Anda di halaman 1dari 7

Value at Risk

3 Votes

Risiko pasar dari suatu investasi tunggal maupun portofolio dapat diukur dengan mengacu pada
kemungkinan kerugian finansial akibat gabungan dari pergerakan variabel ekonomi yang
sistematis seperti bunga dan nilai tukar (Fallon, 1996). Mengukur risiko pasar penting bagi
regulator dan manajer dalam menilai solvabilitas dan risiko dalam mengalokasi modal yang
langka. Selain itu, risiko pasar lazim merupakan salah satu risiko utama yang dihadapi oleh
lembaga keuangan.

Value at Risk (VaR) merupakan ukuran yang dapat digunakan untuk menilai kerugian terburuk
yang mungkin terjadi bagi seorang investor atau suatu badan usaha atas investasinya dalam
sekuritas atau aset-aset, baik secara satu per satu atau dalam portfolio pada suatu waktu
tertentu, pada tingkat peluang yang ditetapkan. Dalam VaR, kemungkinan kerugian dihitung dari
peluang kerugian lebih buruk daripada suatu persentase yang ditetapkan.

Proses Pengukuran VaR


Model untuk menghitung VaR bermacam-macam, namun secara umum pengukuran VaR
mengikuti proses lazim yang dapat diringkaskan dalam tiga tahap di bawah. Metode baku dalam
mengukur risiko pasar ialah dengan melihat pada selang kepercayaan tertentu, peluang kerugian
portofolio dalam jangka waktu tertentu (biasanya jangka pendek). Menghitung
VaR membutuhkan sebaran peluang (distribusi probabilitas) dari perubahan nilai portofolio.
Dalam model manajemen risiko sebaran peluang diperoleh dengan menempatkan asumsi
(1) bagaimana fungsi portofolio diperkirakan, dan (2) bagaimana variabel yang berpengaruh
dimodelkan.

Tahap pengukuran VaR:

1. Identifikasi faktor risiko dan distribusi kerugian


2. Ukur risiko dan hitung VaR berdasarkan distribusi kerugian tersebut. Dalam hal ini terdapat
beberapa metoda yang lazim digunakan, yaitu:
o a. Pendekatan Variance-Covariance
o b. Pendekatan Simulasi Historis
o c. Pendekatan Simulasi Monte Carlo
o d. Pendekatan Simulasi Bootstrapping
3. Melaksanakan prosedur back-testing

Perbedaan utama berbagai metoda VaR pada umumnya terkait dengan cara melihat (membatasi)
masalah, dan bagaimana mengestimasi perubahan yang mungkin terjadi terhadap portfolio
aset/sekuritas yang dipegang. Secara teknis, tahapan dalam mengukur VaR mencakup:

1. Penentuan nilai pasar dari posisi yang dipilih,


2. Mengukur sensitivitas sumber risiko dan korelasi diantara mereka,
3. Identifikasi horizon-waktu dari investasi,
4. Menetapkan derajat kepercayaan (confidence degree), dan
5. Menghitung kerugian maksimum yang diperkirakan.

Berbagai metoda pengukuran VaR lazim pada awalnya mengikuti tahap-tahap: pemilihan faktor
risiko dan pemilihan metoda pemodelan risiko.

(1) Pemilihan Faktor Risiko

Perubahan nilai portfolio dihela oleh perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi harga aset.
Faktor risiko yang relevan tergantung pada komposisi portfolio. Pemilihan faktor risiko akan
sederhana untuk sekuritas yang sederhana dan rumit untuk sekuritas yang kompleks.

(2) Pemilihan Metoda Pemodelan Risiko

Terdapat beberapa metoda untuk mengukur VaR: 1) Pendekatan Variance-Covariance, 2)


Pendekatan Simulasi Historis, 3) Pendekatan simulasi Monte Carlo, dan 4) Pendekatan Simulasi
Bootstrapping.

(3) Back-testing

Verifikasi merupakan prosedur lazim untuk mencek kekuatan model. Pencekan kekuatan model
VaR dapat dilakukan menggunakan backtesting, stress testing, atau independent
review dan oversight. Backtesting adalah kerangka pengujian stratistis yang berisi pencekan
apakah kerugian pada prakteknya sejalan dengan peramalan VaR. Suatu penyimpangan akan
disebut sebagai pengecualian.

