribusi listrik; dan
 pemanfaatan listrik;
yang beroperasi dengan tegangan lebih dari 50 (lima puluh) volt
arus bolak balik atau 120 (seratus dua puluh) volt arus
searah.
Persyaratan Umum (lanjutan)
 Kegiatan perencanaan, pemasangan, penggunaan,
perubahan, dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud yang
dilaksanakan pada kegiatan pembangkitan, transmisi,
distribusi dan pemanfaatan listrik wajib mengacu kepada
standar bidang kelistrikan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Kegiatan sebagaimana dimaksud dilakukan terhadap instalasi,
perlengkapan, dan peralatan listrik.
Standar bidang kelistrikan sebagaimana dimaksud pada meliputi
:
a. Standar Nasional Indonesia;
b. Standar Internasional; dan/atau
c. Standar Nasional Negara lain yang ditentukan oleh
Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik.
Pengertian Instalasi Transmisi Tenaga Listrik
 Instalasi transmisi tenaga listrik adalah saluran tenaga
listrik beserta peralatan/kelengkapannya yang terpasang
baik didalam maupun diluar bangunan, untuk penyaluran
tenaga listrik dari sistem pembangkitan ke konsumen.
 Menurut Undang Undang No. 30 tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan :
1) Instalasi Penyediaan Tenaga Listrik adalah instalasi
tenaga listrik yang digunakan untuk pengadaan tenaga
listrik meliputi instalasi pembangkitan, instalasi transmisi,
dan instalasi distribusi tenaga listrik.
2) Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik adalah instalasi
tenaga listrik yang digunakan untuk pemanfaatan tenaga
listrik oleh konsumen akhir.
Merancang, memasang, memeriksa atau menguji dan
memelihara instalasi listrik :
1.Harus menggunakan tenaga kerja yang mempunyai
Sertifikat Kompetensi sesuai bidang kerjanya;
(UU Nomor : 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
Pasal 44 ayat 1);
2.Wajib memenuhi ketentuan keselamatan dan kesehatan
bagi tenaga kerjanya pada tempat kerja pemasangan
instalasi listrik;
3.Pemasangan rambu bahaya dan papan pemberitahuan;
4.Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik;
5.Bertanggung jawab.
PRINSIP DASAR INSTALASI
TRANSMISI TENAGA LISTRIK
 Keandalan adalah andal secara elektrik
(instalasi bekerja pada nilai nominal tanpa
menimbulkan kerusakan) maupun mekanik.
Keandalan juga menyangkut ketepatan pada
pengaman jika terjadi gangguan.

 Ketercapaian adalah pemasangan peralatan


instalasi yang mudah dijangkau oleh pengguna.

 Ketersediaan adalah kesiapan suatu instalai


melayani kebutuhan, baik gawai, daya maupun
perluasan instalasi.
62
PRINSIP DASAR INSTALASI
TRANSMISI TENAGA LISTRIK
(lanjutan)
 Keindahan adalah kerapihan pemasangan
sesuai dengan standard dan ketentuan yang
berlaku.
 Keamanan adalah secara elektrik aman bagi
manusia, ternak dan barang lainnya.

 Ekonomis adalah biaya yang dikeluarkan untuk


instalasi harus sehemat mungkin, tetapi tidak
mengurangi kualitas suatu instalasi.

63
Tujuan
Tujuan Operasi
Operasisistem
sistem Tenaga
TenagaListrik
Listrik
Optimasi biaya
pengoperasian tenaga
listrik tanpa melanggar
batasan keamanan & mutu.
EKONO
Kemampuan Sistem untuk
menghadapi kejadian yang tidak
MI
direncanakan,tanpa terjadi
pemadaman Tolok ukurnya
kontinyuitas penyaluran daya

KEANDA MUTU
LAN Kemampuan sistem untuk
(SEKURI menjaga agar semua batasan
operasi terpenuhi.Tolok ukur
TI)
Teg & Frek.
Instalasi listrik harus diperiksa dan diuji sebelum dioperasi-
kan dan/atau setelah mengalami perubahan penting untuk
membuktikan bahwa pekerjaan pemasangan telah dilaksa-
nakan sebagaimana semestinya.
Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud wajib
dilakukan pada perencanaan, pemasangan, penggunaan,
perubahan, dan pemeliharaan untuk kegiatan pembangkit-
an, transmisi, distribusi dan pemanfaatan listrik, mengacu
kepada standar bidang kelistrikan dan peraturan
perundang-undangan.
Pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh :

a.Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik;


b.Ahli K3 bidang Listrik pada Perusahaan; dan/atau
c.Ahli K3 bidang Listrik pada PJK3.
1. Jenis-jenis pekerjaan pemasangan
instalasi listrik di sistem transmisi tenaga
listrik, yang meliputi :
 Jenis Komponen pada Transmisi (T1.1a,
T1.1b, T1.1c);
 Perlengkapan dan Peralatan Transmisi
(T1.2);
 Asesories pada Transmisi (T1.3);
 Ruang Lingkup Pemasangan Konstruksi
dan Pondasi (T1.4).
Bentuk pekerjaan pemasangan instalasi
listrik di sistem transmisi tenaga listrik,
dapat berupa pekerjaan :
Mekanik;
Struktur Sipil;
Instalasi Listrik.

TAYANGAN KOMPONEN DAN ASESORIES


SUTT/SUTET
2. Checklist pekerjaan pemasangan di
transmisi Tenaga Listrik, yang meliputi :
 Instalasi Listrik;
 Perlengkapan Listrik;
 Peralatan Listrik;
 Instrumentasi/Proteksi/Control.
Checklist Pekerjaan Pemasangan Transmisi :
o T2.1 : PEA Checklist for Transmission Line and
Substation Projects.
o T2.2 : SPLN 121-1996 Konstruksi SUTT dengan tiang
Pole.
3. Prosedur Penilaian Kerja pada Sistem
Transmisi (Work Assesment), meliputi :
 Instalasi Listrik;
 Perlengkapan Listrik;
 Peralatan Listrik;

 Work Assesment Pemasangan Transmisi.


(Contoh : Form T3.1).
4. Penyusunan Standard Pemasangan yang
aman di Transmisi, yang meliputi :
 Instalasi Listrik;
 Perlengkapan Listrik;
 Peralatan Listrik;

 Penyusunan Standar Pemasangan yang


Aman pada Transmisi.
(Contoh : T4.1 : Planning and preparation before starting
work).
5. Teknik analisis potensi bahaya pada
kegiatan pemasangan instalasi listrik di
Sistem transmisi Listrik ( JSA, JSO, )
 Teknik JSA dan JSO;
Contoh : T5.1 : Newmount Transmission inspection
(POWER HOUSE DEPARTMENT)
 Bekerja pada ketinggian.
Contoh : T5.2 : TEKNIK MEMANJAT TOWER.
6. Format analisis potensi bahaya pada
kegiatan pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem transmisi Listrik.
 Format Analisa Potensi Bahaya.
Contoh : T6.1 : Identify hazards
7. Jenis dan persyaratan K3 peralatan (alat
kerja dan alat pelindung diri) yang
digunakandalam proses pemasangan di
Sistem Transmisi Tenaga Listrik.
 Jenis dan Persyaratan peralatan K3.
Contoh : T7.1 : Alat kerja dan alat pelindung diri
8. Checklist pemeriksaan dan pengujian
peralatan listrik dan alat kerja dan alat
pelindung diri yang digunakan dalam
proses pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem transmisi Tenaga Listrik.
 Checklist Pemeriksaan dan Pengujian.
Contoh :
9. Persyaratan keselamatan kegiatan
pemasangan di Sistem transmisi Tenaga
Listrik, yang meliputi :
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik.
 Persyaratan Keselamatan Kerja
Pemasangan.
T9.1 : Persyaratan Keselamatan Pemasangan.
T9.2 : Prosedur Kerja pada Tegangan Tinggi
11. Penyesuaian pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralataan listrik dengan
perencanaan.
 Kesesuaian Pemasangan dengan
Perencanaan.
Contoh : T11 : Kesesuaian Pemasangan
14. Checklist pemeriksaan dan pengujian hasil
pemasangan di Sistem Transmisi Listrik,
yang meliputi :
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik.
 Checklist Pemeriksan dan Pengujian hasil
Pemasangan.
Contoh :
15. Prosedur aman untuk pelaksanaan
Komisioning instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik ditransmisi, yang meliputi :
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik.
 Prosedur aman untuk pelaksanaan
komissioning.
Contoh :
16. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning
instalasi, perlengkapan dan peralatan
listrik di transmisi, yang meliputi :
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik.
 Checklist pemeriksaan pelaksanaan
komissioning.
Contoh :
17. Tindakan tanggap darurat dalam
pemasangan instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik ditransmisi, yang meliputi :
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik.
 Tindakan tanggap darurat dalam
pemasangan.
Contoh : T17 : Emergency Response
19. Contoh Dokumen sertifikasi perlengkapan
peralatan.
 Dokumen sertifikasi teknisi K3 listrik.
Contoh :
20. Checklist identifikasi sertifikasi
perlengkapan dan peralatan listrik yang
akan dipasang.
 Checklist identifikasi sertifikasi
perlengkapan
Contoh :
21. Contoh Dokumen sertifikasi Akhli /teknisi
K3 listrik.
 Contoh dokumen sertifikasi Ahli/Teknisi K3
Listrik.
Contoh :
22. Checklist identifikasi sertifikasi dan kartu
kewenangan dan lisensi lembaga/SDM.
 Checklist identifikasi sertifikasi SDM.
Contoh :
PENGELOLAAN K-3 Tahap VII

