Anda di halaman 1dari 23

Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

PERTEMUAN KE-16
ANALISIS FUNDAMENTAL

1. TUJUAN PEMBELAJARAN :
Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut :
Mahasiswa mampu memahami Analisis Industri, Siklus Kehidupan Industri/Siklus
Bisnis, Prospek Industri, Analisis Perusahaan terhadap investasi

2. URAIAN MATERI

Analisis Fundamental digunakan untuk memprediksi memperkirakan harga saham di


masa yang akan dating, analisis ini dilakukan dengan :
1. Menghitung nilai dari faktor fundamental yang dapat memberikan pengaruh
terhadap harga saham
2. Menerapkan hubunganvariabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran
harga saham. Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model,
dan sering dipergunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas.

Dalam membuat model peramalan harga saham tersebut, langkah yang


penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental (seperti penjualan,
pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan dividen, dan sebagainya) yang
diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Setelah itu, bagaimana membuat suatu
model dengan memasukkan faktor-faktor tersebut dalam analisis.

1. KERANGKA ANALISIS FUNDAMENTAL

Kalau kita kembali ke pendekatan berdasar atas present value, maka nilai
intrinsik suatu saham merupakan present value dari dividen-dividen yang akan diterima
oleh pemodal di kemudian hari. Dengan demikian maka dua pertanyaan dapat diajukan.
Pertama, berapa tingkat bunga yang akan dipakai untuk menghitung present value
dividen-dividen yang diharapkan? jawaban pertanyaan ini menyangkut penentuan
(atau estimasi) r. Semakin tinggi risiko suatu saham, semakin besar r yang
dipergunakan. Kedua, bagaimana menaksir dividen yang diharapkan akan diterima oleh
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

pemodal? Jawaban atas pertanyaan ini berarti analis harus memperkirakan kemampuan
perusahaan memperoleh laba.

Perusahaan hanya bisa mernbagikan dividen semakin besar kalau


perusahaan mampu menghasilkan laba yang makin besar. Dari sisi peraturan, pembagian
modal sendiri tidak diperkenankan. Dari sudut pandang kreditor, merekapun akan
menolak kalau perusahaan membagikan modal sendiri. Mengapa?

Karena dengan membagikanmodal sendiri, jumlah modal sendiri makin


berkurang sehingga proporsi hutang menjadi makin besar. Kalau perusahaan
berbentuk Perseroan Terbatas (yang berarti pemilik perusahaan hanya bertanggung
jawab terbatas pada modal yang disetorkan), maka dengan semakin meningkatnya
proporsi hutang, berarti risiko mulai digeser ke pemberi kredit (kreditor).

Dengan demikian kalau perusahaan bisa rnernperolehlaba yang makin besar,


maka secara teoritis perusahaan akan rnampu membagikan dividen yang makin
besar. Tentu saja perusahaan tidak harus rneningkatkanpernbayarandividenkalau laba
yang diperoleh makin besar. Teori keuangan mengatakan bahwa laba tidak perlu
dibagikan sebagai dividen kalau perusahaan bisa rnenggunakan laba tersebut dengan
menguntungkan'. Penggunaan yang menguntungkan berarti dana tersebut bisa
rnernberikantingkat keuntungan yang lebih besar dari biaya modalnya. Jadi kalau
biaya modalnya (atau tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pernodal) sebesar
22%, dan dana dari laba tersebut bisa dipergunakan dengan memberikan tingkat
keuntungan sebesar 25%, perusahaan dibenarkan untuk menahan
laba tersebut. Kalau perusahaan tetap ingin membagikan laba sebagai dividen,
perusahaan perlu mencari dana dari luar untuk mengganti dana yang dibagikan dan
mengambil kesempatan investasi yang menguntungkan. Dalam keadaan pasar modal
sempurna penerbitan saham baru untuk mengganti pembayaran dividen adalah tidak
relevan.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa kalau kernampuan perusahaan untuk


menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata
lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham. Masaiahnya, tentu saja, faktor-

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

faktor apa yang mempengaruhi kemampuan perusahaan menghasilkan laba? Kita


tahu bahwa laba adalah selisih antara penghasilan dari penjualan dengan biaya-
biaya. Karena itu kalau kita ingin mengidentifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi laba, kita perlu mengidentifikasikan faktor• faktor yang mempengaruhi
penjualan dan biaya.

Banyak faktor yang mempengaruhi penjualan dan biaya-biaya, tetapi


pada dasarnya kita bisa membagi faktor-faktor tersebut menjadi :
1. Faktor yang mungkin bisa dikendalikan oleh perusahaan (seperti pemilihan
jenis mesin, jenis teknologi, pemilihan karyawan, dan sebagainya) dan
2. Faktor-faktor yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan (seperti
misalnya suku bunga, pertumbuhan ekonomi, harga minyak, dan sebagainya).