II. Methoda Pengukuran VaR


Metoda pengukuran VaR dapat dikelompokkan dalam pendekatan parametrik, non-parametrik,
dan semi-parametrik. Pendekatan parametrik meliputi 1) pendekatan variancecovariance, dan
2) GARCH. Pendekatan non-parametrik meliputi 1) pendekatan simulasi histories, 2) pendekatan
simulasi Monte Carlo; dan 3) pendektan simulasi Bootstrapping. Pendekatan semi-parametrik
mengkombinasikan kedua pendekatan dalam langkah-langkah pengukuran VaR yang dilakukan.
(1) Metoda Variance-Covariance

Metoda analisis variance-covariance berasumsi bahwa faktor risiko terdistribusi secara log-
normal, sehingga log-returns terdistribusi normal. Setelah distribusi laba-rugi portfolio diperoleh,
maka property matematis baku dari distribusi normal dapat digunakan untuk menghitung
kerugian yang akan setara dengan atau melampaui x persen pada suatu waktu, yakni VaR.

Metoda varian-covariane meliputi empat tahap:

1.Identifikasi faktor pasar dasar dan dan posisi standar yang berhubungan langsung dengan
faktor pasar.

2.Berasumsi bahwa persen perubahan faktor pasar terdistribusi Normal dengan rerata nol dan
mengestimasi parameter distribusinya.

3.Menggunakan standar deviasi dan korelasi faktor pasar untuk menentukan standar deviasi dan
korelasi perubahan nilai standar posisi.

4.Hitung varian dan standar deviasi portfolio dengan menggunakan distribusi Normal untuk
menentukan distribusi laba-rugi portfolio.

(2) Metoda Simulasi Historis

Metoda simulasi histories tidak berasumsi distribusi Normal, tetapi menggunakan distribusi
empiris dari realisasi historis pada suatu waktu yang ditentukan. Lazim dianggap dibutuhkan
data harian dua-tiga tahun untuk menghasilkan hasil berarti. Sekurang-kurangnya dibutuhkan
data 250 hari terakhir (satu tahun) dan dihitung persen perubahannya.

Tahapan untuk mengukur VaR pendekatan simulasi historis meliputi:

1.Identifikasi faktor pasar

2.Memperoleh nilai histories dari faktor pasar selama N perioda terakhir

3.Nilai ulang portfolio sekarang dengan perubahan suku bunga dan harga pasar

4.Hitung laba dan rugi harian

5.Urutkan laba-rugi harian dari yang tertinggi sampai terendah

6.Pilih persentil 99% untuk Value-at-Risk.

(3) Metoda Simulasi Monte Carlo

Simulasi Monte Carlo berisi simulasi berulang proses acak yang dikaitkan dengan harga dan
suku bunga pasar. Masing-masing simulasi menciptakan suatu nilai yang mungkin untuk
portfolio pada horizon yang ditargetkan. Jika skenario simulasi diulang-ulang makin banyak,
akan diperoleh nilai yang makin stabil. VaR dihitung dari distribusi yang diperoleh dari hasil
simulasi tersebut.

Tahapan mengukur VaR dengan pendekatan simulasi Monte Carlo:

1.Identifikasi seluruh faktor risiko relevan.

2.Bentuk jalur-jalur harga, menggunakan angka acak yang dihasilkan oleh generator pembangkit
angka acak.

3.Nilai portfolio untuk setiap jalur atau skenario. Setiap jalur menciptakan seperangkat nilai
untuk faktor risiko untuk setiap sekuritas dalam portfolio yang akan digunakan sebagai input
pemodelan harga. Proses ini diulang-ulang sampai diperoleh distribusi yang stabil.

(4) Metoda Simulasi Bootstrapping

Pendekatan simulasi bootstrapping mengestimasi distribusi dari data empiris. Metoda


bootstraping bebas dari asumsi distribusi Normal dan distribusi statistika lainnya. Data yang
terbatas maupun melimpah, dapat disimulasikan untuk menghasilkan distribusi. Simulasi
bootstrapping berisi simulasi berulang-ulang dalam proses acak yang diciptakan dari data
empiris. Simulation akan menciptakan suatu nilai yang mungkin untuk suatu portfolio pada
horizon waktu yang ditargetkan. Dengan jumlah pengulangan banyak, akan mengerucut pada
suatu distribusi tertentu meski tidak diketahui sebenarnya. Pengukuran VaR dapat dilakukan dari
distribusi yang dihasilkan tersebut.

Tahapan pengukuran VaR dengan simulasi bootstrapping tidak berbeda dengan simulasi Monte
carlo kecuali pada bootstrapping simulasi didasarkan pada data empiris.

1.Spesifikasi faktor risiko yang relevan.

2.Dapatkan data histories dari faktor pasar selama N perioda terakhir

3.Bentuk jalur harga dengan simulasi acak terhadap data empiris yang diperoleh tersebut.

4.Setiap jalur menciptakan seperangkat nilai untuk faktor risiko untuk setiap sekuritas dalam
portfolio yang akan digunakan sebagai input pemodelan harga. Proses ini diulang-ulang sampai
diperoleh distribusi yang stabil.

