• Perubahan harga instrumen pasar akan digunakan untuk menggambarkan perubahan faktor
risiko
• Untuk mengukur besarnya risiko, dibuat berbagai skenario perubahan harga yang mungkin
terjadi pada berbagai “time horizon”
• Time horizon : lamanya waktu di masa yang akan datang untuk mensimulasikan perubahan
harga (tergantung jatuh tempo instrumen)
• Cara paling sederhana untuk memperkirakan harga pasar adalah dengan “Binomial Tree”.
Dengan metode sederhana ini, harga diasumsikan akan naik / turun dengan jumlah dan
peluang yang sama
Peluang dan Hasil yang mungkin 4 bulan y.a.d
Hal 5
• Lebih jauh binomial tree dapat digunakan untuk membuat perkirakan keuntungan kerugian
• Misal : bank mengambil posisi beli (long) USD 1 juta, berapa kemungkinan keuntungan /
kerugiannya ?
• Ternyata ada kemungkinan kerugian besar 4 jt Yen, meskipun probabilitas terjadinya hanya
6,25% apakah bank mau menanggung kerugian tersebut ? tergantung selera risiko (risk
appetite) bank
• Sesuai dengan selera risiko (risk appetite), untuk mengelola eksposurnya bank menetapkan
sistem limit
• Besarnya limit maupun risk appetite yang ditetapkan bank tergantung pada :
• Ketersediaan modal
• Pengembalian atas modal yang dihasilkan oleh produk tersebut
• Pentingnya produk terhadap rencana bisnis bank
• Kualitas dan pengalaman para “trader”
• Binomial Tree merupakan alat statistik yang sangat sederhana dan tidak sesuai dengan
perubahan harga yang sesungguhnya di pasar
• Pada kenyataannya, harga pasar tidak naik / turun dengan jumlah dan kemungkinan yang
sama, tetapi berubah dengan banyak variasi perubahan
• Apabila perubahan harga tersebut digambarkan dalam suatu grafik distribusi menghasilkan
kurva yang lebih halus / mulus yang disebut Distribusi Normal dan banyak digunakan dalam
manajemen risiko
Hal 6
10.3. DISTRIBUSI NORMAL
Mode / Modus
• Merupakan nilai yang paling banyak muncul (frekuensi tertinggi)
• Dimungkinkan mode hanya satu, lebih dari satu atau tidak ada sama sekali
• Contoh :
Ada 10 data dengan nilai sbb : 6, 7, 8, 1, 3, 4, 7, 12, 3, 7
Mode 7 (3 kali muncul)
Median :
Merupakan nilai tengah (sentral) dari susunan angka yang telah diurutkan berdasarkan besarnya
angka
Contoh :
Ada 10 data dengan nilai sbb : 6, 7, 8, 1, 3, 4, 11, 12, 4, 5
Diurutkan dulu 1, 3, 4, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12
Median atara 5 & 6 = (5+6)/2 = 5,5
Range :
Merupakan perbedaan antara nilai (angka) tertinggi dengan nilai terendah dari suatu kumpulan
data
Contoh :
Ada 10 data dengan nilai sbb : 6, 7, 8, 1, 3, 4, 11, 12, 26, 5
Angka tertinggi : 26 Angka terendah : 1
Range : 26 – 1 = 25
Hal 10
10.4. GARIS BESAR PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VAR)
• Tantangan para manager risiko : bagaimana mengukur risiko berbagai jenis instrumen pasar dengan cara
yang konsisten ?
• Hal tersebut terjawab dengan ditemukannya Model VaR
• Sebelum ditemukan VaR, risiko diukur berdasarkan besarnya instrumen yang dikelola menggunakan
ukuran yang berbeda sehingga sulit untuk dievaluasi
• Contoh :
o Mana yang lebih berisiko, memegang 1000 lembar saham perusahaan A atau memegang 1000
lembar obligasi perusahan B ? sulit dijawab
o Bandingkan setelah diukur dengan VaR VaR 1000 lembar saham A = 500 jt, VaR 1000 lembar
obligasi B = 100 jt sangat jelas bahwa tingkat risiko pegang 1000 lembar saham A 5 kali lipat
pegang 1000 lembar obligasi B (mudah dibandingkan dan dijumlahkan)
• Apa itu VaR ? Suatu ukuran risiko yang menyatakan kerugian maksimum yang dapat dialami dari suatu
portofolio pasar, dalam satu periode waktu tertentu (time horizon) dan dengan tingkat kepercayaan
statistic (confidence level) tertentu
Langkah – langkah perhitungan VaR :
Perhitungan VaR untuk posisi perdagangan yang besar dapat melibatkan suatu perhitungan yang
kompleks untuk menangkap interaksi berbagai faktor risiko.
Secara sederhana VaR dihitung dengan membuat distribusi kerugian melalui 2 langkah berikut :
Langkah 1 : Membuat distribusi perubahan harga pasar mendatang berdasarkan data historis
• Langkah ini didahului dengan melihat volatilitas historis (historical volatility) yaitu
ukuran atas sejauh mana perubahan harga pasar tersebar dari rata-ratanya
(mean)
Contoh : suatu instrumen memiliki volatilitas historis 20% / tahun dengan harga
sekarang 100 dalam 1tahun ke depan harga bisa bergerak +/-20% dari 100 atau
dari 80 s/d 120
• Volatilitas historis kemudian digunakan untuk mensimulasikan perubahan harga ke
depan
Langkah 2 : Menilai kembali posisi menggunakan distribusi harga pasar mendatang sehingga
didapatkan distribusi selisih penilaian (keuntungan / kerugian)
• Berdasarkan distribusi tersebut, dapat diamati besarnya kerugian dengan tingkat kepercayaan
statistik (confidence level) tertentu
• Confidence level yang ditetapkan komite basel adalah 99% ini berarti mengukur tingkat
kerugian pada 3 kali standar deviasi dari rata-ratanya. (secara akuratnya 3 kali SD 99,7%)
• Langkah 1 dan langkah 2 diulang untuk seluruh posisi perdagangan, hasilnya dijumlahkan
untuk mendapatkan Total VaR bagi bank
• VaR dapat dijumlahkan apabila basisnya konsisten yaitu : time horizon sama, confidence
level yang digunakan juga sama
• Selain mendapaatkan Total VaR masing-masing bidang bisnis dapat diukur nilai VaRnya
sehingga bisa diperbandingkan untuk mengukur kinerja
Faktor yang mempengaruhi nilai VaR (Variable VaR)
1. Lamanya data historis yang digunakan (data historis)
• Minimum yang ditetapkan : 1 tahun data historis
• Harus konsisten
2. Lamanya waktu mendatang untuk proyeksi harga (time horizon)
• Syarat komite basel : 10 hari ke depan
• Untuk pengelolaan perdagangan, bank banyak menggunakan VaR harian (DVaR) dapat
diskalakan ke 10 hari dengan mengalikan akar 10 untuk memenuhi peraturan pelaporan
• Harus konsisten, karena makin lama horizon hasil VaR makin tinggi untuk posisi yang
sama
BAB 2
INTERNAL MODEL APPROACH (IMA)
UNTUK
PENGUKURAN & PENGELOLAAN RISIKO
PASAR
Framework Bab 2
1. Model VaR
SA vs IMA
• Keunggulan SA (3) : Preskriptif, Transparan, Sederhana (PTS)
• Kelemahan SA (2) : No offset, parameter fixed (potensi under / over estimate)
• Keunggulan IMA (VaR) (4) : bagian proses MR, reaktif terhadap harga pasar, bias di offset, akurat
Model VaR
• Pengertian VaR : estimasi kerugian maksimal – time horizon – confidence level
• Elemen utama VaR (3) : Parameter statistik, asumsi statistik, akurasi penilaian
• Parameter statistic : parametric & non parametric
• VaR perlu di dukung stresstest dan backtest
2. Kriteria Penerapan IMA
a. Kriteria Umum
• Prinsip : playing field sama
• 4 kriteria umum : konsep baik, SDM terdidik, track record akurat, dilakukan stresstest
b. Kriteria Kualitatif
• Pemenuhannya tercemin pada multiplier dari 3 s/d 4
• 6 kriteria kualitatif :
RCU : tanggungjawab ada 5
Backtesting : Kesulitan (4) diatasi dengan (3), sup review (3)
Keterlibatan Dir & MSr : tanggungjawab Dir & MSr (5), sup review (3)
Stresstesting : terjadinya peristiwa 1% yang tidak dihitung, tujuan (2), sup review, 3 analisis utama, jenis skenario (4)
Review internal yang independen : minimal 1 tahun sekali
Validasi eksternal : pengawas dan auditor eksternal
c. Kriteria Kuantitatif
Faktor risiko : IFEC
Parameter VaR : tertinngi dari rata-rata 60 hari atau VaR terakhir x multiplier
Risiko spesifik pakai SA, kalau pakai IMA minimal 50% modal SA
2.1. Model VaR
Kelemahan SA :
• Risiko antar kelompok instrumen berbeda tidak bisa di - offset
• Parameternya sudah Fixed potensi perhitungan modalnya under / over estimate
Internal Model Approach (IMA)
Banyak bank mengajukan model internal dengan VaR dengan alasan :
• Sebagai bagian dari proses manajemen risiko internal
• Reaktif terhadap aktifitas harga pasar terkini
• Bisa dilakukan offset terhadap risiko antar kelompok instrumen yang berbeda
• Mengukur risiko pasar secara lebih akurat
Karena dianggap sebagai praktek terbaik (best practice), maka usulan banyak bank tersebut
kemudian diterima dengan penetapan adanya berbagai persyaratan adanya sinergi praktek
terbaik bank dengan unsur regulasi pengawas
2.1.2 Pengembangan Model VaR
Apa itu VaR ?