Demolition
Tahap VI
Operation &
Maintenance
Tahap V
Commissioning
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN & Start-Up
KESEHATAN KERJA
Tahap IV
Equipment
Procurement
Tahap IIIand Constr.
Detailed
TAHAP IIEngineering
Basic
Engineering K3 INTERVENSI
TAHAP I PADA SETIAP
CONCEPTUAL TAHAPAN
ENGINEERING
PROSES
PEKERJAAN
TAHAP
PENGELOLAAN K-3
Tahap Kegiatan
TAHAP I TAHAP II Tahap III Tahap IV Tahap V Tahap VI Tahap VII
Equipment
CONCEPTUAL Basic Detailed ProcurementCommissioning Operation &
ENGINEERING Engineering Engineering and Constr. & Start-Up Maintenance Demolition

Aspek Keselamatan harus telah dimulai sejak


proyek dirancang dengan mempertimbangkan
Keselamatan dalam pembangunan atau
pengoperasiannya.
•Safety Review
•AMDAL
TAHAP
PENGELOLAAN K-3
Tahap Kegiatan
TAHAP I TAHAP II Tahap III Tahap IV Tahap V Tahap VI Tahap VII
Equipment
CONCEPTUAL Basic Detailed ProcurementCommissioning Operation &
ENGINEERING Engineering Engineering and Constr. & Start-Up Maintenance Demolition

Dilakukan Analisa Keselamatan


terhadap rancangan Proyek
dengan mengidentifikasi potensi
Bahaya serta standar dan
perundangan yang terkait dengan
rancangan
• What If Analysis
88
TAHAP
PENGELOLAAN K-3
Tahap Kegiatan
TAHAP I TAHAP II Tahap III Tahap IV Tahap V Tahap VI Tahap VII
Equipment
CONCEPTUAL Basic Detailed ProcurementCommissioning Operation &
ENGINEERING Engineering Engineering and Constr. & Start-Up Maintenance Demolition

Dilakukan Analisa Keselamatan lebih


rinci setelah rancangan detail konstruksi
selesai dan ada rincian peralatan dan
sistim yang akan digunakan terhadap
rancangan Proyek
• Hazops
• What If Analysis
• Quantitative Risk Analysis
89
TAHAP
PENGELOLAAN K-3
Tahap Kegiatan
TAHAP I TAHAP II Tahap III Tahap IV Tahap V Tahap VI Tahap VII
Equipment
CONCEPTUAL Basic Detailed ProcurementCommissioning Operation &
ENGINEERING Engineering Engineering and Constr. & Start-Up Maintenance Demolition

Penerapan K3 dalam
kegiatan fisik konstruksi
dengan menerapkan
manajemen K3 proyek :

-Safety Audit
-Safety Review
90
TAHAP
PENGELOLAAN K-3
Tahap Kegiatan
TAHAP I TAHAP II Tahap III Tahap IV Tahap V Tahap VI Tahap VII
Equipment
CONCEPTUAL Basic Detailed ProcurementCommissioning Operation &
ENGINEERING Engineering Engineering and Constr. & Start-Up Maintenance Demolition

Sebelum fasilitas dijalankan


dan konstruksi dinyatakan
selesai diadakan kajian ulang
untuk meyakinkan standar
keselamatan yang ada untuk
fasilitas tersebut sudah
memenuhi :
- Pre Start-up Safety Review
91
TAHAP
PENGELOLAAN K-3
Tahap Kegiatan
TAHAP I TAHAP II Tahap III Tahap IV Tahap V Tahap VI Tahap VII
Equipment
CONCEPTUAL Basic Detailed ProcurementCommissioning Operation &
ENGINEERING Engineering Engineering and Constr. & Start-Up Maintenance Demolition