Sumber: disarikan dari Catatan Kuliah PPIM UI, 2009, kemudian sedikit demi sedikit dilengkapi
dengan berbagai pustaka lain.

Kepustakaan:

Fallon, William. 1996. Calculating Valu-at-Risk. Paper presented at the Wharton Financial
Institution Centers conference on Risk Management in Banking, October 13-15, 1996.
VALUE AT RISK UNTUK PENGUKURAN RISIKO
Berkaitan dengan risiko merupakan suatu kemungkian maka peluang terjadinya suatu kejadian
atau risiko sangat tergantung dari bentuk sebaran dari risiko resiko yang mungkin timbul.
Untuk itu standar deviasi dapat menjadi ukuran bahwa suatu kejadian lebih beresiko dari
kejadian yang lain. Suatu kejadian dikatakan lebih berisiko bila kejadian ini memiliki standar
deviasi yang lebih besar dari kejadian yang lain. Hal ini berhubungan dengan semakin
besarnya standar deviasi menunjukan semakin tersebarnya atau beragamnya kejadian-kejadian
yang mungkin timbul. Kita perlu ketahui bahwa jumlah seluruh peluang (kemungkinan) kejadian
adalah satu dengan semakin beragam maka semakin tersebar dengan peluang yang beragam
pula. Dengan standar deviasi yang kecil atau mendekati nol maka menunjukan kejadian-
kejadian yang mungkin timbul lebih terpusat atau terkumpul. Untuk hal seperti ini lebih mudah
dikelola (diantisipasi).

STANDAR DEVIASI
Untuk sebaran normal standar deviasi diukur dengan rumus sebagai berikut:

E(R) = Ri / N
R2 = (Ri E(R))2 / (N 1)
R = (R2 ) 1/2

dimana:
E(R) = Rata-rata
Ri = Data ke i
N = Jumlah Data
R2 = Varian
R = Standar Deviasi

VAR (Value at Risk)


VAR merupakan salah satu alat analisis untuk mengukur risiko disamping notional amount,
sensivity measures, dan scenario (Sumber Philippe Jorion; Financial Risk Manager). Untuk
notional amount hanya dapat memberikan indikasi dari potensi kerugian yang mungkin terjadi.
Walaupun sensivity measures dapat memberikan informasi terekait dengan sensitivitas dari
surat berharga atau bunga namun tidak mamapu mengukur perubahan yang mendatangkan
kerugian dan juga mengabaikan hubungan hubungan yang tidak segaris antara harga dan
keuntungan. Sedangkan scenario mampu untuk menggambarkan hubungan nonlinier dan juga
pengaruh yang ektreme terhadap harga namun tidak dapat menghubungkannya dengan
potensi kerugian yang mungkin terjadi. Disamping ia tidak mampu menghubungkan atau
menggabungkan risiko yang mungkin terjadi antar berbagai pasar. Namun kesemua kendala
dalam alat ukur diatas dapat dilakukan atau diukur dengan menggunakan VAR.

VAR Metode Historis (Back Simulations)


Metode historis pada dasarnya mengukur risiko berdasrkan data-data historis yang dari unit
yang akan diukur. Selanjutnya data yang telah dikumpuakan diurutkan yang dimulai dengan
data terkecil sampai yang terbesar. Dari urutan ini selanjutnya dapat dilakukan pengukuran
peluang atau kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Misalnya suatu perusahaan memegang
saham PT X. Return harian saham tersebut untuk 20 hari terakhir (data historis) bisa dilihat
pada kolom (1) pada tabel berikut. Seperti biasa, return dihitung sebagai berikut ini.

Return = { [ P(t+1) Pt ] / Pt } * 100%


Keterangan
Pt = return pada hari t
Pt+1 = return pada hari t+1

Berikut ini data historis dari perusahaan X


Saham PT X
(1) (2)
Return
Hari Return (%) Hari (%)
1 1,86008 7 -8,37883
2 -0,65038 19 -2,77565
3 6,399526 14 -1,79577
4 2,119365 2 -0,65038
5 3,512881 20 -0,17928
6 7,140963 1 1,86008
7 -8,37883 4 2,119365
8 4,148766 11 2,547136
9 8,782409 15 2,99732
10 7,539626 5 3,512881
11 2,547136 8 4,148766
12 5,6512 12 5,6512
13 8,797835 3 6,399526
14 -1,79577 16 7,042143
15 2,99732 6 7,140963
16 7,042143 10 7,539626
17 9,997447 9 8,782409
18 9,472343 13 8,797835
19 -2,77565 18 9,472343
20 -0,17928 17 9,997447