Elemen Utama yang menentukan efektifitas model VaR :
• Parameter Statistik menggambarkan perkiraan pergerakan harga paar
• Asumsi Statistik cara bagaimana harga – harga akan bergerak di masa yang akan dating
• Akurasi proses penilaian yang digunakan pada portofolio trading
• Hal 15
Parameter Statistik – Estimasi Volatilitas
• Volatilitas : ukuran statistik yang menyatakan berapa besar kemungkinan harga bergerak
selama periode waktu tertentu
• Semakin tinggi volatilitas, semakin besar pula kemungkinan rentang perubahan harga
menentukan kemungkinan rentang nilai portofolio pada masa yang akan datang
Asumsi Statistik – asumsi distribusi harga mendatang
• Asumsi bahwa distribusi harga mengikuti statistika standar model parametrik
o sifat model parametrik sederhana, hubungan linier
• Untuk dapat menangkap hubungan perubahan harga non –linier model non – parametrik
o Historical Simulation (mendasarkan pada data historis)
o Montecarlo Simulation simulasi harga secara acak (10.000 percobaan)
Contoh transaksi / instrumen dengan hubungan Non – Linier :
- Kredit Fixed and Cap
- Transaksi Opsi
Akurasi Proses Penilaian
Untuk mendukung keakurasian perhitungan VaR maka masih diperlukan pengujian dalam
bentuk:
• Stress – Testing : Menguji tingkat kerugian dari peristiwa perubahan harga yang ekstrim
dampak terhadap kecukupan modal UJI MODAL
• Back – Testing : Menguji keakurasian model (membandingkan antara hasil perkiraan kerugian
dari model dengan kerugian rill UJI MODEL
2.2. Kriteria Minimum untuk Persetujuan IMA :
• Supervisor nasional memiliki diskresi (kewenangan) untuk memberikan persetujuan atas
penggunaan IMA
• Standar minimum penggunaan IMA terdiri atas :
o Kriteria Umum
o Kriteria Kualitatif
o Kriteria Kuantitatif
• Supaya tidak banyak muncul perbedaan interpretasi diperlukan standar minimum
penggunaan model IMA dengan tujuan :
o Memberikan fleksibilitas kepada pengawas tetapi tetap pada prinsip rezim permodalan
yang sama
o Memberikan tingkat lapangan permainan (level of playing fields) yang sama untuk
perbankan internasional, yang berarti supervisor tidak boleh menetapkan peraturan
permodalan yang lebih ringan dariapada di negara lain untuk perbankan internasional
Kriteria Umum IMA
• Memiliki sistem manajemen risiko yang secara konsep bagus dan diterapkan dengan
integritas
• Memiliki cukup tenaga terdidik dalam penggunaan model-model manajemen risiko pasar
yang kompleks. Harus ada tenaga terlatih untuk bidang-bidang penting berikut : trading, risk
control, audit, dan operasional
• Model-model yang digunakan harus memiliki track record yang terbukti dapat mengukur
risiko dengan tingkat akurasi yang dapat diterima
• Harus dilakukan stress testing secara berkala
Kriteria Kualitatif IMA :
• MRA menetapkan suatu angka pengali (multiplier) terhadap VaR untuk menetapkan
kebutuhan modal
• Besarnya multiplier tergantung atas pemenuhan standar yang ditetapkan
• Bank yang memenuhi semua standar persyaratan minimum akan mendapatkan multiplier
terkecil (angka 3)
• Standar kualitatif yang harus dipenuhi oleh bank yangakan menerapkan IMA adalah
1) Memiliki Risk Control Unit
2) Tanggugjawab Direksi dan Manajemen Senior
3) Backtesting
4) Stresstesting
5) Review internal secara independen
6) Validasi pihak eksternal
Kriteria Kualitatif – Tanggungjawab Risk Control Unit (Unit Pengendali Risiko) :
• Pengukuran, analisis dan pelaporan eksposur risiko pasar
• Memastikan bahwa data risiko adalah konsisten, tepat waktu dan akurat
• Memiliki personil dengan tingkat keahlian yang sesuai
• Memiliki jalur pelaporan ke manajemen senior yang independen dari trading unit
• Memastikan bahwa senior manajemen telah diberikan informasi risiko yang lengkap terkait
dengan persyaratan permodalan dan batas-batas perdagangannya (trading limit)
• Melakukan pemantauan terhadap limit yang telah ditetapkan
Kriteria Kualitatif – Back Testing (UJI MODEL)
• Tujuan untuk pengendalian mutu atas model VaR
• Membandingkan antara estimasi kerugian yang dinyatakan dalam VaR dengan kerugian riil
• Caranya dengan menghitung jumlah kerugian yang melebihi perkiraannya dikaitkan dengan
confidence levelnya
• Caranya dengan menghitung jumlah kerugian yang melebihi perkiraannya dikaitkan dengan
confidence levelnya
Misal VaR 99% selama 100 hari perdagangan berati diperkirakan ada 1 hari dari 100 hari
tersebut yang kerugiannya di atas nilai VaR, apabila ada lebih dari 1 hari yang
kerugiannya melebihi VaR maka berari tidak sesuai perkiraan
• Hasil Back Testing (jumah penyimpangan dari perkiraan) akan menentukan multiplier dalam
menghitung modal
Kesulitan Backtesting dan cara mengatasinya :
Kesulitan
• Perkiraan VaR berdasarkan pada posisi risiko yang statis, sementara selama periode waktu perkiraan,
posisi baru dapat menambah dan yang lainnya akan jatuh
• Pendapatan berupa fee dapat mempengaruhi pendapatan trading tanpa ada pengaruh apapun terhadap
risiko posisi
• Posisi-posisi bisa dibuka dan ditutup dalam hari yang sama dan menghasilkan laba atau rugi tanpa
ada pengaruh terhadap posisi risiko akhir hari
• Praktek-praktek operasional dan akuntansi dapat mempengaruhi hasil perdagangan yang dilaporkan
Cara mengatasi
• Menghitung hasil perdagangan hipotesis dengan menggunakan kombinasi dari posisi-posisi statis dan
perubahan harga pasar actual selama periode waktu
• Hal-hal yang berhubungan dengan non trading dikeluarkan dari perhitungan
• Menggunakan periode waktu satu hari untuk mengurangi pengaruh dari vatiable posisi-posisi risiko
Kerangka Peraturan MRA – Backtesting :
• Holding periode satu – hari
• Backtesting dilakukan triwulanan menggunakan data 12 bulan terakhir, sekitar 250 hari
perdagangan
• Tanggapan dari supervisor akan didasarkan pada jumlah penyimpangan yang terjadi selama
250 hari tersebut
Hasil backtesting dikelomppokan ke dalam zona 3 zona
1. Zona Hijau : akurat multiplier 3
2. Zona Kuning : kurang akurat multiplier > 3
3. Zona Merah : tidak akurat multiplier 4 dan pengawas akan melakukan investigasi ke bank
Pengelompokan Zona, jumlah penyimpangan dam multiplier :
Hal 21
Tujuan Stresstesting :
• Identifikasi terhadap peristiwa / kondisi menyebabkan kemungkinan kerugian atau
keuntungan yang tidak biasa
• Meng-kuantifikasikan kecukupan modal bank apabila peristiwa tersebut terjadi
Cara melakukan Stresstesting :
• Membuat skenario peristiwa yang menyebabkan perubahan harga pasar pada tingkat yang
tidak biasa
• Menyesuaikan harga atas posisi saat ini dengan harga pasar sesuai skenario
• Perubahan nilai posisi setelah harga diubah dengan harga sesuai skenario menggambarkan
potensi kerugian bisa diketahui dampaknya terhadap kecukupan modal
Kualitas hasil Stresstesting tergantung :
• Masuk akal dan jelas / tidaknya skenario yang dibuat dapat dilakukan dengan melihat
peristiwa –peristiwa masa lalu atau menggunakan berbagai metode statistik
• Stresstesting hendaknya juga untuk memperhitungkan pengaruhnya terhadap likuiditas
Lain lain Stresstesting :
• Skenario stresstesting hendaknya juga untuk memperhitungkan pengaruhnya terhadap
likuiditas bank
• Bank yang menggunakan Internal Models Approach (IMA) harus menggunakan stresstesting
sebagai bagian dari kerangka kerja manajemen risiko bank tersebut
• Manajemen senior harus menggunakan informasi yang dihasilkan untuk merusmuskan strategi
dan memastikan bahwa bank memiliki kemampuan untuk menyerap kerugian yang besar atau
untuk mengurangi posisi risikonya apabila diperlukan.
Pengawasan Stresstesting :
Badan pengawas memiliki 3 bidang pengawasan terkait stresstesting bank yaitu :
1. Melihat kerugian yang secara nyata telah dialami bank selama periode pengawasan dan
pengaruhnya terhadap permodalan yang disediakan
2. Skenario yang ditetapkan badan pengawas yang dapat berupa munculnya kembali peristiwa
yang pernah terjadi atau dalam bentuk perubahan parameter statistik yang digunakan dalam
perhitungan VaR (yaitu volatilitas dan korelasi)
3. Melihat skenario yang digunakan bank untuk tujuan manajemen bagaimana manajemen
bank menggunakan informasi hasil skenario tersebut
Jenis Skenario Stresstesting :
• Skenario historis dengan cara memunculkan kembali krisis terakhir dimana pergerakan
harga diambil dari harga – harga historis
• Skenario Hipotesis dirancang untuk melihat ke masa depan untuk memperkirakan
peristiwa-peristiwa unik yang mungkin bisa terjadi karena perubahan keadaan
• Market Price Aberrations kemungkinan pergerakan harga yang ekstrim dalam hubungan
antara harga-harga pasar (sensitifitas). Tidak ada dasar ekonomi tertentu untuk skenario-
skenario tersebut karena skenario tersebut dirancang unuk menggambarkan perubahan harga
pasar secara terpisah
• Specific Market Scenarios skenario khusus dirancang untuk mengidentifikasi risiko –
risiko sehubungan dengan adanya konsentrasi risiko pada suatu bidang pasar
Kriteria Kualitatif – Review Internal :
Bank yang menggunakan IMA harus memiliki proses review internal yang dilakukan oleh staff yang
memiliki keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan dan harus dilakukan paling sedikit setahun sekali,
mencakup unit perdagangan dan unit pengendalian risiko
Cakupan review :
• Dokumentasi yang memadai
• Organisasi unit pengendalian risiko
• Terintegrasinya ukuran-ukuran risiko pasar ke dalam manajemen sehari-hari
• Proses persetujuan untuk model-model risiko pasar
• Validasi atas perubahan-perubahan pada proses manajemen risiko
• Risiko – risiko pasar yang diukur oleh model risiko pasar
• Akurasi data dan integritas sistem informasi manajemen
• Akurasi dan ketepatan waktu data pasar
• Akurasi dan kecocokan asumsi- asumsi statistik
• Akurasi atas penilaian – penilaian
• Analisis atas proses backtesting
Kriteria Kualitatif - Validasi Eksternal :
Proses manajemen risiko harus dapat dilakukan validasi oleh lembaga-lembaga eksternal.
Validasi tersebut bisa dilakukan oleh badan pengawas nasional atau auditor eksternal.
Cakupan validasi :
• Proses review internal yang harus dapat dijalankan
• Semua rumus yang digunakan dalam proses harus divalidasi oleh unit internal yang
berkualitas dan independen dari unit perdagangan
• Struktur dari proses harus memadai dikaitkan dengan aktifitas bank
• Hasil dari proses backtesting tersedia untuk analisis
• Alur data dan proses perhitungan transparan dan tersedia untuk dilakukan analisis apabila
diminta
Kriteria Kuantitatif
Bank yang menggunakan IMA harus tunduk pada persyaratan kuantitatif minimum, mencakup :
1) Faktor Risiko : mengakomidasi perubahan harga karena faktor IFEC
2) Parameter VaR :
o VaR harus dihitung setiap hati
o VaR dihitung dengan confidence level 99%
o Menggunakan holding period 10 hari
o Mendasarkan pada data historis minimum 250 hari perdagangan, data di update setiap 3 bulan
o Perhitungan opsi harus akurat
o Sedapat mungkin memperhitungkan korelasi antar faktor risiko
3) Perhitungan Modal
o VaR yang digunakan untuk perhitungan modal adalah yang tertinggi antara : rata-rata VaR selama 60 hari atau VaR
terakhir
o VaR yang tertinggi tersebut kemudian dikalikan faktor tambahan sesuai hasil back testing (3-4), kalau masuk zona
hijau dikalikan 3
o Apabila risiko spesifik tidak dicakup model, harus dihitung menggunakan SA
o Apabila risiko spesifik telah dicakup model, jumlahnya tidak boleh kurang dari 50% berdasarkan SA
BAB 3
MANAJEMEN MODAL DAN RISIKO TREASURY
MANAJEMEN PERMODALAN – Framework
1. Manajemen Modal
a. Struktur modal
Mencakup risiko Pilar 1 + Pilar 2
Elemen utama : modal ekuitas
Regulatory capital : T1 + T2, t.d modal ekuitas, modal pinjaman & modal hibrid
b. Economic modal : tidak hanya risiko Pilar 1, tapi + Pilar 2, termasuk risiko konsentrasi
c. Pertimbangan bank
Perbandingan dengan peer (pelihara rating)
Tujuan strategis warchest untuk akuisisi
Proses pembentukan modal
Akuisisi besar
Write off credit
Rencana pertumbuhan
Economic capital
Value at risk
Pengukuran economic capital
Persetujuan pengawas, pertimbangan-pertimbangan
2. Jenis Modal :
a. Eligible capital : modal ekuitas dan modal pinjaman
b. Modal berdasar Basel :
• T1 core capital : ekuitas dan laba ditahan
inovatif T1 : memiliki ciri antara modal & pinjaman
• T2 tidak ada bunga yang dibayar (saham preference, cadangan umum PPAP (maks. 1,25% ATMR, cadangan
revaluasi, hybrid capital)
pinjaman subordinasi bayar bunga (min. 5 thn, perhitungan modsl : proporsional sisa jangka waktu)
• T3 khusus untuk trading book : min. 2 thn, subordinasi, lock in clause
Put option : haknya investor jatuh tempo subdebt = jatuh temp opsi
Call option : haknya penerbit opsi dianggap kecuali ada step up clause
Peringkat Kreditor
• Kalau perusahaan (bank) dilikuidasi aset-aset dijual untuk membayar kewajiban
• Pemegang modal pinjaman (obligasi subordinasi) akan dibayar sebelum pemegang saham
tetapi setelah para deposan dan kreditor lainnya. Pemegang obligasi subordinasi kreditor
terakhir
• Pemegang saham bukan kreditor, tetapi sisa penjualan aset setelah digunakan untuk
membayar semua kreditor menjadi haknya
Modal T3
• Merupakan modal hutang (debt capital) yang khusus untuk menopang risiko pasar pada
trading book
• Berupa pinjaman subordinasi dengan jangka waktu penerbitan - penerbitan minimum 2 tahun
• Pembayaran kembali harus ditunda apabila pembayaran tersebut menyebabkan rasio modalnya
turun dibawah rasio minimum yang ditetapkan badan pengawas (lock in clause)
Opsi pada instrumen modal :
• Put option hak yang dimiliki oleh investor untuk menjual kembali instrumen kepada
penerbit sebelum tanggal jatuh tempo tanggal opsi diperhitungkan sebagai tanggal
pembayaran kembali (jatuh tempo obligasi)
• Call option hak yang dimiliki penerbit untuk membeli kembali instrumen yang telah
diterbitkan sebelum jatuh tempo tanggal opsi diabaikan, kecuali penerbit menjanjikan
kenaikan kupon apabila opsi tidak dilaksanakan disebut step up clause
contoh :
Obligasi diterbitkan oleh suatu bank pada tahun 2010 dengan jangka waktu 15 tahun
(jatuh tempo 2025) memberikan put option yang dapat dieksekusi pada tahun 2018
jatuh tempo obligasi dianggap tahun 2018
Namun kalau penerbit memiliki opsi yang dapat dieksekusi tahun 2018 jatuh tempo
obligasi tetap di tahun 2025
3.3. Pengurang Modal
Yang harus dikurangkan dari komponen modal untuk perhitungan kecukupan modal bank :
a) Goodwill
Goodwill terbentuk saat proses akuisisi dimana harga beli lebih besar daripada nilai buku saham
perusahaan yang diakuisisi. Oleh karena itu proses akuisisi biasanya disertai dengan penerbitan
saham baru supaya modalnya tidak berkurang
b) Penempatan pada anak perusahaan apabila tidak dikonsolidasikan
c) Saham di bank lain
3.4. Perbandingan Modal antar Tier
Rasio utama :
• T1 tidak boleh kurang 50% total regulatory capital (T1 >= 50% (T1+T2) atau T2 <=T1
Rasio lainnya :
• Modal Inovatif T1 maksimum 15% T1 setelah pengurangan
• Modal Lower T2 (obligasi subordinasi) maksimum 50% modal inti (core capital)
• Pengawas bisa memberikan rasio yang lebih luas
3.5. Proses pembentukan modal
Pembentukan modal biasanya dilakukan bank dengan alasan :
• Akuisisi besar-besaran, karena timbul goodwill yang menjadi pengurang modal perlu
penambahan modal baru
• Penghapusan kredit (write off) menghancurkan modal yang ada sehingga perlu
penambahan modal
• Strategi pertumbuhan cepat melalui pengembangan bisnis baru / akuisisi
Modal bank bertambanh dengan diperolehnya laba secara simultan. Laba setelah dikurangi
dengan pembentukan berbagai cadangan menjadi hak pemegang saham, tetapi tidak seluruhnya
dibagi kepada pemegang saham (deviden) disebut laba ditahan (retention) masuk kategori
modal T1.
Laba interim setelah dikurangi perkiraan pajak dan dividen dapat dimasukkan dalam T1
3.5. Economic Capital
Contoh diatas dapat menggambarkan bahwa dengan 99% confidence level risiko bank G 2
kali risiko bank H
Tetapi dengan confidence level diatas 99% bukan berarti demikian bisa lebih tinggi, bisa lebih
rendah, bisa sama
Selain itu timbul pertanyaan lainnya tentang bagaimana VaR untuk risiko di luar perdagangan
risiko kredit dan operasional ?
Metodologi Economic Capital :
Untuk menjawab pertanyaan yang tidak bisa dijawab pada pengukuran VaR tersebut bank-bank
modern mengembangkan suatu metodologi yang :
• Memperhitungkan potensi kerugian ekstrim semua risiko yang dihadapi (kredit, pasar,
operasional, dan risiko lainnya)
• Metode tersebut digunakan untuk mengestimasi kebutuhan modal agar bertahan dalam
menghadapi kerugian pada situasi ekstrim (worst case)
Salah satu model tersebut adalah Economic Shortfall banyak digunakan pada industri asuransi
Model Economic Capital secara sederhana memberikan pemahaman :
• Kerugian besar bank komersial akan terjadi pada saat kondisi krisis yang buruk
• Banyak bank komersial memiliki risiko konsentrasi yang tinggi economic capital
menangkap risiko ini, dimana model grading dalam Basel II tidak mencakup risiko
konsentrasi secara memadai
Permasalahan pada Economic Capital – model dan data
• Untuk aktifitas perdagangan data dapat di update setiap hari sehingga selama 1 tahun
perdagangan data sangat memadai
• Namun untuk risiko kredit transaksinya jarang dan jauh lebih lama sehingga update data
baru bisa dilakukan setiap tahun butuh waktu 100 tahun untuk dapat memperhitungkan
99% CL
• Untuk risiko operasional sulit dilakukan kuantifikasi secara finansial update data
tahunan
Untuk itulah diperlukan model-model pengukuran yang lain
Economic Capital – Persetujuan Badan Pengawas :
Badan pengawas sangat berhati – hati memberikan persetujuan model economic capital untuk
memenuhi kebutuhan permodalan karena :
• Permasalahan terkait dengan kualitas, relevansi, dan kecukupan data
• Permasalahan yang terkait dengan penambahan persyaratan modal yang dihasilkan selama
periode waktu yang berbeda (harian dan tahunan)
• Model yang relatif baru akan mentulitkan proses verifikasi
• Kesulitan yang terkait dengan penggunaan model untuk mendukung keputusan dalam
mempertahankan modal
Penggunaan Economic Capital
Bank - bank yang canggih telah banyak menggunakan model economic capital untuk memenuhi
persyaratan permodalan, selain itu juga digunakan untuk :
• Pricing atas transaksi
• Menggambarkan risiko konsentrasi
• Pengambilan keputusan terkait modal dan risiko
Karena penggunaannya sudah meluas Badan Pengawas tidak bisa mengabaikannya sehingga
pada Pilar 2 Basel II menyebutkan bank yang menggunakan model tersebut diharapkan dapat
membagi informasi dan mendiskusikan hasilnya dengan pengawas
BAB 4
INTERNAL RATING BASED APPROACH (IRBA)
UNTUK
PENGUKURAN & PENGELOLAAN RISIKO KREDIT
4.1. Mekanisme Pendekatan IRBA
Grading Model vs Portofolio Model
• Basel II mengijinkan bank menggunakan model sendiri untuk perhitungan modal risiko
kredit, tetapi dibatasi pada model yang serupa dengan cara lembaga pemeringkat me-rating
obligasi disebut grading model
• Keterbatasan grading model digunakan untuk memperhitungkan risiko individual, tidak
untuk melihat risiko suatu portofolio (yang dipengaruhi diversifikasi)
• Model portofolio total risiko tidak sama dengan penjumlahan masing-masing risiko secara
individual ada efek portofolio
• Efek portofolio terjadi ketika beberapa bisnis memburuk, di bisnis lain secara otomatis
membaik. Contoh : pada saat bisnis baja memburuk bisnis aluminium / plastik membaik
• Grading Model mengabaikan efek portofolio perlu penyesuaian dalam perhitungan
modal
Pendekatan Foundation dan Advanced IRB
IRBA terdiri dari dua :
• Foundation IRBA grading model hanya memperkirakan satu parameter risiko yaitu
Probability of Default (PD)
• Advanced IRBA grading model memperkirakan semua parameter risiko (yaitu PD, LGD,
EAD)
Namun sebelum menggunakan salah satu pendekatan harus memperoleh persetujuan
pengawas. Pengawas akan melakukan on-site audit untuk menguji persyaratan kualitatif dan
kuantitatif minimum
• Persyaratan kualitatif minimum usage test
• Persyaratan kuantitatif minimum backtest
Usage Test (Uji Penggunaan)
Memastikana grading model digunakan untuk pengambilan keputusan kredit (persetujuan,
pricing, pengelolaan kredit)
Yang secara mendasar membedakannya dengan Basel I, di Basel I perhitungan ATMR hanya
untuk memperhitungkan kebutuhan modal, tidak untuk penetapan pricing dan pengelolaan
kredit
Size Factor
• Tidak perlu di estimasi, bisa di dapat dengan melihat informasi dari counterparty (laporan
keaungan )
Effective maturity (M)
• Secara langsung berpengaruh pada kemampuan bank untuk mengukur akurasi probability of
default (PD) selama umur aset
• Semakin lama jangka waktu akan semakin sulit memprediksi credit standing suatu
perusahaan, (umumnya kondisi esok hari akan sangat mirip dengan sekarang, namun dalam
jangka panjang banyak perubahan yang bisa saja terjadi)
• Banyak aset bank yang memiliki likuiditas endogenous tinggi dapat segera dijual, tetapi
banyak aset yang harus dipelihara sampai jangka panjang untuk itu ditetapkan M untuk
menyesuaikan modal lebih tinggi
• M hanya berlaku untuk eksposur : Sovereign, Bank, dan Perusahaan
4.3. Foundation IRBA
• Bank hanya melakukan estimasi terhadap PD
• Perkiraan PD berdasarkan data historis minimum 5 tahun
• LGD dan EAD ditentukan oleh pangawas berdasarkan kelompok aset dan kolateral
• M (maturity) ditentukan 2,5 tahun atau sesuai diskresi pengawas
• Bobot kolateral tergantung pada jenis agunan dan pemdekatan penilaian agunan yang
digunakan
• Pengecualian untuk eksposur ritel : LGD dan EAD tetap harus diperkirakan oleh bank
tidak ada perbedaan F-IRBA dan A-IRBA untuk eksposur ritel
Fungsi Bobot Risiko
• Basel I bobot risiko untuk setiap kelompok aset sudah fixed
• Basel II standardised Approach (SA) bobot risiko tergantung pada credit grade dari lembaga
pemeringkat dan kelas aset , tetapi kalau tidak ada rating bobot risiko sepenuhnya
tergantung pada kelompok aset
• Basel II – IRBA memiliki fungsi bobot risiko (sumbu horizontal PD, sumbu vertikal
Bobot Risiko), dari nilai PD ke bobot risiko tergantung besarnya LGD
Grading dan Akurasi
• Basel II menetapkan bahwa grading model yang dikembangkan bank minimum terdiri atas
8 grade (7 untuk performing, 1 untuk default)
• Keakurasian grading model untuk memperkirakan PD hanya bisa dilakukan dengan
menggunakan data historis
• Model dengan banyak peringkat memiliki range peringkat yang lebih banyak sehingga
mestinya memiliki keakurasian lebih tinggi
• Tetapi ketika dibandingkan dengan default aktual kemungkinan banyak terjadi
penyimpangan dari model
• PD naik secara geometris ketika peringkat menurun tajam untuk itu perlu diwaspadai
dengan memonitor terjadinya migrasi rating setiap debitur
• Untuk dapat mengetahui migrasi rating perlu Re-grading minimum 1 tahun sekali
Credit Grade PD Credit Grade PD
% %
AAA 0.01 BBB- 0.39
AA+ 0.02 BB+ 0.64
AA 0.03 BB 1.07
AA- 0.04 BB- 1.76
A+ 0.05 B+ 2.92
A 0.07 B 4.82
A- 0.09 B- 7.95
BBB+ 0.14 CCC+ 13.0
BBB 0.23
4.4. Advanced IRBA
• Bank harus mengestimasi semua faktor risiko (PD, LGD, dan EAD)
• M dan S tidak perlu estimasi
• Data historis yang dibutuhkan minimum 7 tahun
• M menetapkan 2,5 tahun kecuali untuk korporasi besar yang harus dihitung secara individual
• Meskipun kelihatan hampir sama dengan F-IRBA tetapi diperlukan model, kebutuhan data,
kalibrasi dan backtesting yang jauh lebih kompleks
• Selain itu dengan A-IRBA :
Pengunaana jenis agunan lebih luas daripada F-IRBA
Kualitas recovery management dapat diperhitungkan dalam estimasi LGD
Backtesting atas grading model
• Backtesting kemampuan grading model tidak sederhana, sangat dipengaruhi oleh siklus
bisnis
• Para debitur memiliki banyak masalah dalam pembayaran kredit pada saat ekonomi menurun
(downturn)
• Ada 2 jenis grading model :
1) Through The Cycles memperhitungkan siklus bisnis
2) Point In Time hanya melihat kondisi ekonomi saat ini
• Yang lebih disarankan adalah model through the cycles karena :
Bank banyak memiliki aset yang tidak likuid (jangka panjang) yang sulit dijual / sekuritisasi
Meskipun horizon PD tetap 1 tahun, untuk aset jangka panjang dihitung rata-rata PD jangka
panjang
Kalibrasi Model – Expected Loss dan Un-expected Loss
Expected Loss :
• Merupakan perkiraan rata-rata kerugian atas suatu portofolio kredit tertentu berdasarkan
default historis (PD) dan kerugian historis (LGD)
• Dianggap sebagai biaya menjalankan bisnis
• Sudah dibentuk suatu provisi (cadangan)
• Diperhitungkan dalam pricing produk pinjaman
Un-expected Loss :
• Merupakan perkiraan kerugian yang disebabkan oleh siklus bisnis, dimana bank menghadapi
tahun-tahun buruk (bad year)
• Kemungkinan terjadinya kecil namun memiliki dampak kerugian yang signifikan
• Sulit diperkirakan dengan tingkat keakurasian yang tinggi
• Jika un-expected loss terjadi bank harus segera membentuk cadangan yang signifikan
menambah biaya mengurangi pendapatan bank mengurangi kecukupan modal, maka un-
expected loss perlu di antisipasi dengan modal yang cukup
• Dengan konsep bahwa UL sudah diperhitungkan modalnya, maka kalau UL benar-benar terjadi
bank tidak perlu melakukan penggalanagan modal baru
Dual LGD
• Ekonomi yang memburuk selain berpengaruh terhadap kemampuaan debitur membayar
kewajiban (PD), juga berpengaruh pada nilai agunan
• Pada kondisi bad year bank kredit macet banyak agunan (aset) yang ditawarkan harga
turun
• Untuk itu bank diminta membuat dua kondisi LGD yaitu (sesuai Quantitative Impact Studies /
QIS 3) :
1. LGD pada situasi ekonomi saat ini
2. LGD pada situasi bad year
Usage Test
• Persyaratan kualitatif minimum IRBA (Foundation dan Advanced) model IRBA juga
digunakan untuk pengambilan keputusan pengelolaan kredit
• Bank harus mentransfer semua kelompok aset yang relevan menggunakan pendekatan IRB,
dan boleh menggunakan Standardised Approach (SA) untuk sebagian kecil portofolionya
BAB 5
AGUNAN DAN SEKURITISASI
UNTUK
MITIGASI RISIKO KREDIT
Mitigasi Risiko Kredit
Ada beberapa teknik untuk melakukan mitigasi (mengurangi frekuensi dan dampak kergian) atas
risiko kredit :
1) Grading Model
2) Manajemen Portofolio
3) Sekuritisasi
4) Agunan
5) Cashflow Monitoring
6) Recovery Management
• Agunan = aset yang dijaminkan oleh debitur untuk mengamankan pinjaman atau kredit
lainnya dan bisa diambil alih jika terjadi default
• Basel I mengakui jenis agunan yang sangat terbatas : cash dan surat berharga pemerintah
• Basel II mengakui jenis agunan (sering disebut security) yang lebih luas dibandingkan dengan
Basel I
• Jenis agunan Basel II aset finansial, aset fisik, dan tagihan (aset non - finansial)
• Nilai agunan berfluktuasi agunan finasial perlu dilakukan haircut
agunan non - finansial dilakukan adjustment
Haircut
• Haircut = proses pengurangan nilai agunan terhadap nilai pasarnya
• Tujuan haircut untuk memasukkan potensi perubahan nilai agunan sepanjang waktu
• Faktor yang mempengaruhi besarnya haircut :
Jenis agunan
Ketentuan transaksi
Likuiditas (kemudahan dijadikan cash)
Seberapa sering agunan dinilai kembali
Permasalahan Umum Agunan
• Kepastian hukum
Dokumentasi harus memiliki kekuatan hukum dan sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku
• Kualitas counterparty dan nilai agunan
Mestinya kualitas kredit debitur dan nilai agunan tidak saling terkait
• Double counting
Kalau agunan sudah diperhitungkan dalam credit rating (PD) tidak bisa diperhitungkan
lagi untuk mitigasi kredit lainnya (LGD)
• On Balance Sheet Netting
Apabila pinjaman dijamin (seluruh/sebagian) oleh depositonya sendiri eksposur pinjaman
hanya dihitung nilai nettonya, asal sudah ada perjanjian netting (= perjanjian back to back)
Jaminan / Guarantee
• Merupakan kontrak legal dimana satu pihak (pihak A) bertanggung jawab atas hutang atau
kewajiban tertentu dari pihak lainnya (pihak B) jika kewajiban tersebut tidak dibayar oleh
pihak B
• Basel II agunan berupa guarantee (jaminan) diperlukan sama dengan Basel I, yaitu bobot
risiko dari guarantor (penjamin) menggantikan bobot risiko dari peminjam (yang dijamin)
• Jenis jaminan yang bisa diterima pada Basel I hanya jaminan pemerintah. Jenis jaminan
pada Basel II diperluas menjadi :
Semua sovereign dengan bobot risiko lebih rendah dari bobot risko
Bank peminjam
Bank Kustodian
• Bank kustodian adalah pihak yang memberikan jasa kustodian bagi underlying aset dari sekuritisasi atau
aset dan jasa lain terkait dengan sekuturisasi
• Bank dilarang menjadi kustodian bank tersebut menjadi originator atau servicer dari sekuritisasi
Investor
• Bank yang memberi penerbitan sekuritisasi
• Bank boleh berinvestasi pada sekuritisasi domestik atau dari luar negeri sepanjang masih dalam ketentuan legal
lending limit (BMPK) bank
• Jika bank juga menjadi originator sekuritisasi maka bank sebagai investor hanya boleh membeli maksimum
10% dari nilai underlying aset
• Sekurtisasi yang dibeli bank diperhitungkan dalm persyaratan modal minimum dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
Untuk investasi pada senior tranche diperlukan sebagai AMTR (dikenakan bobot risiko)
Untuk investasi pada junior tranche langsung dikurangkan dari modal tergantung pada credit enhancement-
nya
Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)
• Bank baik menjadi investor credit enhancer atau penyedia liquidity facility memiliki eksposur risiko terhadap :
Issuer (penerbit) obligasi (SPV)
obligor dari underlying aseet (misal nasabah KPR)
• Oleh karena itu bank harus mempertimbangkan :
Kualitas sekuritasnya
Kualitas dari underlying asset
Pengaruhnya pada legal lending limit (BMPK)
• Ketentuan BI PBI No.7/3/PBI/2005 tentang BMK bagi bank umum :
Menekankan pada prinsip pengelolaan risiko konsentrasi
BMPK (Legl Leding Limit) batas maksimum penyediaan dana (persentase terhadap modal T1 dan T2 dengan
ketentuan sbb :
Maksimum 10% modal jika penerima dana memiliki kontrol langsung / tidak terhadap bak disebut pihak
terkait (misal pemiliki, investor, atau manajemen senior)
Maksimum 20% modal untuk debitur tunggal pihak tidak terkait
Maksimum 25% modal untuk satu kelompok debitur tidak terkait
• Bank sebagai investor, credit enhancer atau penyedia liquidity facility maka dianggap menyediakan
dana bagi obligor dari underlying asset
• Bank harus memasukkan dana ini dalam perhitungan BMPK. Jika pool aset terdiri dari sejumlah obligor
mka dana tersebut dialokasikan secara proporsional
• Jika bank juga bertindak sebagai originator, bank harus membatasi kombinasi eksposur atas semua
transaksi (investasi, credit enhancement, dan liquidity facility) maksimum 20% dari nilai underlying
aset selain mematuhi ketentuan BMPK
• Jika bank gagal melakukan hal tersebut, bank harus mencatat kembali underlying aset pada neraca
dan memasukkannya ke dalam neraca perhitungan kebutuhan modal
Kualitas Aset
• Aturan untuk menilai kualitas sekuritisasi dan underlying asset-nya adalah PBI No. 7/2/PBI/2005, “Kulitas
Aktiva bagi bank umum”
• Penilaian Kualitas atas credit enhancement dan liquidity facility juga ditentukan oleh kualitas underlying
asset dari sekuritisasi
Pelaporan
• Bank yang bertindak sebagai originator, credit enhancer, penyedia liquidity facility, servicer atu
kustodian harus menyerahkan laporan kepada BI
• Bank yang bertindak sebagai orignator harus menyampaikan laporan yang menguraikan rencana
sekurtisasi paling lambat tiga puluh hari sebelum pelaksanaan pengalihan aset kepada penerbit
• Bank juga harus melaporkan transaksi yang selesai dilaksanakan paling lambat 7 hari kerja setelah
pelaksanaan pengalihan
• Jika suatu bank bertindak sebagai credit enhancer, penyedia liquidiy facility, servicer, kustodian, namun
bukan sebagai originator dari transaksi maka bank harus melaporkan aktivitasnya paling lambat 7
hari kerja setelah mulainya aktifitas tersebut
• Bank yang berperan pada lebih dari satu fugsi di atas bisa menyampaikan laporanya secara gabungan
Sanksi
• Bank Indonesia bisa menerapkan sanksi pada bank jka tidak mematuhi kewajiban pelaporan
sesuai pada PBI No.7/4/PBI/2005
• Selain itu BI juga bisa menerapkan sanksi jika bank umum gagal dalam mematuhi ketentuan lainnya
dalam regulasi tersebut
• Setiap jenis pelaporan memiliki periode keterlambatan bank yang menyerahkan laporan pada periode
tersebut akan dikenakan denda 1 juta setiap hari terhitung sejak tanggal akhir penyampaian
laporan
• Bank yang gagal menyerahkan laporan dalam periode tersebut akan dikenakan denda tambahan
sebesar Rp. 50.000.000,-
• Bank yang tidak mematuhi ketentuan sekuritisasi aset akan diberi peringatan tertulis oleh Bank
Indonesia
• Jika pelanggaran tersebut berlanjut, BI dapat membekukan aktifitas usaha bank yang tidak
mematuhi ketentuan tersebut
BAB 6
ADVANCED MEASUREMENT APPROACH (AMA)
UNTUK
PENGUKURAN RISIKO OPERASIONAL
6.1. Advanced Measurement Approach (AMA)
Tiga pendekatan perhitungan modal risiko operasional Basel II :
1) Basic Indicator Approach (BIA) ditetapkan metode / formula
2) Standardised Approach (SA)
3) Advanced Measurement Approach (AMA)
• Metode paling kompleks
• Tidak ditetapkan model / metodologi tertentu, bank boleh mengembangkan modelnya sendiri
• Tetap harus mematuhi standar kualitatif dan kuantitatif
• Harus mendapatkan persetujuan pengawas
AMA menjadi pilihan yang fleksibel tapi konsisten, bukan one size fits all
Kemampuan model AMA
Model AMA harus memiliki kemampuan :
o Memperkirakan Expected Loss (EL)
o Memperkirakan Un-expected Loss (UL)
o Mengidentifikasi potensi kerugian dari kejadian ekstrim dan katastropik (tail events)
o Modal harus disediakan untuk menutup EL dan UL, kecuali EL sudah diperhitungkan pada harga
produk
o Menggunakan data internal masa lalu, data eksternal bank lain dan data dari faktor bisnis dan
pengendalian internal
o Dilakukan validasi melalui analisis skenario
o Struktur fungsi risiko operasional, jalur dan proses pelaporan
Tiga Model AMA :
• AMA tidak menetapkan satu model – pun
• Prakteknya bank – bank banyak menggunakan 3 model berikut :
1) Internal Measurement Approach (IMeA)
2) Loss Distribution Approach (LDA)
3) Risk Driver and Control Approach
6.1.1 Internal Measurement Approach (IMeA)
• Metode yang paling mirip dengan pendekatan IRBA
• Bank harus memetakan aktivitasnya ke dalam 8 lini bisnis sesuai ketentuan Standardised Approach (SA) san 7 jenis
kegiatan (event type) sesuai standar Basel
• Bank memetakan data internalnya berupa Probability of Event (PE) dan Loss Given Event (LGE) ke dalam kombinasi
atas lini bisnis / jenis kejadian
• Setiap lini bisnis / jenis kejadian harus dialokasikan indikator eksposur (EI) tertentu, misalnya pendapatan kotor
(gross income) yang menggambarkan besarnya risiko operasional dalam setiap lini bisnis / jenis kejadian
• Expected Losses (EL) = PE x LGE x EI
• Unexpected Loss (UL) IMeA mengasumsikan hubungan langsung antara expected loss dengan unexpected loss
yaitu UL = EL x Gamma
• Modal yang dibutuhkan untuk setia[ lini/kejadian unexpected loss dikalikan Risk Profile Index (RPI)
MODAL = EL x Gamma x RPI
Modal keseluruhan Bank menjumlahkan modal dari seluruh kombinasi lini bisnis / kejadian
Gamma koefisien bobot risiko
RPI Gambaran profil risiko lini bisnis / jenis kejadian
Gamma dan RPI diperoleh dari Badan Pengawas (data industri) atau analisis statistik data
internal bank
6.1.2 Loss Distribution Approach
• Merupakan teknik yang paling popular dalam AMA
• Menggunakan Value at Risk (VaR) untuk pengukuran risiko dalam perhitungan modal
• Teknik yang paling sensitive terhadap risiko operasional
• Menggunakan model aktuaria yang banyak dipakai dalam industry asuransi
• Perhitungannya mendasarkan pada analisis statistik dari pengalaman kerugian (data
internal dan eksternal)
6.1.3 Risk Drivers and Controls Approach (RDCA)
• Tidak seperti metode IMeA dan LDA, RDCA bukan teknik tunggal tetapi kumpulan beberapa metode
scorecard yang berlainan
• Scorecard merupakan suatu mekanisme untuk menggambarkan risiko dan kontrol dalam suatu proses atau bisnis
melalui penggunaan nilai-nilai pembobotan. Caranya dengan menyebarkan kuisioner kepada setiap bagian
perusahaan dan minta mereka untuk melakukan penilaian atas risiko dan pengendalian yang ada pada bagian
mereka
• Kebutuhan modal awal ditentukan menggunakan berbagai metode, selanjutnya hasil scorecard (perubahan
risiko dan pengendalian) digunakan untuk menyesuaikan beban modal berikutnya
• Kebutuhan modal awal bias ditentukan menggunakan anatara lain :
LDA (OpVar)
Standardised Approach (SA)
Scenario Kerugian
Perbandingan profil dan Modal dengan peergroup
Perbandingan syarat modal sejenis risiko
Tahadap RDCA :
Modal awal setiap lini / jenis kejadian ditentukan dengan berbagai alternatif metode
Dilakukan penyesuaian berdasarkan perubahan lingkungan bisnis dan pengendaliannya (tidak perlu analisis
statistik kompleks) dari hasil scorecard. Scorecard dalam hal ini sebagai pendorong (driver) dan pengendali
(control) risiko
Total modal yang baru merupakan penjumlahan dari setiap lini / jenis peristiwa
Catatan :
• Dengan demikian RDCA merpakan teknik yang tidak menggantungkan data historis, tetapi lebih melihat
ke depan (perubahan lingkungan bisnis dan pengendalian internal) forward looking technique
• Beban modal perlu dilakukan validasi secara teratur
6.2 Data kerugian internal
• Syarat AMA terkait data internal : bank harus dapat menghimpun, menyimpan, memelihara,
melaporkan informasi historis mengenai kerugian internalnya
• Database kerugian internal mencatat kerugian kotor dari kejadian-kejadian risiko operasional
yang pernah terjadi di bank
• Database kerugian juga harus memasukkan kejadian “near miss” yaitu suatu kejadian
kegagalan / penyimpangan operasional tetapi tidaak menimbulkan kerugian
• Model-model AMA menggunakan pengalaman bank yang lalu untuk memperkirakan potensi
kerugian dimasaa yang akan dating
• Dengan demikian keakurasian model AMA tergantung kualitas, relevansi, dan isi data yang
dimiliki
• Oleh karena itu Komite Basel menetapkan standar / kriteria untuk data internal
6.2.1. Kriteria data kerugian internal dan faktor-faktor terkait
• Mampu memetakan data ke dalam 7 (tujuh) kategori kerugian risiko Basel II
• Mampu memetakan data ke dalam aktifitas bisnis bank saat ini, ke dalam prosedur dan teknologi
manajemen risiko, dan selanjutnya ke dalam 8 (delapan) lini bisnis Basel II seperti ditentukan
dalam SA
• Mampu mengaitkan kejadian-kejadian yang berhubungan, mengidentifikasi kejadian yang timbul di
seluruh unit bisnis, dan mengalokasikan adanya bagian “central” (seperti IT) atas kejadian-kejadian
di seluruh perusahaan
• Memastikan bahwa pendekatannya masih konsisten dengan aktifitas bisnis melalui review yang
teratur
• Mendasarkan pada data kerugian operasional internal minimum lima tahun (meskipun hanya
dibutuhkan tiga tahun pada penerapan awal pendekatan tersebut)
• Bank boleh menetapkan threshold (batas minimum) kerugian yang dicatat pada data kerugian untuk
tujuan efisiensi, besarnya threshold tergantung skala banknya tetapi harusnya sesuai dengan
peergroup. Tidak dicatatnya kerugian dibawah threshold harusnya tidak berpengaruh besar terhadap
seluruh perkiraan kerugian
6.2.1. Kriteria data kerugian internal dan faktor-faktor terkait
• Database kerugian internal minimum harus mencakup :
Tanggal kejadian risiko
Penyebab kejadian risiko
Gambaran tentang kejadian risiko
Perolehan kembali (recovery) atas kerugian kotor
Tanggal setiap ada recovery
Unit bisnis dimana kejadian tersebut timbul
• Bank diminta agar database kerugian internal paling tidak mencakup 2 (dua) data tambahan yaitu kedalam
kategori dan sub kategori kejadian kerugian
• Bank juga diminta mencatat berbagai langka untuk mitigasi risiko operasional yang telah dilakukan
dan langkah untuk mencegah terulangnya kembali kejadian
6.2.2. Jenis kejadian-kejadian risiko operasional
• Kerangka kerja Basel II mendorong agar bank-bank harus dapat memetakan definisi internal risiko
operasionalnya ke dalam :
Suatu standar “jenis-jenis kerugian-kerugian” (loss event types)
Lini bisnis sesuai SA
• Kerangka kerja Basel II menetapkan 3 tingkatan (tier) pendekatan untuk mendefinisikan setiap jenis
kerugian-kerugian risiko yaitu :
Tingkat 1 – kategori jenis kejadian (event types category)
Tingkat 2 – kategori-kategori (categories)
Tingkat 3 – contoh-contoh aktivitas
• Pemetaan atas golongan risiko operasionaal dan lini bisnis ke dalam klasifikasi jenis kerugian-keruagian
dan lini bisnis menurut Basel memiliki tiga tujuan :
Memberikan standar definisi sehingga biaya modal kepada segenap bank yang berbeda-beda dihitung dengan
dasar yang mirip
Meyakinkan bahwa advanced measurement approach (AMA) komprehensif dan menangkap semua aktifitas
dan eksposur yang material
Membantu badan pengawas dalam melakukan validasi model internal milik bank dibawah AMA
6.2.2. Jenis kejadian kerugian risiko operasional
Klasifikasi / pemetaan jenis kejadian-kerugian (tingkat 1,2, dan 3 menurut Basel II) :
KATEGORI JENIS KEJADIAN (Tingkat 1) KATEGORI-KATEGORI (Tingkat 2)
1. Kecurangan internal • Aktivitas yang tidak diotorisasi
• Pencurian dan penipuan (internal)
Keakurasian data internal • Kejadian masa lampau tidak dapat menjadi jaminan timbulnya
peristiwa yang sama di masa yang akan datang
• Kalau lingkungan bisnis dan pengendalian berubah dapat
merubah kemungkinan terjadinya peristiwa
• Perlunya tambahan data eksternal
Mengelola Mengukur
• Proses dimana risiko operasional di • Proses kuantifikasi risiko operasional dalam
identifikasi, dinilai, diukur, dimonitor, dan suatu bisnis
dikendalikan / dimitigasi • Merupakan bagian dari manajemen risiko
• Sasaran mengurangi profil risiko ke opersional
tingkat yang dapat diterima oleh manajemen • Pengukuran mencakup expected dan
senior, para stakeholder dan badan pengawas unexpected loss
Setelah Basel II Sebelum Basel II
Bank wajib menghitung modal setelah mengukur Mengelola risiko opersional untuk mengurangi
dan mengelola risiko operasional kerugian, memenuhi persyaratan hokum dan
patuh terhadap praktek terbaik tata kelola
perusahaan (corporate governance)
7.1.2 Kerangka kerja manajemen risiko operasional
• Berdasarkan Basel II bank yang menggunakan AMA dan bank internasional (disarankan
untuk bank yang menggunakan SA) harus memiliki fungsi risiko operasional yang
bertanggung jawab mengelola dan me-mitigasi risiko
• Tantangan dalam upaya memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Basel II karena risiko
operasional :
Merata keseluruh bisnis bank
Melintasi banyak disiplin bisnis dan bidang teknis yang berbeda-beda
Dibuat dari banyak kategori risiko yang beragam, masing-masing dengan karakteristiknya
sendiri
• Karena luasnya cakupan, sementara petunjuk Basel tidak memberikan secara secara spesifik,
maka banyak bank menggunakan kerangka kerja risiko operasional yang digunakan pada
industry lain (yaitu COSO)
Penerapan Kerangka Kerja Manajemen Risiko Operasional berbeda sebagai berikut :
o Sebuah team sentral dengan keahlian sesuai yang dibutuhkan, bertanggungjawab untuk
keseluruhan lingkup perusahaan dalam semua aspek mengenai review, audit, penilaian,
mitigasi, dan monitor atas risiko operasional
o Team-team evaluasi risiko pada lini bisnis untuk semua aspek mengenai review, audit,
penilaian, mitigasi dan pemantauan risiko operasional dalam setiap lini bisnis
o Unit bisnis individual yang bertanggugjawab pada manajemen risiko operasional, namun
setiap unit di dukung oleh team koordinasi sentral, seperti misalnya audit internal, untuk
memastikan bahwa risiko telah dikelola sesuai dengan kebijakan dan standar yang berlaku
menyeluruh di bank
o Bisa juga menggunakan kerangka campuran antara ketiganya
o semua pilihan tersebut tergantung pada pendekatan manajemen secara umum, apakah
sentralisasi atau desentralisasi
Pendekatan dalam membangun profil risiko operasional
• Pendekatan Top Down : penilaian risiko umum pada tingkat perusahaan dan kemudian
diperhalus dengan penilaian pada proses-proses penting yang di identifikasi pada tahap
pertama
• Pendekatan Bottom – Up : melakukan penilaian semua proses dalam setiap unit bisnis dan
menggabungkan informasi yang dihasilkan (umumnya melalui komite manajemen risiko)
untuk menghasilkan profil risiko tingkat perusahaan
Apapun penerapan kerangka dan pendekatan dalam membangun profil risiko yang penting
harus:
• Konsisten dengan profil risiko, ukuran, tingkat kecanggihan, sifat dan kompleksitas bank
• Harus ada peran dan tanggung jawab jelas untuk masing-masing individu dan team
• Terintegrasi antara proses pengukuran dan manajemennya serta :
Proses dan prosedur yang jelas untuk pengelolaan dan mitigasi risiko
Suatu sistem untuk menghimpun data kerugian
Penyatuan ukuran-ukuran risiko
7.1.3 Kegiatan manajemen risiko operasional
Lima (5) kegiatan dasar manajemen risiko operasional :
• Identifikasi (identification) kegiatan terus menerus karena bisnis dinamis
• Penilaian (assessment)
• Pengukuran (measurement)
• Mitigasi / pengendalian (mitigation)
• Pemantauan / pelaopran (monitoring)
IAM3
Selain 5 kegiatan dasar tersebut, bank juga harus melakukan evaluasi khusus atas peristiwa yang
berdampak tinggi, meliputi :
• Dimana proses yang mengalami kegagalan
• Mengapa terjadi kegagalan
• Gangguan-gangguan manajemen apa saja yang ditimbulkam
• Pengendalian seperti apa yang telah dilakukan dan mengapa sampai gagal
• Bagaimana peristiwa tersebut bisa dihindari
• Apa yang sudah dilakukan untuk mengurangi dampaknya
• Bagaimana peristiwa seperti itu dapat dicegah di kemudian hari
Pemantauan (monitoring) • Bank harus memantau dan melaporkan risiko operasionalnya secara
teratur
7.1.4 Tantangan dalam penerapan kerangka kerja risiko operasional
• Tantangan penerapan kerangka kerja risiko operasional :
Melibatkan perubahan cara kerja
Dipandang sebagai suatu proses yang memberikan ancaman kemapanan
• Oleh karena itu untuk memaksimalkan benefit, kerangka kerja manajemen risiko operasional harus :
Jelas dan transparan
Secara efektif mengkomunikasikan sasaran dan manfaatnya
Mendapatkan persetujuan dan melibatkan karyawan lokal
Menerapkan rasa memiliki dan tanggung jawab yang jelas atas bisnis / manajemen
Mendorong keterbukaan untuk mengurangi tendensi alamiah karyawan untuk menutupi
kesalahannya
Tidak dilihat sebagai suatu proses kedisiplinan
Diterapkan dengan kewenangan yang tepat dan didukung oleh manajemen
7.1.5 Prinsip-prinsip Basel tentang manajemen risiko operasional
• Bagi bank yang menggunakan BIA dalam perhitungan modal risiko operasional, ditetapkan sata
persyaratan yaitu mematuhi petunjuk komite Basel pada “sound practices for the management and
supervision of operational risk” yang telah dipublikasikan pada februari 2003
• Dokumen tersebut dimaksud :
Memberikan pengenalan bagi bank terhadap prinsip-prinsip serta praktek terbaik dalam industri
untuk pengelolaan risiko operasional secara efektif
Memberikan petunjuk bagi badan pengawas lokal tentang bagaimana mengevaluasi kerangka
kerja risiko operasional bank
• Petunjuk tersebut memperkenalkan 10 prinsip pengelolaan dan pengawasan risiko operasional
yang dibagi ke dalam 4 area berikut :
1. Pengembangan lingkungan manajemen risiko yang tepat
2. Proses manajemen risiko : identifikasi, penilaian, pemantauan, dan mitigasi/pengendalian
(IAM2)
3. Peran badan pengawass
4. Peran keterbukaan
7.2. Mitigasi Risiko Operasional
7.2.1 Mengapa mitigasi risiko operasional ?
• Mengelola dan mitigasi risiko operasional
Disarankan bagi yang menggunakan BIA
Wajib bagi yang menggunakan SA dan AMA
• Mitigasi dan pengendalian = mengurangi frekuensi (kemungkinan) dan dampak kerugian risiko
operasional
• Ada peraturan lain (diluar Basel) yang meminta perusahaan untuk melakukan pengelolaan
risiko operasional, misal Sarbanes Oxley Act (SOX) yang mengatur tentang tata kelola
perusahaan dan pengendalian
• Benefit mitigasi risiko operasional :
Peningkatan pengendalian dan pengurangan frekuensi kejadian menurunkan kerugian
atas risiko operasional
Beberapa teknik mitigasi meningkatkan efisiensi bisnis, mengurangi biaya overhead
Pengurangan probabilitas timbulnya suatu kejadian (dan dampaknya) akan mengarah pada
menurunnya kebutuhan modal atas risiko operasional bagi bank-bank yang
menggunakan AMA
• Pengabaian mitigasi & pengendalian cepat menghadapi sejumlah besar kejadian dengan
frekuensi tinggi dan atau dampak tinggi
• Setiap upaya peningkatan mitigasi dan pengendalian ada konsekuensi biaya (biaya
implementasi, penurunan efisiensi, waktu proses bertambah, kemampuan nasabah
menggunakan jasa bank)
• Upaya peningkatan mitigasi dan pengendalian harus memperhitungkan cost-benefit. Tidak tepat
meningkatkan pengendalian tetapi : biaya melebihi potensi kerugian, nasabah berpindah ke bank
lain, gagal mengatasi inefisiensi
• Peristiwa yang kemungkinan terjadi rendah dan dampak rendah tidak tepat kalua
dikendalikan secara berlebihan harusnya hanya dengan pengendalian yang sesuai untuk
mencegah menjadi dampak / frekuensi tinggi
• Jadi, pertama bank harus tahu terlebih dahulu profil risiko operasionalnya apakah masih
dalam batas toleransi (appetite) ? baru dilakukan pengelolaan
7.2.2 Teknik-teknik mitigasi dan pengendalian
• Teknik mitigasi proaktif : mencegah sebelum peristiwa terjadi
reaktif : mengurangi dampak peristiwa
• Teknik mitigasi yang baik proaktif, namun sering teknik mitigasi yang proaktif (mencegah)
dilakukan setelah adanya timbul suatu peristiwa (reaktif) hal ini bisa terjadi karena
manajemen risiko operasional adalah proses belajar (learning process)
• Oleh karena itu :
Bank harus mereview setiap kejadian dan diambil tindakan koreksi untuk mencegah agar
tidak terulang lagi dikemudian hari
Bank harus banyak belajar dari peristiwa bank-bank lain jangan sampai terjadi di bank kita
• Kapan teknik mitigasi diterapkan ? yang terbaik pada saat tahap perancangan proses
(supaya efisien)
Teknik-teknik mitigasi risiko operasional mencakup :
1) Pengendalian manajemen yang efektif
2) Pendefinisian tanggungjawab dan kebijakan secara jelas
3) Komunikasi yang efektif
4) Pemisahan /segregasi tugas
5) Pengamanan yang efektif – secara fisik dan sistemik
6) Pemetaan proses secara end to end
7) Manajemen karyawan yang efektif pelatihan, program mempertahankan karyawan, dan perencanaan
suksesi
8) Teknologi program kegagalan satu digit, back up data, perencanaan kapasitas dan dukungan terhadap
user secara efektif
9) Penanganan kejadiaan secara efektif (termasuk near miss) pelaporan, analisis dan pencegahan untuk
timbul kembali
10) Pemantauan dan pelaporan secara efektif, contoh : audit, jejaak audit, dan laporan-laporan management
11) Insentif karyawan bank harus mendorong karyawannya untuk melaporkan kejadian-kejadian dan tidak
menyembunyikannya di balik karpet
12) Pembatasan dampak yaitu perencanaan kelangsungan bisnis (business continuity plans), litigasi dan
asuransi
Pemetaan proses secara end to end ?
• Merupakan salah satu cara pengendalian risiko operasional
• Dilakukan dengan cara mereview suatu proses bisnis dari awal hingga akhir sebagai satu kesatuan proses (mata rantai)
dikaitkan dengan sasaran bisnis
• Setiap ada mata rantai yang putus / gagal berdampak pada pelayanan nasabah
• Tujuannya untuk meningkatkan operasional dan mengurangi kesalahan / efisiensi
• Contoh : proses penyetoran cek kliring
Cabang menerima cek proses kliring terima dana dari penerbit cek kredit dana ke nasabah
b. Definisi Default
o Bank harus menggunakan definisi baku tentang default pada saat menghitung PD, LGD,
dan EAD
o Pengawas harus mengeluarkan petunjuk interpretasi default dan pengaruhnya terhadap
perubahan modal
c. Risiko Residual
o Risiko kredit bisa dimitigasi dan dikurangi modalnya dengan agunan, garansi atau derivative kredit
o Bank masih menghadapi risiko residual atas status hokum, dokumentasi
o Bank harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk meminimalkan eksposure risiko individual
o Pengawas melakukan review dan mengambil tindakan apabila yang dilakukan bank kurang memadai
d. Risiko Konsentrasi
o Konsentrasi risiko bank terfokus pada produk / jasa dan aktifitas bank tertentu dapat
membahayakan kelangsungan bisnis
o Konsentrasi risiko kredit hal umum karena aktifitas utama bank memberikan kredit (contoh
kasus : Peregrine)
o Konsentrasi kredit tidak dicakup Pilar 1 tetapi Pilar 2
o Bank harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko konsentrasi
o Manajemen risiko konsentrasi kredit bagian dari perhitungan modal
o Bank harus melakukan stresstesting, mengevaluasi dampak dan mengambil tindakan serta
mencukupi modalnya
o Risiko konsentrasi kredit mencakup eksposur kepada :
Counterpart tunggal atau kepada beberapa counterpart yang saling terkait
Beberapa counterpart dalam satu area geografis
Sejumlah counterpart yang tergantung pada kegiatan / komoditas yang sama
Metode mitigasi (misalnya agunan) yang sama
o Pengawas harus menilai bagaimana bank mengelola risiko konsentrasi dan mencukuopi
modalnya sesuai Pilar 2
o Pengawas mengambil tindakan apabila langkah-langkah bank terkait risiko konsentrasi kurang
efektif
8.1.3 Risiko Operasional
• Penggunaan Gross Income untuk menghitung modal hanya proxy sehingga hasilnya bisa
over/under estimate dari yang seharusnya
• Oleh karena itu perlu validasi dengan membandingkan dengan modal bank-bank lain yang satu
peer credibility test (Bab.9)
8.2. Supervisory Review pada aktifitas sekuritisasi
• Ada dua alasan bank melakukan sekuritisasi yaitu :
Funding securitization penggalangan dana untuk tujuan memenuhi kebutuhan likuiditas
Pengalihan risiko untuk menurunkan risiko dan meningkatkan ketersediaan modal (CAR)
• Syarat untuk pengurangan modal dalam sekuritisasi adanya transfer risiko secara signifikan kepada
pihak ketiga
• Pengawas harus mereview bahwa transfer risiko telah dilakukan dan modal yang disediakan telahs esuai
dengan kondisi risiko yang dihadapi
• Pengawas dapat menurunkan / membatalkan keringanan modal (capital allowance) jika dipandang tidak
ada pengalihan risiko secara memadai
• Derajat pengalihan risiko dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh originator baik secara eksplisit
(dalam kontrak, missal : derivative kredit, garansi) atau secara implisit (missal dengan membeli aset yang
kualitasnya buruk)
Dukungan Implisit
• Bank yang diketahui memberikan dukungan secara implisit harus :
Menyediakan modal atas aset yang disekuritisasi seperti kalau belum disekuritisasi
Mengumumkan tindakan dukungan implisit beserta modal yang disediakan kepada publik
• Bank yang dijumpai memberikan dukungan implisit pada lebih dari satu kejadian harus mengumumkan
ke publik dan dapat diberikan 4 alternatif tindakan berikut :
Bank tidak diberikan keringanan modal selama waktu tertentu
Bank diminta menyediakan modal seperti memberikan komitmen (off B/S) dengan ditentukan
faktor konversi tertentu
Bank menghitung modal atas seluruh aset yang disekuritisasi seolah-olah masih tetap di neraca
bank
Bank memiliki modal diatas minimum regulatory capital tertentu
• proses supervisory review akan meneliti penilaian bank atas risiko residual, risiko call provision dan
risiko amortisasi awal yang melekat pada aspek-aspek sekuritisasi
8.3. Akuntabilitas Pengawasan dan Kerjasama Internasional
• Pengawasan bank masing-masing negara punya diskresi, pelaksanaannya harus transparan &
akuntabel, artinya :
Kriteria untuk review permodalan bank (termasuk kriteria untuk penetapan rasio modal di atas
minimum) tersedia untuk publik
Penetapan rasio modal yang lebih tinggi pada suatu bank harus dijelaskan alasannya dan tindakan
untuk perbaikan
Bank internasional Home Supervisor (Pengawas Kantor Pusat) dan Host Supervisor (pengawas di negara
lain tempat bank beroperasi). Oleh karena itu :
Harus ada kerjasama erat antara home dan host supervisor untuk mengurangi kendala pengawasan
bank internasional
Home Supervisor memimpin koordinasi supaya tidak ada tumpeng tindih pengawasan yang tidak
terkoordinasi
8.4. Permasalahan Penerapan Basel II bagi pengawas
• Basel II :
o Menyediakan kerangka pengukuran modal atas risiko dan standar minimal yang harus dipenuhi
o Bertujuan untuk ketahanan pasar finansial global
o Bukan merupakan aturan hukum, penerapan di setiap negara diselaraskan dengan aturan hukum
setempat
o Penerapan Basel II di setiap negara merupakan tanggungjawab masing-masing badan pengawas
o Badan pengawas harus meneliti berbagai permasalahan dalam penerapan Basel II, meliputi :
Prioritas pengawasan bank secara nasional
Identifikasi populasi bank yang akan diregulasi dengan Basel II
Tahapan yang diperlukan untuk penerapan ketiga Pilar
Perubahan ketentuan yang diperlukan untuk mendukung implementasi
Kecukupan sumber daya pengawasan
Prioritas Nasional
• Setiap negara maju perlu rezim pengawasan yang kuat dan disegani (robust), ini menjadi prioritas
sebelum penerapan Basel II itu sendiri
• Rezim pengawasan yang robust mencakup :
Infrastruktur hokum dan perundangan
Sumber daya manusia
Standar akuntansi
Permasalahan tata kelola (corporate governance)
Populasi Perbankan
• Tidak ada kewajiban semua bank harus diatur dengan Basel II
• Badan pengawas bias menetapakan bank yang sederhana dan produknya terbatas diatur dengan aturan
yang lebih
• Boleh saja pada tahap awal kerangka pengukuran modal menggunakan yang basic dulu, setelah itu
meningkat ke arah advance kalua sumber daya sudah tersedia
Tahapan penerapan di lapangan :
• Penerapan Basel II perlu alokasi sumber daya bagi pengawas maupun perbankan
• Rencana penerapan harus transparan dan melibatkan komunitas perbankan
• Perbankan harus mengetahui hal-hal yang menjadi diskresi badan pengawas
• Pengawas harus memiliki keyakinan bahwa pengawas dan bank telah memiliki sumberdaya yang
memadai untuk penerapan dan pengelolaan Basel II
Perubahan hukum
• Penetrapan Basel II perlu dukungan dari aspek legal, misalnya dalam bentuk undang-undang
• Kalau perlu dukungan undnag-undang perlu koordinasi dengan legislator
Sumber daya pengawasan
• Penerapan Basel II perlu dukungan sumberdaya (SDM) pengawas yang terlatih, oleh karena diperlukan
Pelatihan
Mutasi, dari tugas umum ke tugas khusus
Peningkatan kondisi kerja mempertahankan karyawan
Menggunakan jasa auditor dan konsultan
• Selain SDM, sumber daya teknologi dan metode pelaporan juga perlu dipersiapkan
8.5. Hubungan Pengawas dengan Auditor Internal dan Eksternal
Badan Pengawas menghadapi tantangan yang sama dan tugasnya saling melengkapi
Auditor Internal
Auditor Ekternal
Petunjuk Basel Januari 2002 : The relationship beetwen banking supervisor’s and bank’s external auditors
Area-area pengawasan yang saling melengkapi antara pengawas dan audit eksternal meskipun focus
perhatian berbeda
• Laporan keuangan
• Pengendalian internal dan catatan
Perlu kerjasama
Auditor Eksternal dan Pengawas - Laporan Keuangan
• Tanggungjawab utama auditor eksternal : memberikan laporan kepada direksi dan pemegang saham bank
mengenai laporan keuangan bank
• Laporan keuangan digunakan pengawas untuk memantau kondisi dan kinerja kegiatan usaha bank
sebagai bagian dari proses penilaian risiko
• Dalam penggunaan laporan keuangan perlu disadari hal-hal berikut :
o Laporan keuangan bukan untuk kebutuhan pengawas
o Laporan keuangan dipengaruhi kebijakan akuntansi
o Laporan keuangan merupakan judgement manajemen yang diuji auditor
o Posisi keuangan dipengaruhi oleh subsequent event (kejadian setelah audit)
o Evaluasi pengendalian internal oleh auditor belum tentu memenuhi kebutuhan pengawas
o Pengendalian dan kebijakan akuntansi yang dipertimbangkan auditor eksternal mungkin bukan satu-
satunya yang digunakan untuk mempersiapkan informasi bagi pengawas
Auditor Eksternal dan Pengawas –Pengendalian Internal dan Catatan
Contoh : bank Cahoot di UK yang sistem dan teknologinya gagal mengantisipasi lonjakan
permintaan akibat promosi gencar yang dilakukannya
9.1.3 Pengawasan Risiko Operasional di UK
• Pendekatan Financial Services Authority (FSA) di Inggris dalam menerapkan pengawasan
sesuai Pilar 2 Basel II dikenal dengan nama skema Advanced Risk Response Operating
Framework (ARROW)
• Dalam rangka membantu badan pengawas untuk mengidentifikasi risiko tertentu dalam suatu
bank, skema ARROW mengklasifikasikan risiko berdasarkan empat kelompok risiko bisnis
dan lima kelompok risiko pengendalian
• Selain skema ARROW, FSA juga mempublikasikan buku FSA Compliance Handbook
berisi persyaratan pelaporan dan pemeliharaan catatan risiko operasional
Ketentuan di luar Basel II :
FSA di Inggris bank diminta memberikan laporan ke pengawas apabila ada kejadian risiko operasional
yang “signifikan”
Di AS definisi risiko operasional lebih luas daripada definisi Basel dimungkinkan risiko lainnya
dimasukkan ke dalam definisi risiko operasional dihitung modal
9.2.2. Pengawasan Terhadap Risiko Reputasi
• Merupakan salah satu dari kategori risiko lainnya
• Difinisi : risiko atas potensi rusaknya perusahaan yang diakibatkan oleh opini publik yang negativf
• Penyebab risiko Reputasi :
Salah penjualan produk Pertanyaan publik :
Kesalahan produk 1. bank beroperasi dengan benar ?
Kerugian dari investasi yang buruk 2. manajemen mengetahui ?
Kegagalan pengendalian 3. uang saya aman ?
penipuan dan pencurian
Tindakan-tindakan karyawan
Outsourcing
Tidak ada display ke nasabah
Investasi melanggar etika
Kegagalan di bank lain
Kegagalan teknologi
Kesalahan pemasaran
Keputusan bisnis dan strategik yang buruk
Kerugian besar akibat risiko kredit dan risiko pasar
• Risiko reputasi fenomena modern karena tidak ada kejadian tertentu tiba-tiba terkena dampak
reputasi
Risiko operasional fenomena tradisional karena ada kerugian karena ada kejadian
Contoh : bank Barclays melakukan penutupan banyak cabang seperti yang dilakukan bank lain,
tetapi Barclays yang terkena reputasi jelek karena publikasinya bersamaan dengan kenaikan gaji
manajemen (salah timing)
• Risiko reputasi meningkat frekuensi dan dampaknya karena globalisasi liputan media real time
• Risiko reputasi juga bisa disebabkan karena perilaku / ucapan individu
contoh : :
Penggunaan selebriti untuk iklan yang dikemudian terkena kasus (narkoba dll)
Ucapan yang blunder oleh manajemen dan diliput media (contoh kasus Ratner)
Risiko Reputasi Saat ini :
• Cenderung lebih besar daripada 10 tahun yang lalu
• Bank lebih protektif terhadap reputasi
• Bank lebih pro-aktif mengelola risiko
• Bank sangat menyadari nilai finansial atas reputasinya
• Bank cenderung memasukkan risiko reputasi ke dalam definisi risiko operasional konsekuensinya :
mitigasi menggunakan strategi risiko operasional bank dan dimasukkan ke dalam perhitungan
modal
• 9.2.3 Persyaratan Hukum Lainnya
• Bank Internasional diatur oleh banyak rezim
• Rezim Basel II mengatur pengelolaan risiko operasional dan satu-satunya peraturan yang
mewajibkan bank menyediakan modal atas risiko operasional
• Rezim peraturan yang lain kebanyakan juga mengatur mengenai risiko operasional
• Oleh karena itu penting bagi bank untuk memiliki definisi risiko operasional yang :
Cukup luas untuk bias mencakup berbagai rezim peraturan
Cukup sempit agar mudah dikelola
• Bank harus memiliki kerangka kerja risiko operasional tunggal bias memenuhi berbagai rezim
peraturan dan mencakup definisi risiko operasional dan risiko lain sesuai dengan definisi peraturan
yang berbeda tersebut
• Bank-bank besar di AS harus tunduk pada ketentuan Basel II dan undang-undang Sarbanes
Oxley Act (SOX) tentang akuntabilitas korporasi
Salah satu ketentuan SOX auditor eksternal harus memastikan korporasi memiliki system
pengendalian yang baik atas laporan keuangannya
Untuk dapat memenuhi ketentuan tersebut banyak bank menggunakan standar yang
digunakan oleh industry lain (non-bank) yaitu standar COSO – ERM (Committee of Sponsoring
Organizations of the Treadway Commission Enterprise Risk Management – Integrated
Framework)
BAB 10
PERSYARATAN PENGUNGKAPAN BASEL II
10.1. Basel II dan Pengungkapan
• Pengungkapan (disclosure) penyebaran (diseminasi) informasi kepada publuk yang
bersifat material agar publik dapat mengevaluasi bisnis perusahaan
• Pengungkapan merupakan hal yang diwajibkan oleh otoritas nasional
• Bank wajib memenuhi syarat pengungkapan yang sama dengan perusahaan lain di wilayah
hukum badan pengawas
• Komite Basel mempublikasikan persyaratan pengungkapan dalam “Public Disclosure by
Bank”. Publikasi ini dilandasi oleh kajian atas laporan tahunan bank-bank dan penilaian
kualitatif dan kuantitatif
10.1.1 Persyaratan Pengungkapan Pilar 3
Prinsip-prinsip Pilar 3 :
• Tujuan Pilar 3 disiplin pasar untuk memenuhi ketentuan pengungkapan
• Sebagai pelengkap atas kewajiban penyediaan modal minimum (Pilar 1) dan Supervisory Review (Pilar 2)
• Fokus pada informasi risiko dan permodalan, bukan pada knierja keuangan
• Terdiri dari 3 kategori :
1. Struktur Modal
Pengungukapan kuantitatif
Total eksposur kredit berdasar jenis produk utama
Distribusi eksposur (berdasar geografi, industry dan maturity)
Jumlah kredit bermasalah
Jumlah eksposur berdasarkan SA dan IRBA
b. Pengungkapan bagi bank yang menggunakan SA :
Pengungkapan Kualitatif:
Nama lembaga pemeringkat kredit eksternal yang digunakan
Penjelasan konversi peringkat kredit publik ke peringkat kredit bank
Penyelarasan peringkat publik dengan peringkat bank
Pengungkapan Kuantitatif
Jumlah eksposur (setelah mitigasi) yang menggunakan SA
Output :
Kerugian actual untuk setiap portofolio dan perbandingannya dengan periode sebelumnya
Estimasi kerugian PD, LGD dan EAD dan perbedaan dengan hasil actual
Contoh perhitungan rata-rata tertimbang :
LGD 20% dan 40% rata-rata sederhana = 30%
LGD 20% untuk eksposur 500 dan 40% untuk eksposur 1000
rata-rata tertimbang LGD = ((20% x 500) + (40% x 1000)) / 1.500 = 33,33%
d. Pengungkapan penggunaan mitigasi (agunan)
Kualitatif
Kebijakan dan proses untuk netting eksposur, penilaian agunan dan manajemen agunan
Penjelasan tentang jenis agunan pokok yang diminta oleh bank
Informasi mengenai konsentrasi risiko pada agunan
Kuantitatif
Total eksposur (setelah netting) yang di cover oleh agunan finansial dan agunan lain
Eksposur yang di cover oleh jaminan (garansi) pihak ketiga dan credit derivatite harus diungkapan
secara tersendiri
e. Pengungkapan aktifitas sekuritisasi
Kualitatif
Tujuan sekuritisasi
Peran yang dijalankan bank dalam sekuritisasi
Pendekatan perhitungan penyediaan modal yang digunakan untuk aktifitas sekuritisasi
Kebijakan akuntansi menyangkut sekuritisasi
Nama lembaga pemeringkat eksternal yang digunakan
Kuantitatif
Total eksposur yang disekuritisasi berdasar jenis
Jumlah aset sekuritisasi yang kualitasnya menurun
Jumlah eksposur sekuritisasi yang tetap dimiliki atau dibeli secara total
Rincian dari setiap amortisisasi dini
Aktifitas sekuritisasi dalam tahun berjalan termasuk laba dan rugi dari penjualan eksposur yang
disekuritisasi
10.2.4.2. Pengungkapan Eksposur Risiko Pasar
Kualitatif :
• Persyaratan umum
• Penjelasan mengenai AMA dan ruang lingkupnya, jika digunakan
• Penggunaan asuransi untuk mitigasi risiko operasional jika AMA digunakan
Kualitatif :
Persyaratan kualitatif umum
Asumsi mengenai pembayaran dini (prepayments)
Asumsi atas simpanan yang tidak memiliki jatuh tempo
Frekuensi pengukuran
Kuantitatif :
Kenaikan / penurunan dalam laba atau nilai ekonomi untuk perubahan suku bunga yang besar
(rate shocks), dilaporkan secara terpisah berdasarkan mata uang
10.2.4.5. Pengungkapan Eksposur Risiko Ekuitas pada Banking Book
Kualitatif :
Persyaratan umum
Penjelasan mengenai perbedaan laporan antara portofolio trading dan portofolio lain
Penjelasan mengenai kebijakan penilaian dan akuntansi
Kuantitatif
Nilai investasi berdasarkan mark-to-market, nilai wajar atau dasar penilaian lainnya
Jenis investasi yang diperdagangkan secara umum dan yang dimiliki secara privat
Laba / rugi kumulatif yang direalisasi, laba yang belum direalisasi dan setiap jumlah yang
termasuk dalam modal Tier 1 dan Tier 2
Persyaratan modal berdasarkan portofolio ekuitas
BAB 11
REJIM PENGAWASAN BANK INDONESIA
CH.11. Pengawasan Bank Oleh Bank Indonesia
I. Kebijakan
Penilaian Tingkat kesehatan : CAMELS
Peringkat komposit individual ditetapkan dengan :
• diperoleh dari 6 peringkat komponen
• Peringkat keseluruhan berdasarkan analisis kualitatif dan kuantitatif 6 komponen berbeda tergantung
kebijakan usaha bank
• Bobot masing-masing komponen berbeda tergantung kegiatan usaha bank
Kategori peringkat komposit :
Tercantum dalam PBI No.6/10/PBI/2004 :
PK1 : sangat baik, PK2 : baik, PK3 : cukup baik, PK4 : kurang baik, PK5 : tidak baik
Difinisi komponen peringkat :
C = 6, A = 6, M = 3, E = 5, L = 8, S = 2
II. Governance
Delapan prinsip Basel tentang Corporate Governance : 8
PBI :8/4/PBI/2006 dengan prinsip TARIF
Ruang lingkup GCG : 7
Dewan Komisaris :
• Tugas dan tanggungjawab : 2
• Struktur : 5
• Dilarang : 3
Direksi :
• Tugas dan tanggungjawab : 5
• Struktur : 4
• Dilarang : 4
Komite Khusus : audit, pemantau risiko, remunerasi & nominasi
• Tanggung jawab masing-masing
• Keanggotaan
III. Pengungkapan
Transparansi Governance :
BPI : 8/4/PBI/2006 : laporan GCGIR setiap tahun, 5 bulan paling lambat, disampaikan kepada 8 pihak + website
Cakupan GCGIR : 11
Transparansi Keuangan & Non Keuangan : PBI : 3/22/PBI/2001 : Laporan tahunan, laporan keuangan publikasi triwulan,
laporan keuangan publikasi bulanan, laporan keuangan konsolidasi
• Pihak yang diberikan laporan
• Cakupan laporan
• Transparansi nasabah : PBI/7/6/PBI/2005 : transparansi produk dan penggunaan data nasabah
IV. A P I
Framework 5 – 10 tahun yang akan datang
Tujuan : perbankan stabil, sehat, efisien
Tanggapan setelah diterpa krisis
Tantangan API : 8
Enam Pilar API : 6
11.1. Kebijakan Pengawasan BI
• Bank Indonesia regulator perbankan untuk 131 bank umum dan > 2.000 BPR
• Bank Indonesia melakukan pengawasan baik inspeksi di tempat (site inspection) secara reguler, dan off site
supervision
CAMELS
“Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum” menganut asas TARIF
• Transparan – bank harus mengungkapan informasi yang relevan dan proses pengambilan keputusan
• Akuntabel – kebijakan dan prosedur untuk menjamin bahwa manajemen senior akuntabel pada stakeholders
• Responsibility – bertindak sesuai dengan hukum, regulasi dan prinsip-prinsip manajemen bank yang baik
• Independen – bertindak secara profesional tanpa pengaruh / tekanan dari pihak lain
• Fairness (kewajaran) – memenuhi hak stakeholder sesuai perjanjian, hukum dan regulasi
7 Cakupan penerapan GCG sesuai PBI
1. Implementasi pertanggungjawaban dewan komisaris dan direksi
2. Aktivitas dari komite-komite utama
3. Kinerja bagian kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal
4. Penerapan manajemen risiko dan sistem pengendalian internal
5. Pemberian kredit pada pihak terkait dan pemberian kredit besar
6. Rencana strategis bank
7. Pengungkapan informasi keuangan dan non keuangan yang bersifat kualitatif dan kuantitatifa
11.2.1. Dewan Komisaris
Tugas dan tanggungjawab utama :
• Memastikan GCG dilaksanakan pada semua kegiatan dan diseluruh tingkatan organisasi bank
• Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tanggungjawab direksi dengan mengarahkan, mengawasi,
mengevaluasi implementasi atas kebijakan strategis bank
• Tidak boleh terlibat langsung dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan aktifitas operasional bank
agar obyektif dalam mengevaluasi kinerja bank. Dikecualikan dari hal tersebut ketika bank bermaksud
memberikan dana kepada pihak terkait dengan bank (yaitu pemiliki, investor, dan manajemen senior)
diperlukan persetujuan komisaris
• Memastikan bahwa direksi menindaklanjuti rekomendasi audit internal, audit eksternal, BI dan otoritas lain
• Melaporkan kepada BI apabila
Ada pelanggaran hukum keuangan dan perbankan paling lambat 7 hari sejak diketahui
Setiap kondisi yang bisa membahayakan kelangsungan usaha bank
• Tunduk pada pedoman dan prosedur (rencana) kerja yang mencakup etika dan ketaatan pada regulasi
Struktur Dewan Komisaris
• Terdiri dari paling tidak tiga anggota
• Jumlah anggota tidak melebihi jumlah anggota direksi
• Memiliki paling tidak satu anggota berdomisili di Indonesia
• Dipimpin oleh Presiden Komisaris atau Dewan Komisaris Utama
• Paling tidak 50% dari anggota dewan komisaris adalah komisaris independen
• Anggota direksi / pejabat eksekutif dapat diangkat menjadi komisaris independen setelah melewati masa
tunggu (cooling off) minimal 1 tahun
Catatan :
Komisaris independen adalah seseorang yang tidak ada hubungan keuangan, manajemen, kepemilikan saham
dan atau keluarga dengan anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham pengendali atau
hubungan lain yang bisa mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen
Larangan bagi Dewan Komisaris
• Menjadi pejabat eksekutif atau anggota dewan komisaris atau dewan direktur di bank lain, atau di lebih
dari satu lembaga / perusahaan bukan lembaga keuangan
• Mengunakan bank untuk kepentingan diri sendiri, keluarga dan atau pihak lain yang bisa merugikan
keuntungan bank
• Menerima keuntungan dari bank selain remunerasi yang ditetapkan dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS)
• Bisa rangkap untuk komisaris, direksi, atau pejabat eksekutif bidang pengawasan pada 1 perusahaan anak
bukan bank dalam kendali bank
• Mayoritas anggota dewan komisaris dilarang saling memiliki hubungan keluarga (sampai derajat kedua)
dengan anggota dewan komisaris lain dan atau dewan direktur
11.2.2 Direksi
Tugas dan tanggungjawab utama :
• Bertanggungjawab penuh atas pengelolaan bank
• Melaksanakan prinsip-prinsip GCG BI dalam seluruh kegiatan bank
• Menindaklanjuti temuan audit internal, audit eksternal dan laporan pengawasan BI
• Memberi informasi yang akurat dan tepat waktu kepada dewan komisaris
• Mengelola bank sesuai dengan hukum perseroan Indonesia
• Wajib membentuk fungsi :
Satuan Kerja Audit Internal (SKAI)
Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR)
Satuan Kerja Kepatuhan (SKK)
• Wajib memiliki pedoman dan tata kerja yang mencakup bidang seperti etika kerja, waktu kerja dan
pengaturan rapat
• Wajib mengungkapkan kebijakan startegis bank yang terkait dengan hubungan pegawai dengan pegawai
Struktur Direksi :
• Harus terdiri dari paling tidak tiga anggota
• Semua anggota berdomisili di Indonesia
• Dipimpin oleh seorang Presiden atau Direktur Utama yang Independen dari pemegang saham pengendali
• Minimal 50% anggota direksi memiliki pengalaman kerja paling tidak lima tahun sebagai pejabat eksekutif
suatu bank, kecuali bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasar prinsip-prinsip syariah
• Direkomendasikan oleh dewan komisaris melalui RUPS, dengan mempertimbangkan rekomendasi dari
Komite Remunerasi dan Nominasi
• Setiap anggota direksi harus memiliki kemampuan menjalankan perannya dan lulus penilaian kemampuan
dan kepatuhan (fit and proper)
Larangan bagi Direksi :
• Menjadi pejabat eksekutif, anggota dewan komisaris atau anggota direksi dari bank lain, perusahaan atau
lembaga lain. Direktur bidang pengawasan bank boleh menjadi komisaris perusahaan anak bukan bank
• Memanfaatklan bank untuk kepentingan diri sendiri, keluarga dan atau pihak lain yang bisa merugikan
bank
• Memiliki lebih dari 25% saham bank atau perusahaan lain
• Mengambil / menerima keuntungan pribadi dari bank selain remunerasi yang ditetapkan dalam RUPS
• Mayoritas anggota direksi dilarang memiliki hubungan keluarga dengan anggota lain dari direksi atau
dewan komisaris
11.2.3 Komite-Komite Khusus
Guna menerapkan praktek terbaik GCG, BI mewajibkan dewan komisaris bank memiliki komite
khusus, minimal adalah :
1) Komite Audit
2) Komite Pemantau Risiko
3) Komite Remunerasi dan Nominasi (bisa digabung/dipisah)
Komite Remunerasi dan Nominasi dapat terdiri dari satu komite gabungan atau dua komite terpisah
Komite Remunerasi dan Nominasi – Struktur dan syarat keanggotaan :
• Seorang komisaris independen
• Seorang komisaris lain
• Seorang pejabat eksekutif yang membawahi SDM / perwakilan pegawai