Berbagai perusahaan (termasuk konsultan-konsultan) mencoba


membuat model yang menjelaskan faktor-faktor apa yang mempengaruhi
penjualan, dan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhinya. Meskipun
demikian tidak semua perusahaan bisa menjelaskan mengapa faktor-faktor tertentu
dipertimbangkan dalam model tersebut dan seberapa jauh pengaruh faktor-faktor
tersebut pada penjualan (Foster, 1986).

Karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, maka


untuk melakukan analisis fundamental diperlukan beberapa tahapan analisis.
Tahapan yang dilakukan dimulai dengan analisis dari
1. Kondisi makro ekonomi atau kondisi pasar,
2. Diikuti dengan analisis industri, dan
3. Akhimya analisis kondisi spesifik perusahaan.

Pengenalan pola cyclical dan pasar modal yang bersifat antisipatif akan
membantu dalam rnelakukan perarnalan terhadap kondisi pasar. Harga saharn
akan turun pada saat kondisi ekonomi mengalami resesi. Meskipun
demikian, para analis atau pemodal) perlu memperkirakan kapan resesi
tersebut akan berakhir, dan berbalik ke kondisi yang membaik, sehingga dapat
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

memperairakan kapan harga saham-saham akan membaik. Dengan demikian tidak


mengherankan kalau teramati pola sebagai berikut. Kondisi perekonomian
masih dikatakan resesi, tetapi harga saham mulai meningkat. Hal tersebut sebenarnya
hanya mencerminkan harapan para pemodal bahwa kondisi ekonomi akan segera
membaik.

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

Dengan demikian pemodal yang melakukan prakiraan terhadap kondisi pasar dengan
menggunakan faktor siklus perekonomian perlu mernperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Apabila pemodal dapat memperkirakan kondisi perekonornian terburuk
(bottoming out) sebelum kondisi tersebut terjadi, membaiknya kondisi pasar
dapat diperkirakan paling tidak sebelum kondisi terburuk tersebut tercapai.
2. Pada saat kondisi perekonomian membaik (recover), harga saham mungkin
sudah stabil atau bahkan sedikit menurun. Dengan demikian pertanyaannya
adalah, seberapa lama kondisi perekonomian yang baik tersebut akan bertahan
sebelum mengalami penurunan. Sebelum mengalami penurunan, harga saham
mungkin sudah turun.

Penggunaan Model-Model Valuasi Untuk Memprakirakan Kondisi Pasar Berdasarkan atas


model-model valuasi yang telah dijelaskan di atas, salah satu pendekatan berikut ini dapat
dipergunakan.
1. Menggunakan rumus constant growth model, yaitu Po= D1/(r-g)
2. Menggunakan model PER, yaitu PER=(1-b)/(r-g)
Dengan demikian, apabila kit a ingin memprakirakan kondisi pasar, kita perlu
melakukan judgement terhadap kemungkinan perubahan variabel-variabel tersebut. Karena
prakiraan akan dilakukan terhadap kondisi pasar, penggunaan model PER akan lebih mudah
diterapkan dan diinterpretasikan.

3. ANALISIS INDUSTRI

Para pemodal yang percaya bahwa kondisi ekonomi dan pasar cukup baik untuk
melakukan investasi, selanjutnya periu menganalisis industri-industri apa yang
diharapkan akan memberikan hasil yang paling baik, Pada akhir dasawarsa 1990-an,
para pemodal mungkin tidak terlalu antusias untuk melakukan investasi pada industri
tekstil dan produk tekstil, berbeda dengan dasawarsa 1980-an sewaktu antusiasme
mereka masih sangat tinggi untuk masuk dalam industri tersebut.

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

Pada sub bab ini akan dibicarakan berbagai masalah konseptual dalam
melakukan analisis industri. Konsep analisis yang akan dipergunakan berkaitan erat
dengan prinsip-prinsip valuasi. Dengan demikian taksiran tentang seberapa besar risiko

suatu industri, bagairnana pertumbuhan industri tersebut, merupakan variabel-variabel


yang penting untuk diperoleh bagi analisis saham.

Industri : Arti dan Kinerja


Istilah industri nampaknya merupakan istilah yang telah cukup jelas,
sehingga tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut. Bukankah kita sudah terbiasa
mendengar istilah industri otomotif, industri farmasi, industri tekstil, dan sebagainya?
Meskipun demikian, untuk mengklasifikasikan suatu perusahaan ke dalam industri tertentu,
seringkali tidak mudah, karena kegiatan usaha yang dilakukan sangat spesifik, atau
perusahaan melakukan diversifikasi.

Sebagai misal, industri kemasan dapat menghasilkan kemasan dati plastik,


alumunium, atau logam lain. Apakah industri ini akan diklasifikasikan sebagai industri
kemasan, ataukah industri barang-barang plastik, alumunium atau logam lainnya?
Kalau diklasifikasikan sebagai industri kemasan, mungkin struktur ongkos, pasar yang
dituju, untuk kernasan dari plastik dan alumunium sangat berbeda. Demikian kalau suatu
perusahaan mempunyai usaha yang beraneka ragam, dalam jenis industri apa perusahaan
tersebut akan diklasifikasikan?

