PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menyalurkan energi listrik dari gardu induk ke pelanggan (konsumen)
diperlukan suatu sistem tenaga listrik yang handal, terutama dari sisi pemeliharaan
yang bisa membebaskan sistem dari gangguan. Gangguan merupakan kendala terbesar
dalam menyalurkan energi listrik ke pelanggan, karena dengan terjadinya gangguan,
maka akan merugikan pelanggan. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem yang handal
untuk dapat mengurangi kemungkinan gangguan yang akan terjadi dan mengurangi
resiko akibat dari terjadinya gangguan, khususnya pada jaringan distribusi.
Pada penyulang yang menggunakan sistem radial, keandalan sistem masih
tergolong rendah karena pada sistem ini hanya terdapat satu penyulang utama. Apabila
salah satu seksi/wilayah dari sistem ini mengalami gangguan, maka seksi berikutnya
atau didepannya ikut padam. Berbeda dengan sistem lain yang sudah berbentuk loop
(saling terhubung), apabila satu seksi mengalami gangguan, maka seksi lain tidak
padam karena ada penyulang cadangan yang memasok listrik keseksi tersebut.
Pada kondisi tertentu untuk keperluan pemeliharaan atau perbaikan peralatan
disuatu titik diperlukan perpindahan penyaluran tenaga listrik dari penyulang satu ke
penyulang lainnya, untuk meminimalkan pemadaman. Kondisi yang sifatnya sementara
ini tetap harus diperhitungkan koordinasi pengamannya, sehingga apabila terjadi
gangguan dimanapun titiknya, kinerja pengaman jaringan akan tetap dipenuhi.
Salah satu gangguan yang sering kali terjadi adalah gangguan arus lebih, untuk
mengatasi gangguan ini diperlukan suatu pengaman arus lebih OCR (Over Current
Relay). Koordinasi antar OCR tersebut perlu diperhitungkan, sehingga kerusakan
peralatan akibat arus lebih dapat dihindari dan keandalan sistem tetap tinggi.
B. Pembatasan Masalah
Topik pembahasan pada makalah ini dibatasi pada :
1. Perhitungan arus Hubung Singkat yang terjadi pada
jaringan distribusi.
2. Perhitungan waktu kerja Relai Arus Lebih dan
koordinasinya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Trafo Daya
PMT 20 kV
20 kV
PMT 20 kV
Trafo
Distribusi
Trafo
Distribusi
Trafo
Distribusi
PMT 20 kV
20 kV
Pemutus tenaga
PMT 20 kV
Penyulang PMT 20 kV
Pemutus tenaga
20 kV
Gardu Konsumen
(khusus)
Trafo Daya
PMT 20 kV
20 kV
PMT 20 kV PMT 20 kV
Trafo
Distribusi
Saklar Seksi Otomatis
Saklar Seksi Otomatis
Trafo
Distribusi
Trafo
Distribusi
Pemutus Beban
Trafo Daya
PMT 20 kV
20 kV
PMT 20 kV
Trafo
Penyulang langsung
Distribusi
Pemutus beban
Trafo Daya
PMT 20 kV
20 kV
PMT 20 kV
Trafo
Distribusi
Penyulang Cadangan
Trafo
Pemutus
Distribusi
beban
Perhitungan hubung singkat adalah suatu analisa kelakuan suatu sistem tenaga
listrik pada keadaan gangguan hubung singkat, dimana dengan cara ini diperoleh nilai
besaran-besaran listrik yang dihasilkan sebagai akibat gangguan hubung singkat
tersebut.
Analisa gangguan hubung singkat diperlukan untuk mempelajari sistem tenaga
listrik baik waktu perencanaan maupun setelah beroperasi. Analisa hubung singkat
digunakan untuk menentukan setting relai proteksi yang digunakan untuk melindungi
sistem dari kemungkinan adanya gangguan.
Menurut Gonen (1988:150) Tujuan dari analisis gangguan hubung singkat adalah
untuk menghitung arus ganggu maksimum dan minimum dan tegangan pada lokasi
yang berbeda dari sistem tenaga untuk jenis gangguan yang berbeda sehingga
rancangan pengaman, relai, pemutus tenaga yang tepat bisa dipilih untuk melindungi
sistem dari kondisi tidak normal dalam waktu yang singkat.