Penerapan K3 dalam operasi


(Operational Safety) sesuai
ketentuan yang berlaku untuk
kegiatan yang bersangkutan
- Training safety
- Safety meeting
- Safety patrol
- Inspeksi
- JSO 92
PROTEKSI BAHAYA
“JARAK AMAN”
Jarak aman atau diluar jangkauan :
TEGANGAN
JARAK (cm)
(KV)
1 50
12 60
20 75
70 100
150 125
220 160
500 300
95
66 kV PUIL 87

21.85

9.10  9.10  96
18.30  18.30 
150 kV PUIL 87

29.

12.50  12.50  97
23.30  23.30 
500 kV PUIL 87

30.50

16  16  98
26  26 
UTAMAKAN
KESELAMATAN
DAN KESEHATAN
KERJA

AWAS LISTRIK
BISA MATI

PERSYARATAN - K3
PEMASANGAN INSTALASI
PERLENGKAPAN DAN PERALATAN
TRANSMISI

BY : DJOKO MULYADI - 2017


UTAMAKAN
KESELAMATAN
DAN KESEHATAN
KERJA

AWAS LISTRIK
BISA MATI

PERSYARATAN - K3
PEMASANGAN & PEMELIHARAAN
INSTALASI PERLENGKAPAN &
PERALATAN
TRANSMISI
JOB SAFETY ANALY SIS :
APP/ APB : ..... ... ....... .......... .......... .......... ....................... ..
LOKASI : .. ...... .... ...... .......... ....... .......... .......... .......... ....
TANGG AL : ......... .... ...... .......... ....... .......... .... ...... .... ...... ..
KONDISI PERALAT AN : BEBAS TEGANG AN / BERTEG ANGAN
NAMA PEKERJAAN : ... ...... .... ....... .......... .......... .......... .......... ........

NO TAH AP AN PEKERJAAN POTENSI BAH AYA PENGENDALIAN


1
1
2

1
2
2

1
3
2

1
4
2

1
5
2

Diusulkan oleh pihak-3

Dianalis a oleh : SPV J ARGI ( ……. ....... .....……..……………. )

Diperiksa oleh : Pengawas K3 ( …………..... .... ....……………… )

Dis etujui : AS MAN..HASET BC PURWOKERT / TEGAL ( …………... ..........……………….)


JOB SAFETY ANALY SIS :
APP/APB : ........ .... .......................... ................................

LOKASI : .................................................................... .
TANGGAL : ............................................................... .....
KONDISI PERALAT AN : BEBAS TEGANGAN / BERTEGANGAN
NAMA PEKERJAAN : .......................... ..........................................

NO TAH AP AN PEKERJAAN POTENSI BAH AYA PENGENDALIAN


1
1
2

1
2
2

1
3
2

1
4
2

1
5
2

Diusulkan oleh pihak-3

Dianalis a oleh : SPV J ARGI ( …….............……..……………. )

Diperiksa oleh : Pengawas K3 ( ………….............……………… )

Dis etujui : AS MAN..HASET BC PURWOKERT / TEGAL ( …………...... .......……………….)


KONSTRUKSI JARINGAN
SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH
7. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)

7.1 Konsep Perencanaan


Saluran Kabel tanah Tegangan Menengah (SKTM) dipakai
pada hal‐hal khusus :
a. Daerah padat beban tinggi;
b. Segi estetika;
c. Jenis Pelanggan Kritis;
d. Permintaan khusus.

Pada tingkat keandaan kontinuitas sedikitnya tingkat–3, Kabel


tanah digunakan untuk pemakaian :
a) Kabel Keluar (Opstik kabel dari pembangkit/GI ke tiang
SUTM);
b) Kabel Tee‐Off dari SUTM ke gardu beton;
c) Penyeberangan sungai, jalur kereta api.
Konfigurasi jaringan kabel tanah didesain dalam bentuk
loop (Radial Open Loop), sebaiknya dengan sesama kabel
tanah. Apabila “Loop” dengan hanya satu penyulang, maka
pembebanan kabel hanya 50 %. Jika sistem memakai
penyulang cadangan dapat dibebani 100 % kapasitas.
Bentuk konfigurasi yang umum adalah :
•Struktur spindel, minimal 2 penyulang berbeban dan satu
penyulang cadangan/tanpa beban;
•Struktur Kluster;
•Spotload untuk pelanggan dengan beban lebih besar
daripada kapasitas kabel;
•“Loop” antara 2 penyulang baik dari 1 sumber pembangkit
atau dari sumber yang berbeda (Fork system);
7.2 Proteksi Jaringan SKTM