Sebelum melakukan analisis industri atau sektor tertentu, kita perlu melihat
perkembangan atau kinerja industri/sektor tersebut, sehingga dapat memberikan
gambaran arah perkembangan industri/sektor tersebut. Seharusnya pengamatan
perlu dilakukan untuk periode yang cukup panjang sehingga barangkali dapat
dideteksi pola perkembangannya atau pengaruh akibat kondisi ekonomi. Sebagai misal,
suatu industri mungkin mengalarni perkembangan yang cukup tinggi pada dua
dasawarsa yang lalu, tetapi sekarang mungkin menunjukkan kondisi yang relatif stabil.
Industri yang lain mungkin nampak sangat erat perkembangannya apabila
dibandingkan dengan siklus perekonomian, sedangkan lainnya lagi mungkin tidak.

Suatu industri yang mempunyai kepekaan lebih tinggi dari pasar


mengindikasikan bahwa industri tersebut mempunyai risiko pasar yang tinggi (artinya

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

lebih tinggi dari rata-rata). Meskipun demikian, risiko tersebut akan bergerak dalam
dua arah, yaitu menjadi lebih buruk dari pasar, atau sebaliknya. Dengan kata lain,
kalau kondisi pasar membaik, maka sektor/industri yang mempunyai kepekaan tinggi
juga akan membaik lebih besar dari pasar.

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

Menganalisis industri
Industri dianalisis Iewat penelaahan berbagai data yang menyangkut tentang
penjualan, laba, dividen, struktur modal, jenis produk yang dihasilkan, regulasi, inovasi
dan sebagainya.

Analisis tersebut memerlukan pengalaman yang cukup banyak dan biasanya


dilakukan oleh analis industri yang bekerja di perusahaan-perusahaan sekuritas dan pemodal-
pemodal institusional

Untuk melakukan analisis industri, Iangkah pertama yang dapat dilakukan adalah
dengan mengidentifikasikan tahap kehidupan produknya. Tahap ini bermaksud untuk
mengenali apakah industri tempat perusahaan beroperasi merupakan industri yang masih
akan berkembang cepat, sudah stabil, ataukah sudah menurun. Langkah berikutnya adalah
menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian. Langkah ketiga
adalah analisis kualitatif terhadap industri tersebut, yang dimaksudkan untuk membantu
pemodal menilai prospek industri di masa yang akan datang.

Siklus Kehidupan Industri


Banyak pengamat yang percaya bahwa industri menempuh sikIus kehidupan, yaitu
tahap perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan. Siklus kehidupan tersebut
ditunjukkan pada Gambar Karena umurnnya perusahaan baru go public setelah melewati
masa perkenalan, dalam analisis industri umumnya dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu
1. tahap pertumbuhan,
2. tahap kedewasaan, dan
3. tahap penurunan.

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

Tahap pertumbuhan. Tahap pertumbuhan ditandai dengan pertumbuhan penjualan yang


relatif masih tinggi, meskipun risiko sudah tidak setinggi pada tahap perkenalan. Dengan
demikian mungkin sekali perusahaan dalam tahap ini akan mempunyaidividend payout ratio
yang rendah, dan memerlukan pendanaan eksternal untuk membiayai ekspansinya.

Tahap kedewasaan. Pada tahap ini pertumbuhan penjualan masih terjadi, tetapi sudah
dalam tingkatan yang lebih rendah daripada tahap pertumbuhan. Karena produksi sudah
dalam jumlah yang cukup besar untuk memenuhi pennintaan pasar, umumnya laba yang
diperoleh cukup untuk membiayai pertumbuhan usaha. Dengan kata lain, internal financing
cukup untuk mendukung penjualan, dan karenanya proporsi laba yang dibagikan sebagai
dividen(dividend payout ratio), lebihbesar daripadatahap pertumbuhan.

Tahap penurunan. Pada tahap penurunan permintaan akan produk yang dihasilkan
perusahaan menurun, maka pertumbuhan penjualan produk akan menjadi negatif. Apabila
tidak dapat

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

diketemukan penggunaan lain dari produk tersebut, sehingga pennintaan dapat didorong
kembali, strategi yang dipergunakan oleh perusahaan yang menghasilkan produk yang
sudah masuk dalam tahap ini adalahmelakukandiversifikasiki produk lain.

Apabila pertumbuhan penjualan cukup tinggi, maka pada akhirnya pertumbuhan laba
(dan juga dividen) akan meningkat cukup tinggi pula. Sebagai akibatnya, g akan tinggi.
Apabila kita pegang konstan faktor-faktor yang lain, rnaka semakin besar g akan
menghasilkan PER yang makin tinggi pula.