1. Komponen Simetris
Komponen simetris digunakan untuk menganalisa terutama sistem yang tidak
seimbang, misalnya saat terjadi hubung singkat dua fasa, dan hubung singkat satu
fasa ke tanah. Dimana sebuah sistem tak seimbang diubah menjadi 3 rangkaian
persamaan yaitu rangkaian urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol.
Menurut teorema Fortescue (Stevenson 1982:260)
tiga fasor tak seimbang dari sistem tiga fasa dapat diuraikan menjadi tiga
sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang komponen itu adalah:
Dimisalkan jaringan yang akan dianalisa adalah seperti gambar dibawah ini
(konsumen) diperlukan pasokan tenaga listrik yang handal, terutama dari sisi
pemeliharaan yang bisa membebaskan sistem dari gangguan, namun karena sistem
berada di alam terbuka, gangguan tetap akan terjadi, seperti terkena dahan pohon
t AA tAB
tBc
} Δt
t BB } Δt
tc D
tcc
IfA1
(arus gangguan)
lf
IfB1
IfC1
lf D1
A B C D
Gambar 9. Koordinasi Waktu Kerja Relai Arus Lebih Dengan Inverse Time Relay, dan
Kurva Arus Gangguan
mengetahui arus nominal (In) pada masing-masing seksi baik di sumber, seksi A,
seksi B, dan seksi C. Biasanya In didapat dari PLN yaitu data beban penyulang.
berikut :
S
I ns =
3 .V f − f
Dari hasil diatas dapat di cari perbandingan rasio trafo arus (CTratio) untuk
sumber, dan masing-masing seksi, apabila arus nominal sumber 899,47 A maka
dipilih ratio CT 1000 / 5, karena arus nominal pada sumber sebesar 899,47 A.
Untuk Seksi A, dipilih trafo arus dengan rasio 300 / 5, apabila arus seksi A di
Setelah diketahui In dan CTrasio, dapat dihitung Arus Setting (Iset) dari Relai
Arus Lebih adalah sebagai berikut :
I set s = 1.05 . I ns
Untuk Iset Primer pada sumber :
I set primer
I setS =
Iset Sekunder pada sumber : CTratio
I set A = 1,05 . I nA
Untuk Iset pada seksi A :
I set primer
I set A =
Iset sekunder pada seksi A : CTratio
I set B = 1,05 . I nB
Untuk Iset pada seksi B :
I set primer B
I set B =
Iset sekunder pada seksi B : CTratio
I set C = 1,05 . I nC
Untuk Iset pada seksi C :
I set primer A
I set A =
Iset sekunder pada seksi C : CTratio
Setelah diketahui Iset, maka dapat dicari tms (time multiple setting), dimana
pada koordinasi Relai Arus Lebih perhitungan tms dimulai dari bagian hilir atau
Berdasarkan IhsC pada panjang saluran 5%, didapat tms seksi C sebagai berikut :
I hs C 0.02
t . ( I C − 1)
IC = tms C =
I set C . CTratio C 0.14
sehingga
Berdasarkan IhsC dengan panjang saluran 5%, didapat tms seksi B sebagai berikut :
I hs C
IB =
I set B . CTratio B
0.02
t . ( I C − 1)
tms B =
0,14
(0,3 + 0,4) x (0,027)
= = 0,135
0,14
Selanjutnya dapat diketahui waktu kerja Relai Arus lebih untuk seksi B
adalah :
0,14 . tms B
tB =
I hs B
0.02
− 1
I set B . CTratio B
Setelah mendapatkan waktu kerja untuk Relai seksi B, dapat dihitung tms
I hs B
IA =
I set A . CTratio A
0.02
t . ( I A − 1)
tms A =
0,14
Sehingga diketahui waktu kerja Relai Arus lebih untuk seksi A adalah :
0,14 . tms A
tA =
I hs A
0.02
− 1
I set A . CTratio A
Setelah mendapatkan waktu kerja untuk Relai seksi A, dapat dihitung tms
I hs A
IS =
I set S . CTratio S
Dimana : t = (tA + Δt) = (0,431 + 0,4) = 0,831
dtk
0.02
t . ( I S − 1)
tms S =
0,14
0,14 . tms S
tS =
I hs A
0.02
− 1
I set S . CTratio S
Dengan metode perhitungan diatas, maka waktu kerja Relai Arus Lebih
Standar Inverse di setiap Step (Selang) dari panjang 5% saluran sampai 100%