Proteksi jaringan kabel tanah hanya dilindungi dari 2


penyebab gangguan, gangguan fasa‐fasa dan
gangguan fasa‐tanah. Relai terpasang pada kubikel
20 kV di Gardu Induk, relai tipe arus lebih, fase‐fase
dan arus lebih hubung tanah dengan karakteristik
sesuai kebutuhan (Inverse). Jenis kabel yang dipakai
adalah multicore atau single core belted cable dengan
copper screen. Cooper screen pada terminal Gardu
Induk dan atau Gardu
Distribusi dapat dibumikan atau tidak, sesuai dengan
konsep proteksinya dengan kemampuan dialiri arus listrik
1000 Ampere selama 1 detik. Sambungan kabel dengan
saluran udara Tegangan Menengah dipasang Lightning
Arrester untuk melindungi kabel akibat surja petir dengan
nilai arus pengenal 10 kA pada tiang pertama dan ujung
serta 5 kA pada tiang tengah. Tambahan pemakaian fused
cut out dapat dipertimbangkan sesuai kebutuhan. Untuk
sambungan sistem spot load ditambahkan rele diferensial
atau directional pada Gardu Hubung sisi pelanggan
Spotload
7.3 Konstruksi SKTM

Sesuai standar pabrik, kabel tanah pada kondisi tanah


(specific thermal resistivity of soil) 100 oC.cm/w dengan
kedalaman 70 cm, untuk penggelaran 1 kabel
mempunyai Kemampuan Hantar Arus (KHA) 100 %.
Kemampuan hantar arus kabel harus dikoreksi jika
persyaratan tersebut berubah.
Penggunaan kabel dengan penampang yang lebih besar
pada jalur keluar dari Gardu Induk atau sumber tenaga
listrik harus dipertimbangkan. Kabel harus dilindungi
terhadap kemungkinan gangguan mekanis dengan
pasir, pipa pelindung, buis beton atau pelat beton.
Jalur jaringan kabel, titik belok dan sambungan kabel harus
diberi tanda guna memudahkan inspeksi,
pemeliharaan dll
7.4 Konsep Isolir Gangguan SKTM

Gangguan pada saluran kabel diisolir dengan cara


membuka pemutus beban LBS (Load Break Switch)
pada Gardu Distribusi. Bagian kabel yang tidak
terganggu dipasok dari penyulang cadangan melalui
Gardu Hubung.
Jika terjadi gangguan bersamaan pada beberapa titik
saluran kabel, maka ada bagian yang tidak
terselamatkan (black‐out). Penggunaan sistem SCADA
dengan salah satu perangkat yaitu Ground Fault
Detector (GFD) pada pintu Gardu Distribusi guna
mempercepat pencarian dan pengisolasian bagian
saluran kabel yang mengalami gangguan, sehingga
lama padam bagian yang tidak mengalami gangguan
dapat di persingkat.
7.5 Area Jangkauan Pelayanan SKTM

Pada sistem Spindel, berdasarkan data statistik, laju


kegagalan dan tingkat kontinuitas pelayanan, panjang
kabel SKTM hendaknya tidak lebih dari 8 kms. Pada
sistem Radial, jangkauan pelayanan dibatasi oleh
persyaratan tegangan pelayanan.
1. Penanaman/Penggelaran SKTM

Saluran kabel bawah tanah adalah jaringan distribusi


tegangan menengah yang ditaman didalam tanah pada
kedalaman tertentu.
Jenis kabel yang dipasang dari jenis yang berisolasi XLPE
berpelindung mekanis, berbalut pita tembaga dan
bahan semi konduktif dengan inti penghantar jenis
alumunium.
Terdapat dua jenis kabel bawah tanah yaitu :
a. berinti tunggal (single‐core); dan
b. berinti banyak (multi‐core).
Luas penampang 150 mm2 , 240 mm2 dan 300 mm2
Sangat tidak dianjurkan penggunaan jenis kabel tegangan
menengah tanpa berpelindung mekanis plat/pita/kawat
besi atau alumunium.
Y

2X S

Gambar 6 - Kabel tanah berisolasi XLPE


Tabel 7.1 - Penandaan Kode Pengenal Kabel
(NOMENCLATUR)
Kode Huruf Arti
N Inti Terbuat Dari Bahan Tembaga
NF Kabel udara dengan initi terbuat dari tembaga
NA Inti terbuat dari bahan alumunium
NFA Kabel udara dengan inti terbuat dari alumunium
Isolasi Atau Selubung Dari Pvc (Poly Vynil Chloride)
Y
Tegangan Kerja Maksimal 1000 V Titik Lebih 70 OC
Isolasi atau selubung dari xlpe (Cross Link Poly Etheline)
2X
Tegangan Kerja Sampai Di Atas 20 kV Titik Leleh 90 oC
S atau SE Pelindung Elektrik, Terbuat Dari Pita Pelat Tembaga
Pelindung Elektrik Terbuat Dari Penghantar Tembaga yang
C atau CE
dipasang Konsentris
F Pelindung Mekanik Terbuat Dari Fita Baja Pipih
Gb Pelindung Mekanik Terbuat Dari Spiral Pelat Baja
B Pelindung Mekanik Terbuat Dari Lapisan Pelat Baja
1.1 Kedalaman galian dan perlindungan mekanis kabel

Menurut standar pabrik untuk mendapatkan kemampuan


hantar arus 100 % kabel ditanam 70 cm dibawah tanah
dengan lebar galian minimum 40 cm.
Untuk melindungi terhadap tekanan mekanis, permukaan
kabel ditutup pasir dengan tebal tidak kurang dari 5 cm
(total 20 cm) selanjutnya ditutup dengan batu pelindung.
Batu pelindung menutupi seluruh jalur galian dan berfungsi
juga sebagai tanda perlindungan adanya kabel tergelar
ditempat tersebut.
Batu peringatan terbuat dari beton tipis atau sejenisnya
dengan tebal 6 cm. Lubang galian kemudian ditutup
dengan tanah dan batu yang dikeraskan.
1.1 Kedalaman galian dan perlindungan mekanis kabel
(lanjutan)

Khusus didaerah metropolitan dengan kepadatan beban


lebih dari 5 MVA/km2, direkomendasikan menggunakan
pipa fleksibel (corrugated pipe) Kabel dimasukan kedalam
pipa sepanjang jalur, dengan catatan untuk daerah lama
(intensifikasi), penggunaan pipa fleksibel harus
memperhatikan konstruksi eksisting kabel sebelumnya.
1.2 Penggelaran kabel

Kabel tidak boleh ditarik dengan mesin winch atau mesin


tarik. Haspel kabel ditunjang dengan dongkrak diputar
dengan tangan. selanjutnya di seling lebih dulu baru
ditarik dengan tangan.
Kabel tidak boleh ditarik menggeser tanah, namun harus
diatas rol tarik/rol lurus, untuk belokan harus dipakai rol
sudut.
Jarak antar rol ± 5 meter dan tiap antaranya 1 (satu)
petugas penarik. Selama penggelaran kabel dilarang
terlindas kendaraan.
Dalam proses penarikan ujung kabel harus diikat dengan
pulling-grip dan dikombinasikan dengan swivel untuk
mencegah kabel terpuntir.
1.2 Penggelaran kabel (lanjutan)

Setelah selesai penarikan 1 haspel pertama kabel


dilebihkan 1 meter untuk sambungan kabel dan ujung
kabel harus ditutup (dop) agar kedap air masuk.
Keselamatan lingkungan perlu diperhatikan selama
pelaksanaan penggelaran termasuk penggunaan atas
utilitas lain yang ada didalam tanah.
Penggelaran lebih dari 1 (satu) kabel
Penggelaran lebih dari 1 (satu) kabel berjarak 2 x diameter luar
kabel. Agar kabel tidak bersinggungan maka disisipi dengan
batubata. Untuk kabel jenis single‐core, digabung jadi satu
menjadi bentuk treepoid.

Jarak kabel tanah dengan utilitas lain


Kabel tanah TM dipasang dibawah kabel tanah tegangan
rendah. Kabel tanah tegangan rendah dipasang dibawah kabel
telekomunikasi.
Pada persilangan antar jalur kabel tanah harus dilindungi
dengan pelindung dari beton, kecuali jika salah satu darinya
sudah terlindung didalam beton.
Jalur kabel tanah yang berada dibawah harus dilindungi/ ditutup
dengan lempengan atau pipa belah beton atau sekurangnya dari
bahan tahan mekanis.
Tutup perlindungan harus dilebihkan 0,05 meter kearah keluar
dengan dimensi minimal 1 x 1,1 meter.
Jarak kabel tanah dengan untilitas lain dipersyaratkan
sebagaimana pada tabel 6.1 berikut :

Tabel 6.1 - Jarak Kabel tanah

Persilangan dengan Jarak tidak kurang dari


1. Kabel TR > 30 cm
2. Kabel Telkom > 50 cm
3. Pipa Gas > 50 cm
4. Pipa Air > 10 Cm
Jika kondisi diatas tidak terpenuhi maka salah satu kabel yang
dibawah harus dilindungi dengan pelindung mekanis (plat beton/
beton slab 0,05 x 1 x 1 m atau pipa beton belah dengan
diameter 4 inchi (10 cm).
Jika kabel dipasang sejajar dengan kabel telekomunikasi harus
di usahakan sejauh mungkin dengan menempatkan pada sisi
jalan yang berlainan.
Persilangan dengan rel kereta api
Persilangan dengan jalur kereta api harus dilakukan dengan
pipa baja sekurang-kurangnya 2 meter dibawah jalur kereta dan
sekurang‐kurangnya 2 meter keluar dari sisi luar rel kereta.
Persilangan dengan saluran air dan bangunan air
Pada persilangan dengan saluran air, harus diletakkan paling
sedikit 1 meter dibawah datar saluran air jika saluran air terlalu
lebar (sungai) harus dengan jembatan kabel.
Pada saluran air laut, kabel tanah dilakukan sedapat mungkin 2
meter dibawah dasar laut, jika tidak memungkin-kan harus
dibebani (diberi jarak untuk tidak terseret air laut pada kiri kanan
saluran harus diberi tanda “kabel marine” untuk kabel tanah
yang dipasang dekat/dibawah bangunan pengairan harus dari
jenis dengan pelindung metal dan ditutup dengan pipa baja.
Sebaiknya mengikuti ketentuan lembaga Perhubungan Laut
terkait.
Persilangan dengan jalan umum
Kabel harus diletakkan sekurang‐kurangnya 1 meter dibawah
badan jalan, dimasukan dalam pipa PVC atau buis beton
ditambah 0,5 m kiri kanan jalan. Pelaksanaan dapat dilakukan
dengan sistem bor atau crossing.
Penutupan jalan dan penandaan jalur
Sebelum digelar bagian dasar galian dilapisi pasir halus yang
tidak mengandung batu tajam setebal 5 cm. Kemudian kabel
baru digelar setelah diberi tanda label nama kabel.
Penimbunan pasir setebal 20 cm kemudian ditutup dengan batu
peringatan/beton slab. Ukuran 0,06 x 0,45 x 0,3 cm bagian
berwarna merah menghadap keatas.
Batu peringatan menutupi penuh lebar galian dan dipasang
sepanjang jalur kabel, kecuali pada pelintasan jalan raya.
Bagian atas batu peringatan kemudian dipadatkan (tidak boleh
dipakai stamper) setinggi permukaan galian baru direkondisi
(aspal, hotmik, floor dan lain‐lain).
Untuk menandai jalur kabel dipasang patok pilot kabel dengan
jarak tidak melebihi 30 meter satu sama lain.
Pada titik sambung dipasang blok tanda MOF kabel/sambungan
kabel.
Tabel 6.3 - Penggelaran Kabel tanah pada persilangan
dengan saluran air

No. Lebar saluran Fasilitas perlindungan

1 1 meter Pipa dibawah dasar saluran


2 Kurang dari 6 meter Double UNP‐15 diatas saluran
dengan pondasi
3 Lebih dari 6 meter Dengen jembatan kabel
4 Lebih dari 40 meter Dengan saluran udara dan
perlindung lighting arrester pada
masing‐masing tiang
1.3 Terminasi Kabel
Terminasi kabel pada gardu harus ditopang tegak lurus.
Bagian pelindung atau pita tembaga harus dibumikan.
Apabila terminasi dilakukan diatas tiang sepanjang 3 meter
harus dilindungi dengan pipa metal Φ 3 inchi yang
digalvanis. Saat instalasi harus dihindari terjadinya
terpuntirnya kabel phasa terminal kabel.
1.4 Radius belokan kabel
Kabel tidak boleh dibelokan 90o. Radius belokan harus
tidak kurang dari 15 x diameter kabel.
1.5 Kabel Rak (Cable Duct)
Penggelaran kabel pada rak kabel harus tetap menjaga
jarak 2 x diameter kabel. Kabel harus diikat atau diklem
dengan klem yang terbuat dari bahan non mekanik. Bagian
logam dari rak kabel harus dibumikan.
2. Material Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah

Material saluran kabel tanah harus disiapkan sebelum


penggelaran. Material ini harus memenuhi persyaratan
teknis elektris dan mekanis.
2.1 Kabel tanah
Kabel yang dipakai harus memenuhi persyaratan teknis
yang sesuai dengan kondisi sistem tenaga listrik dan
sistem proteksinya.
2. Material SKTM (lanjutan)

Contoh :
Spesifikasi teknis Kabel tanah. Gardu Induk dengan
transformator daya : 60 mVA, X=12,5 %;
Pembumian low resistance pada netral sisi 20 kV, 12 Ohm,
jenis kabel NA2XSEY dan NA2XSY.
• Rated Voltage 24 kV;
• Insulation Withstand Voltage (BIL‐TID) 125 kV;
• Short Circuit making current 31,5 kA;
• Short circuit with stand current selama 1 detik 12,5 kA;
• Rated short circuit current 13,7 kA;
• Impulse test DC voltage 1 menit 57 kV;
• Power frekwensi test voltage 15 menit 20 kV.
2.2 Batu Peringatan
Batu terbuat dari beton atau setara dengan ukuran (relatif)
0,06 x 0,45 x 0,3 m. Bagian atas tercetak tanda kilat + tulisan
“Awas Kabel Listrik 20.000 Volt ” dan diberi warna cat
merah. Lempengan batu (Slab) harus mampu menahan
beban mekanis sebesar 50 kg/cm2.

2.3 Patok pilot kabel dan MOF kabel


Patok pilot ini berukuran tinggi 60 cm, panjang dan lebar 10
cm (60+10+10 cm). patok pilot terbuat dari bahan beton cor
(1:2:3) dengan tulang besi φ 8 mm2 berbentuk slop.
Dibedakan 2 jenis patok pilot yaitu untuk penempatan
dipinggir jalan berdiri diatas tanah dan untuk penempatan
pada trotoar pejalan kaki dibentuk rata dengan permukaan
trotoar. Pada patok terekam tanda “kabel TM” demikian juga
patok tanda MOF terekam “MOF SKTM”.
2.4 Timah Label
Timah label dipasang pada kabel sebelum jalur galian
ditimbun terbuat dari timah hitam dengan tebal 1 mm, lebar
6 cm, panjang 15 cm. Timah label dipasang dengan jarak
setiap 6 meter, dimana setiap label terekam data :
a. Nama Kabel/nama penyulang;
b. Ukuran penghantar, jenis logam penghantar;
c. Jenis isolasi;
d. Nama pelaksana;
e. Nomor SPK …………… dan tanggal pelaksanaan.
UTAMAKAN
KESELAMATAN
DAN KESEHATAN
KERJA

AWAS LISTRIK

PERSYARATAN - K3 BISA MATI

PEMASANGAN
INSTALASI PERLENGKAPAN &
PERALATAN

TRANSMISI
Tujuan Pemasangan pada
Transmisi
Diharapkan agar melalui Pemasangan
instalasi perlengkapan dan peralatan
listrik di Transmisi ., Calon
Pengawas/ahli/ K3 Listrik Mampu
memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik .
UTAMAKAN
KESELAMATAN
DAN KESEHATAN
KERJA
PERSYARATAN - K3

AWAS LISTRIK
BISA MATI

1. PEMASANGAN & PEMELIHARAAN


INSTALASI PERLENGKAPAN &
PERALATAN
TRANSMISI

2.PERSYARATAN-K3
RUANG KHUSUS
Tujuan :
Diharapkan agar melalui
Perencaanaan & Pemasangan instalasi
listrik pada TRANSMISI , Calon ahli K3
Listrik Mampu memahami dan
melakukan pembinaan, pengawasan,
dan penanggulangan K3 Listrik .
Tujuan
Diharapkan agar melalui Pemasangan
& Pemeliharaan instalasi
perlengkapan dan peralatan listrik di
Transmisi Calon Pengawas/ahli K3
Listrik Mampu memahami dan
melakukan pembinaan, pengawasan,
dan penanggulangan K3 Listrik .

Anda mungkin juga menyukai