Karena itulah tidak mengherankan kalau pada dasawarsa 1980-an, di Inggris PER
rata• rataperusahaan yang beroperasi pada industri tekstil menunjukkan angka yang lebih
rendah daripada rata-rata PER perusahaan-perusahaan yang beroperasi pada industri
elektronika. Hal tersebut disebabkan karena pemodal menafsirkan bahwa industri tekstil
sudah berada pada tahap kedewasaan, sedangkan elektronika masih pada tahap
pertumbuhan.

Pemodal yang lebih berminat untuk memperoleh capital gains sebaiknya menghindari
saham dari perusahaan-perusahaan yang berada pada tahap kedewasaan. Perusahaan•
perusahaan tersebut lebih sesuai untuk pemodal yang menginginkan dividen
dalarnjumIah yang cukup besar. Perusahaan yang berada dalam tahap pertumbuhan
menunjukkan bahwa daya tarik bidang tersebut diharapkan masih akan cukup lama,
dividen yang dibagikan relatif rendah, tetapi akan dikompensir oleh kenaikan harga
saham yang cukup tinggi.

Analisis Siklus Bisnis


Cara kedua untuk melakukan analisis industri adalah dengan menganalisis hubungan
antara kemampuan operasi dengan kondisi perekonornian makro. Beberapa industri
mampu beroperasi cukup baik pada waktu resesi, sedangkan yang lain sangat jelek
kinerjanya. Beberapa industri terkait erat dengan siklus bisnis. Pada saat kondisi
ekonomi membaik, industri-industri tersebut menunjukkan kinerja yang jauh lebih
baik daripada kondisi perekonomian, sebaliknya pada saat kondisi ekonorni memburuk,
industri-industri tersebut juga menunjukkan kinerja yang sangat buruk, jauh lebih buruk
daripada kondisi perekonomian.
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

Karena itu para analis industri mengelompokkan industri menjadi growth industry.
defensive industry dan cyclical industry. Growth industry menunjukkan industry yang
mengalami pertumbuhan lebih tinggi diatas rata-rata industri. Industri telekomunikasi
nampaknya merupakan industri yang terrnasuk growth industry. Defensive industry
menunjukkan industry yang mampu bertahan akibat kondisi perekonomian. Industri makanan
dan minuman biasanya merupakan contoh defensive industry. Sedangkan cyclical
industry menunjukkan industri yang sangat peka terhadap perubahan kondisi
perekonornian. Contohnya seperti industri otomotif, dan barang konsumsi elektronika
tahan lama. Ada juga yang menambahkan interest rate sensitive industry, seperti
industri perbankan dan properti.

Pengklasifikasian seperti ini bermanfaat untuk memperkirakan kondisi suatu


industri apabila dikaitkan dengan perubahan kondisi perekonomian. Industri yang peka
terhadap perubahan suku bunga terbukti mengalarni penurunan yang paling besar pada
periode sewaktu otoritas moneter di Indonesia memperketat likuiditas dan menaikkan
suku bunga. menunjukkan bahwa sektor perbankan dan properti mengalami
penurunan yang jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan pasar dan sektor-sektor
lain. Bagi pemodal yang tidak ingin mengalami penurunan harga yang cukup besar
apabila kondisi perekonomian mengalarni resesi, saham-saham dari industri yang
defensif sebaiknya dipilih, dan dihindari saham-saham dari industri cyclical.

Dengan demikian, sekali lagi, nampak bahwa analisis perekonomian penting


dilakukan terlebih dulu sebelum melakukan analisis industri. Sektor otomotif dan properti
di Indonesia juga merupakan contoh yang menunjukkan kepekaan yang sangat
tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi dan suku bunga. Pada tahun 1991, sewaktu suku
bunga meningkat dan tingkat pertumbuhan ekonomi menurun, penjualan otomotif dan
properti mengalami penurunan yang cukup tajam. Penjualan segera pulih pada tahun
1993, sewaktu suku bunga menurun dan perekonomian membaik.

Berbagai aspek kualitatif dalam analisis industri


Beberapa aspek kualitatif akan membantu analis dalam melakukan analisis industri.
Aspek- aspek tersebut seperti kinerja historis, persaingan, kebijakan

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

pemerintah, dan perubahan struktural, perlu mendapat perhatian dalam


analisis. Meskipun kinerja di masa yang akan datang tidak selalu konsisten dengan

kinerja di waktu yang lalu, beberapa jenis industri menunjukkan kinerja yang terus
menerus baik di waktu yang lalu. Kinerja seperti ini tentu saja tidak dapat
diabaikan dalam analisis. Indikator yang dapat dilihat adalah pertumbuhan penjualan
dan laba, dan perkembangan harga.

Persaingan dapat berasal dari masuknya pesaing baru, meningkatnya bargaining


power para pembeli, persaingan antarpesaing yang ada, masuknya produk substitusi,
dan meningkatnya bargaining power para pemasok. Perhatikan bahwa meningkatnya
bargaining power para pembeli akan memaksa perusahaan untukmenawarkan syarat-syarat
penjualan yang lebih lunak. Sedangkan meningkatnya bargaining power para pema.sok
akan mengakibatkan perusahaan terpaksa mernbayar dengan syarat-syarat yang lebih ketat.
Akibatnya sama, yaitu akan mengurangi profitabilitas perusahaan.

Menilai prospek industri di masa yang akan datang


Akhimya, semua analisis yang dilakukan akan mengarah pada pertanyaan
"bagaimana prospek suatu industri di masa yang akan datang?". Idealnya, analis
hendaknya dapat melakukan estimasi sebagaimana yang dilakukan dalam analisis pasar,
yaitu menaksir berapa laba yang diharapkan dalam suatu industri, dan berapa PER untuk
industri tersebut, sehingga dapat memperkirakan nilai industri tersebut. Karena cara ini sering
sulit dilakukan, maka beberapa cara lain mungkin ditempuh, yaitu dengan mencoba menjawab
serangkaian pertanyaan sebagai berikut.
1. Berdasarkan atas kondisi dan situasi perekonomian saat ini dan di masa yang
akan datang, industri apa yang diharapkan akan menunjukkan peningkatan laba?
2. Industri apa yang kemungkinan akan menunjukkan peningkatan PER; atau
bagaimana arah perkembangan tingkat bunga dan industri apa yang
kemungkinan besar paling terpengaruh oleh perubahan tersebut? Perubahan
dalam suku bunga akan mengaki• batkan perubahan dalam discount rate
(dan karenanya, perubahan daIam PER).
3. Industri apa yang kemungkinan besar akan terpengaruh oleh kejadian-kejadian
politik, seperti pergantian pemerintahan, rneningkatnya inflasi, perkembangan
teknologi baru, dan faktor-faktor lain yang dipandang relevan?

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

Untuk memperkirakan kinerja industri dalamjangka panjang, pertanyaan-pertanyaan


berikut ini perlu diperhatikan,

1. Industri apa yang jelas akan merupakan (calon) industri yang akan berkembang
dan berhasil pada masa, misalnya, dasawarsa yang akan datang?
2. Industri apa yang akan mengalami kesulitan pada saat suatu negara
mengalami peru bah an lingkungan perekonomian secara struktural? Misal,
perubahan dari masyarakat pertanian ke masyarakat industri, dari kondisi yang
relatif tertutup ke kondisi yang lebih terbuka terhadap persaingan asing.
Berbagai cara mungkin dilakukan dalam melakukan analisis industri. Pada
dasarnya pendekatan-pendekatan yang dipergunakan mendasarkan diri pada common
sense. DaIam melakukan analisis industri, beberapa sumber yang mungkin
dipergunakan adalah (1) Penerbitan dan Biro Pusat Statistik (BPS), (2) penerbitan dari
Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI), (3) penerbitan dari lembaga penelitian. Informasi
dari BPS. masih berupa data mentah yang perlu diolah lebih lanjut, sedangkan publikasi
dad lembaga penelitian umumnya sudah mengandung unsur analisis, sehingga
hanya memerlukan interpretasi lebih lanjut.

ANALISIS PERUSAHAAN
Untuk melakukan analisis yang bersifat fundamental, analis perlu memahami
variable-variabel yang mempengarnhi nilai intrinsik saham, Untuk menaksir nilai
intrinsik saham, dua metode yang kita bicarakan adalah dengan menggunakan
1. dividend discount model, dan
2. multiplier laba (yaitu PER).

Apabila diasumsikan bahwa pertumbuhan laba (dan juga dividen) bersifat


konstan, maka dividend discount model dapat dinyatakan sebagai berikut.
Nilai intrinsik = Po = D1/(r-g)

Dalam hal ini,


Po = Taksiran harga saham saat ini

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

D 1 = Dividen yang diharapkan akan diterima pada tahun 1


r = Discount rate yang dipandang relevan'
g = Pertumbuhan dividen di rnasa yang akan datang

Penggunaan multiplier laba (yaitu PER) dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Nilai intrinsik = Taksiran EPS x PER yang ditaksir

Apabila harga di bursa lebih rendah dari nilai intrinsik yang kita taksir, maka saham
tersebut merupakan saham yang sebaiknya dibeli, dan sebaliknya.

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

Untuk keperluan pembahasan, dalam Sub Bab ini kita akan berkonsentrasi pada laba
dan PER. Ada dua alasan mengapa dua variabel tersebut yang menjadi perhatian kita.
Pertama, untuk dapat meningkatkan pembayaran dividen, perusahaan harus mampu
meningkatkan laba yang diperoleh. Kedua, umumnya terdapat korelasi yang kuat
antara pertumbuhan laba (EPS) dengan pertumbuhan harga saham (Jones, p.377).

Memahami laba yang diperoleh perusahaan


Pemodal seringkali memusatkan perhatian pada Laba Per Lembar Saham
(Earnings Per Share, EPS) dalam melakukan analisis. Karena itu kita perlu memahami
bagaimana EPS diperoleh dan menunjukkan apa angka tersebut. Angka EPS
biasanya disajikan paling bawah dalam Iaporan rugi laba, dan karenanya sering disebut
sebagai bottom line.

Angka EPS diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan
berdasarkan atas prinsip-prinsip akuntansi yang umum diterima (generally accepted
accounting principles). Karena itu langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
memahami laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Komponen utama
laporan keuangan yang utama, adalah Laporan Posisi Keuangan (Neraca) dan Laporan Rugi
Laba. Neraca menunjukkan posisi kekayaan, kewajiban finansial, dan modal sendiri
pada waktu tertentu (biasanya pada akhir Desember). Sedangkan Laporan Rugi
Laba menunjukkan berapa penjualan yang diperoleh, berapa biaya yang
ditanggung, dan berapa laba yang diperoleh perusahaan pada periode waktu
tertentu (biasanya selama satu tahun). Ilustrasi neraca dan rugi laba suatu
perusahaan disajikan berikut ini.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laba


Pada level perusahaan, EPS mencerminkan kombinasi dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Analisis faktor-faktor tersebut dapat dilakukan dengan analisis rasio
keuangan. Untuk itu kita akan menggunakan data PT. Gudang Garam tahun 1995 sebagai
ilustrasi.
Langkah 1. Apa yang menentukan EPS ?
EPS = ROE X Nilai buku per saham
Dalam hal ini ROE adalah tingkat keuntungan ekuitas.

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

EPS = Laba setelah pajak/Jumlah saham = Rp366 miliar/481 juta

= Rp761

ROE = Laba setelah pajak/Ekuitas = Rp366 miliar/Rp2.036 miliar


= 0,180
Nilai buku per saham = Ekuitas/Jumlah saham= Rp2.036 miliar/481 juta
= Rp4.233
Dengan demikian maka,
EPS = 0,180 x Rp4.233 = Rp761 (perbedaan terjadi karena pembulatan)

Langkah 2. Apa yang menentukan ROE ?


ROE merupakan perkalian antara profitabilitas atas aset yang dirniliki perusahaan
dengan keputusan pendanaannya. Dinyatakan dalam bentuk persamaan, ROE = ROA x
Leverage
Dalam hal ini ROA adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aset,
sedangkan leverage menunjukkan seberapa banyak hutang dipergunakan oleh
perusahaan.
ROE = Laba setelah pajak/Ekuitas = Rp366 miliar/Rp2.036 miliar
= 0,180
ROA = Laba setelah pajak/Total aktiva = Rp366 miliar/Rp3.915 miliar
= 0,093
Leverage = Total Aktiva/Ekuitas = Rp3.915 miliar/Rp2.036 miliar
= 1,923
Dengan demikian maka,
ROE = 0,093 x 1,923 = 0,179 (perbedaan terjadi karena pembulatan

Persamaan tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan akan mampu meningkatkan


ROE• nya apabila ROA-nya meningkat sedangkan leverage-nya konstan. Leverage
konstan berarti proporsi modal pinjaman tidak berubah. Apabila ROA-nya meningkat
maka berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah
peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.

Hal yang sarna juga berlaku apabila perusahaan marnpu mempertahankan ROA dengan
rnenggunakan hutang yang makin besar (leverage-nya meningkat). Kalau perusahaan
mampu mempertahankan ROA dengan penggunaan hutang yang makin besar, maka
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

hal tersebut berarti bahwa penggunaan hutang tersebut mampu memberikan keuntungan
yang lebih besar dari biayanya. Sebagai akibatnya ROE meningkat.

Langkah 3. Apa yang menentukan ROA?


ROA merupakan perkalian antara dua faktor berikut ini.
ROA = Net income margin x Perputaran aktiva
Net income margin = Laba setelah pajak/Penjualan bersih
= Rp 366 miliar/Rp 5.594 miliar
= 0,0654
Perputaran aktiva = Penjualan bersih/Total aktiva
= Rp 5.594 miliar/Rp3.915 miliar
= 1,429
Net income margin merupakan laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan, sedangkan
perputaran aktiva menunjukkan seberapa penjualan yang dihasilkan dari aktiva (asset) yang
dimilikinya. Apabila salah satu dari kedua faktor tersebut meningkat (atau
keduanya), maka ROA juga akan meningkat.

Dalam contoh ini,


ROA = 0,0654 x 1,429 = 0,0934 pembulatan angka

Langkah 4 Apa yang menentukan net income margin?


Net income margin dikatakan sebagai fungsi dari dua rasio keuangan,
yaitu:

Sisi sebelah kanan dari persamaan diatas, dinyatakan sebagai income ratio dan operating
efficiency.
Income ratio = Laba setelah pajak/Laba operasi
= Rp366 miliar/Rp670 miliar
= 0,546
Operating efficiency = Laba operasi/Penjualan bersih
= Rp670 miliar/Rp5.594 miliar
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

= 0,1198

Income ratio menunjukkan darnpak pembayaran bunga dan pajak pada laba bersih
setelah pajak. Sedangkan operating efficiency menunjukkan kemampuan menghasilkan
laba operasi dari tiap nilai rupiah hasil penjualan atau dikatakan juga sebagai profit margin).
Dalarn contoh ini,

Net income margin dapat dihitung dengan


= 0,546 x 0,1198 = 0,0654
Perbandingan dengan perusahaan yang berada dalarn industri yang sarna akan
memperjelas kekuatan dan kelemahan tersebut. Untuk keperluan analisis, kita perlu
memperhatikan EPS di masa yang akan datang, bukan EPS yang telah diperoleh. Hal
tersebut disebabkan karena harga saham hari ini merupakan present value dari
penghasilan-penghasilan yang akan diterima oleh pemodal di masa yang akan datang,
dan penghasilan-penghasilan tersebut akan dipengaruhi oleh
kemampuan perusahaan mernperoleh laba di masa yang akan datang, Memahami faktor-
faktor yang mempengaruhi EPS di waktu yang lalu memang baik dilakukan, tetapi yang
lebih penting adalah bagaimana faktor-faktor tersebut dapat dipergunakan untuk
memperkirakan EPS di masa yang akan datang.

Karena EPS1 = EPS0 (1+g), rnaka pertanyaan yang wajar diajukan adalah bagaimana
memperkirakan pertumbuhan EPS di masa yang akan datang. Sesuai dengan penjelasan
di Bab 13, maka apabila diasumsikan tidak terdapat penambahan dana dan luar
perusahaan, pertumbuhan laba (=g) akan merupakan perkalian antara proporsi laba yang
ditahan dengan ROE.

Dengan kata lain, g = b(ROE). Dengan demikian apabila diharapkan bahwa pada
tahun depan PT. Gudang Garam akan menghasilkan ROE sebesar 30%, sedangkan
laba yang dibagi sebesar 40%,
maka g akan diperkirakan sebesar (0,6) x 24 % = 18%.
Dengan EPS1995 = Rp761,

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

maka taksiran EPS1996 = Rp761(l+0,18) = Rp898.


Apabila 40% laba dibagikan sebagai dividen
maka D1996 = 0,4 x Rp898 = Rp359.

Dengan menggunakan model pertumbuhan konstan, maka taksiran harga untuk awal
tahun 1996 adalah,

P1996 = 359/r-0,18

Tergantung pada taksiran kita akan r, maka taksiran harga pada tahun 1996 dapat
diperoleh. Perhatikan juga bahwa penggunaan rumus dengan pertumbuhan konstan akan
menghasilkan harga saham yang sangat peka terhadap taksiran r dan/atau g.

Penggunaan PER
Teknik analisis lainnya adalah dengan menggunakan model kelipatan laba (atau
PER). Teknik ini mungkin dipilih apabila perusahaan tidak mengadopsi kebijakan
payout ratio yang konstan dan/atau analis mengalami kesulitan untuk menggunakan
model berdasar atas cashflow, terutama model dengan pertumbuhan konstan. Sarna seperti
analisis dengan menggunakan EPS, analis perlu memahami terlebih dulu faktor-faktor
yang mempengaruhi PER.

Faktor-faktor yang mempengaruhi PER


Apabila dipergunakan model pertumbuhan konstan, PER yang didefinisikan sebagai P0
/E1, dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut.

PER = (1-b)/(r-g)

Dalam hal ini b adalah proporsi laba yang ditahan. Dengan demikian (1-b) tidak lain
merupakan dividend payout ratio. Sedangkan r dan g berturut-turut adalah discount rate
yang dipandang relevan dan pertumbuhan dividen.

Sesuai dengan model tersebut maka dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang


mempengaruhi PER, yaitu:
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

1. Dividend payout ratio. Apabila faktor-faktor lain dipegang konstan, maka


meningkatnya payout ratio akan meningkatkan PER
2. Tingkat keuntungan yang dipandang layak (discount rate). Apabila faktor-faktor lain
dipegang konstan, maka meningkatnya discount rate akan menurunkan PER
3. Pertumbuhan dividen.Apabila faktor-faktor lain dipegang konstan, maka meningkatnya
pertumbuhan dividen akan meningkatkan PER.

Analisis PER dapat dilakukan secara individual saham, maupun secara cross sectional untuk
menentukan apakah PER suatu saham sudah terlalu tinggi ataukah tidak.

Analisis dengan menggunakan faktor-faktor yang dipandang relevan


Analis mungkin saja melakukan analisis langsung terhadap faktor-faktor yang
dipandang akan mempengaruhi harga saham. Cara semacam ini pada dasarnya merupakan
penerapan teknik analisis fundamental.

Berikut ini diberikan suatu contoh model peramalan harga saham yang sederhana, dengan
mengandalkan atas variabel-variabel:
1. Pertumbuhan penjualan
2. Nilai penjualan
3. Penghasilan di luar operasi (kalau ada)
4. Net profit margin (yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total
penghasilan)
5. Price Earnings Ratio (PER)

Model diterapkan untuk peramalan harga saham per triwulan (di Bursa Efek-pun
perusahaan yang terdaftar di bursa diharuskan memberikan laporan keuangan per triwulan).

Misalkan laba bersih per lembar saham (EPS) pada triwulan terakhir (Q0) = Rp310.
Sedangkan pada triwulan sebelumnya (Q1) = Rp290, dan pada Q2 dan Q1 berturut-turut
adalah Rp280 dan Rp2 60. Dengan dernikian maka EPS selarna empat triwulan
terakhir (atau EPS dalam tahun terakhir) adalah Rp1.140. Dengan harga saham saat
ini sebesar Rp 13.625, maka PER berkisar 12,00x.
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

Untuk mengestimasi harga saham pacta triwulan-triwulan yang akan datang,


dikumpulkan informasi sebagai berikut.
1. Pertumbuhan penjualan per triwulan diperkirakan sebesar 5%
2. Penjualan bersih pada triwulan terakhir (saat ini) sebesar Rpl00 miliar.
3. Penghasilan di luar operasi (other income) pada triwulan terakhir sebesar Rp2
miliar. Jurn1ah ini diperkirakan konstan untuk triwulan-triwulan yang akan
datang.
4. Net profit margin sebesar 9%, dan diperkirakan tidak akan berubah.
5. Jumlah lembar saham yang beredar sebesar 30 juta lembar.

6. Dividend payout ratio (yaitu proporsi laba yang dibagikan sebagai dividen)
sebesar 40%.

Berdasarkan atas informasi tersebut maka dapat dibuat model peramalannya sebagaimana
dicantumkan pada b e r i k u t . Dengan rnenggunakan input di atas, maka diperkirakan
bahwa harga saham akan mencapai Rp 16.575 pada tahun depan (atau empat triwulan
lagi). Dengan harga saat ini sebesar Rp13.625, dan perkiraan penerirnaan dividen sebesar
Rp550 (= 130 + 130 + 140 + 150), rnaka diharapkan dalam satu tahun tingkat
keuntungan yang akan diperoleh adalah sebesar,
r = [(550 + 16.575) - 13.625] /
13.625
= 25,69%

Tentu saja kita dapat memberikan kritik pada model tersebut. Salah satu kritik yang
dengan segera dapat dikemukakan adalah bahwa dengan memegang konstan nilai
PER, maka peningkatan harga saharn akan proporsional dengan pertumbuhan penjualan.
Dalamjangka panjang rnungkin PER rnengalami perubahan. Karena pertirnbangan
itu pulalah yang menyebabkan peramalan hanya dibatasi selarna empat triwulan.

RANGKUMAN
Analisis fundamental digunakan untuk memprediksi harga saham di masa yang
akan datang dengan (i) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan
variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Dengan demikian,

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

karena dipergunakan nilai-nilai estimasi, maka taksiran harga saham dapat saja berbeda
antara satu analis dengan analis yang lain, apabila estimasi yang dipergunakan
berbeda. Konsep efisiensi pasar modal diterapkan dalam analisis ini dalam aspek
bahwa informasi yang diterima oleh para analis akan mempengaruhi estimasi
mereka. Dengan kata lain, apabila diperoleh informasi baru, maka dapat saja informasi
tersebut merubah estimasi nilai-nilai yang dipergunakan untuk memperkirakan
harga saham.

Analisis fundamental umumnya dilakukan dengan tahapan melakukan analisis


ekonomi terlebih dulu, diikuti dengan analisis industri dan akhimya analisis perusahaan
yang menerbitkan saham tersebut. Penggunaan pendekatan ini didasarkan atas pemikiran
bahwa kondisi perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal perusahaan,

tetapi faktor-faktor eksternal (yaitu kondisi ekonomi/pasardan industri) juga ikut mempengaruhi
kondisi perusahaan. Karena itu seringkalidalam analisis dipergunakanberbagai ahli, seperti ahli
ekonomi makro/moneter, dan ahli industn, bukan hanya ahli keuangan perusahaan
saja,

TUGAS :
1. Apa yang dimaksud dengan siklus bisnis, jelaskan ?
2. Carilah PER, PBV, DER, ROE pada emiten-emiten masing-masing indeks di BEI,
berikan pendapat anda emiten mana secara fundamental layak untuk investasi jangka
panjang maupun jangka pendek

DAFTAR PUSTAKA
1. Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedelapan, BPFE-
Yogyakarta, September 2013
2. Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portofolio & Analisis Sekuritas, Edisi Keempat,
UPP STIM YKPN, Agustus 2005
3. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. BPFE
Yogyakarta. Yogyakarta
4. William F. Sharpe, Gordon J. Alexander, Jeffrey V. Bailey, Investasi, Jilid I, PT.

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen

INDEKS Kelompok Gramedia, 2005


5. Zvi Bodie, Alex Kane, Alan J. Marcus, Manajemen Portofolio dan Investasi, Edisi 9
Buku 1, Mc Graw Hill Education/Penerbit Salemba Empat, 2014

Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM

Anda mungkin juga menyukai