Pada kolom (2) tersebut terlihat bahwa return terendah adalah -8,38% yang terjadi pada hari ke
7. Sementara return tertinggi terjadi pada hari ke 17 sebesar 9,99%. Selanjutnya bila kita ingin
melihat VAR 95% harian. Untuk VAR 95% sama saja kita mengukur VAR 5% dan hasilnya
mengurangi 1 (Ingat total peluang adalah sebesar 1 atau 100%). Untuk data sebanyak 20 maka
nilai 5% adalah adalah 1 hari (1/20 x 100% =. 5%). Bila hal ini sudah diketahui kita dapat
menhitung pa yang kita mau misalnya returnt terendah yaitu yang terjadi pada ke 7 yaitu -
8,38%. Misalkan portofolio kita bernilai Rp1 milyar, maka VAR 95% harian adalah -8,38% x
Rp1 milyar = -Rp83,78 juta. Kita bisa mengatakan besok ada kemungkinan sebesar 5%
kerugian kita pada saham X sebesar Rp83,78 juta atau lebih. Alternatif redaksional yang lain
adalah sebagai berikut ini kita yakin sebesar 95% bahwa kerugian kita besok tidak akan
melebihi Rp83,78 juta. Sedangkan keuntungan terbesar dengan peluan sebesar 5% adalah
sebesar 99.97 juta
Untuk menghitung VAR saham Y, maka kita akan mengurutkan return dari yang paling rendah
ke yang paling tinggi (kolom 2). Dari hasil pengurutan, terlihat bahwa return pada hari keenam,
yaitu sebesar -7,14%, merupakan return paling rendah. Dengan demikian VAR95% harian
untuk saham Y adalah -7,14% x Rp1 milyar = -Rp71,43 juta. Kita bisa mengatakan besok ada
kemungkinan sebesar 5%, kerugian kita pada saham Y sebesar Rp71,43 juta atau lebih.
Alternatif lain, kita bisa mengatakan besok, kemungkinan untuk mengalami kerugian maksimal
Rp71,43 juta adalah 95%.

Misalkan kita membentuk portofolio yang terdiri dari saham X dan Y, dengan proporsi masing-
masing sebesar 50%, konstan selama 20 hari. Return untuk portofolio tersebut bisa dilihat pada
kolom (3). Sebagai contoh, return portofolio pada hari 1 adalah -0,05 ((0,5*1,86)+(0,5*-1,96)).
Sama seperti sebelumnya, kita bisa mengurutkan return portofolio dari yang paling rendah ke
yang paling tinggi (kolom 4). Kolom (5 menunjukkan hasil pengurutan tersebut. VAR 95% harian
untuk portfolio tersebut adalah Rp-6,11% x Rp2 milyar = Rp122,2juta.

Alternatif lain adalah melakukan perhitungan dengan formula sebagai berikut ini (lihat buku teks
teori portofolio dan investasi untuk alasan kenapa formula di bawah ini bisa diturunkan).

VAR portofolio = [ VARX2 + VARY2 + 2 XYVARX VARY] 1/2

Keterangan VARX = VAR (Value At Risk saham X)


VARY = VAR (Value At Risk saham Y)
XY = korelasi return saham X dengan sahamY

VAR bisa langsung dimasukkan karena VAR merupakan indikator risiko. Korelasi return saham
X dengan saham Y (kolom 1 dan 3 pada tabel di atas) bisa dihitung, dan hasil perhitungan
adalah 0,089. Dengan formula tersebut, VAR portofolio bisa dihitung sebagai berikut ini.

VAR port = [ (83,78^2)+(71,43^2)+(20,08983,7871,43) ]1/2


= 114,83

Dengan demikian VAR95% harian untuk portofolio tersebut adalah Rp114,83 juta. Angka
tersebut (Rp114,83juta) berbeda sedikit dengan VAR yang dihitung secara langsung (Rp122,2
juta).

Perhatikan bahwa VAR portofolio lebih rendah dari penjumlahan VAR masing-masing aset. Jika
VAR masing-masing aset dijumlahkan, maka VAR portofolio adalah Rp155,21 juta (Rp83,78
juta + Rp71,43 juta). Nilai yang lebih rendah tersebut menunjukkan adanya efek diversifikasi.
Diversifikasi bisa terjadi karena ada efek saling mengkompensasi antar aset. Jika satu aset
mengalami kerugian, sementara aset lain mengalami keuntungan, maka keuntungan dari aset
satunya bisa digunakan untuk mengkompensasi kerugian aset yang lainnya. Efek diversifikasi
semacam itu akan semakin besar (berarti bisa menurunkan risiko portofolio lebih jauh), jika
korelasi antar aset rendah. Korelasi bernilai antara -1 sampai dengan +1 (inklusif). Semakin jauh
korelasi dari +1 (misal korelasinya adalah -1), maka akan semakin besar efek diversifikasi
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai