Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL SKRIPSI

KONSTITUSIONALITAS KETENTUAN PIDANA


DALAM PERATURAN PEMERINTAH
PENGGANTI UNDANG-UNDANG
Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 1 ayat

(3) menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”, yang berarti dalam

penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan harus dilakukan dengan berdasarkan

hukum. Dalam Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 juga menyatakan bahwa “dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa,

Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang”.


Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang biasa disingkat (PERPPU)
sendiri memiliki materi muatan seperti Undang-undang. Yang membedakan Perppu
dengan Undang-Undang ialah proses pembentukannya. Perppu dibuat dan ditetapkan
oleh Presiden dalam keadaan genting dan memaksa sedangkan Undang-Undang adalah

Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan


persetujuan bersama Presiden. Perppu ini bukan berarti tidak melibatkan Dewan
Perwakilan Rakyat selaku yang memiliki fungsi legislasi.
Kedudukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPPU) di
Indonesia sering menjadi kontroversi, baik dari segi pembentukannya maupun dari segi
pelaksanaannya. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang yang diterbitkan Presiden
Joko Widodo belakangan menjadi sorotan masyarakat. Seperti contoh Perppu No.2

Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU No.17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan
(Ormas). Sebabnya, tak hanya membubarkan Ormas secara sepihak, tetapi juga mengatur sanksi
pidana terhadap pengurus dan anggota Ormas.
Ketiadaan penjelasan yang tegas perihal keadaan ‘kegentingan yang memaksa’
tersebut juga berimplikasi terhadap materi muatan yang dapat dimuat dalam suatu
peraturan pemerintah pengganti undang-undang atau Perppu. Karena tidak ada batasan
yang jelas, maka semua materi muatan undang-undang dianggap dapat dimuat dalam

Perppu. Hal tersebut bisa menimbulkan anggapan bahwa Presiden dapat mengatur
perihal apa saja dalam Perppu untuk mengatasi keadaan ‘kegentingan yang memaksa’.
Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaturan ketentuan pidana dalam peraturan perundang-undangan

di Indonesia?

2. Apakah implikasi pengaturan ketentuan pidana dalam Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang?

3. Bagaimana konstitusionalitas ketentuan pidana dalam peraturan perundang-

undangan di Indonesia?
Fokus Penelitian

Fokus penelitian yang peneliti lakukan adalah terkait tentang bagaimana konstitusionalitas

ketentuan pidana dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.


Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan ketentuan pidana dalam peraturan

perundang-undangan di Indonesia.

2. Untuk mengetahui implikasi pengaturan ketentuan pidana dalam Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang.

3. Untuk mengetahui konstitusionalitas ketentuan pidana dalam peraturan

perundang-undangan di Indonesia.
Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan mengembangkan keilmuan
serta wawasan tentang konstitusionalitas ketentuan pidana dalam peraturan perundang-
undangan di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat menambah khasanah keilmuannya khususnya dalam konteks


konstitusionalitas ketentuan pidana dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Penelitian Terdahulu Yang Relevan

1. Skripsi berjudul “Otoritas Presiden Dalam Menerbitkan PERPPU Menurut Fiqih Siyasah”
dengan nama peneliti Ahmad Fala Tansa jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2018. Penelitian ini memiliki tujuan untuk
mengetahui, Bagaimana Tinjauan fiqh siyasah dalam hal ihwal kegentingan memaksa sebagai
syarat penetapan Perppu oleh Presiden, Bagaiamana Kekuasaan Presiden menetapkan Perppu
Dalam Perspektif Fiqih Siyasah.
2. Skripsi berjudul “Kajian Yuridis Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Dalam
Sistem Ketatanegaraan di Indonesia” dengan nama peneliti Andik Aji Purnama dari fakultas
Hukum Universitas Jember pada tahun 2016. Penelitian ini mengkaji suatu Perppu dalam sistem
ketatanegaraan di Indonesia. Karena dalam perspektif sejarah Perppu pernah dalam Posisi
dibawah Undang-Undang. Permasalahan yang dibahas yaitu: apa yang mendorong pemerintah
mengeluarkan suatu peraturan pemerintah pengganti undang-undang dan bagaimana urgensi
dan eksistensi Perppu dalam sistem Ketatanegaraan di Indonesia.
3. Jurnal berjudul “Kegentingan yang Memaksa Dalam Pembentukan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang” dengan nama peneliti Ali Marwan Hsb dari Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara pada tahun 2017. Penelitian ini menjelaskan
tentang frasa “kegentingan yang memaksa” memiliki pengertian yang multitafsir dan menjadi
wewenang dari Presiden untuk menafsirkan kegentingan yang memaksa tersebut dalam
pembentukan peraturan pemerintah pengganti undang-undang. Dari penelitian dalam tulisan ini,
ditemukan bahwa dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009 menyatakan
bahwa kegentingan yang memaksa harus memenuhi 3 (tiga) syarat
yaitu adanya keadaan yaitu kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum secara
cepat berdasarkan undang-undang, undang-undang yang dibutuhkan tersebut belum ada
sehingga terjadi kekosongan hukum atau ada undang-undang tetapi tidak memadai dan
kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan cara membuat undang- undang secara
prosedur biasa karena akan memerlukan waktu yang cukup lama sedangkan kendala yang
mendesak tersebut perlu kepastian untuk diselesaikan.
G. Kerangka Pemikiran

1. Konstitusionalitas

Konstitusionalitas berasal dari istilah “Konstitusi” yang pertama kali dikenal di Negara Perancis,
yaitu berasal dari bahasa Perancis “Constituer”, yang berarti membentuk. Konstitusi diartikan
sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara.
Indonesia adalah negara hukum, oleh karena itu dalam pembentukan undang-undang harus
didasarkan pada undang-undang dasar (konstitusi).
2. Ketentuan Pidana

Menurut Tri Andrisman pidana diartikan sebagai penderitaan atau nestapa yang sengaja
dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.
Perumusan ketentuan pidana dalam arti merumuskan tindak pidana dalam peraturan
perundang-undangan pidana merupakan masalah yang sangat penting. Terlebih dalam negara
yang menganut undang-undang sebagai sumber hukum dalam menyelesaikan masalah yang
terjadi di masyarakat. Hal ini karena apabila dalam perumusan tindak pidana tersebut tidak
memberikan rumusan yang jelas dan tepat, maka akan berdampak tidak adanya kepastian
hukum yang tentunya dalam proses pelaksanaannya akan jauh dari keadilan dan kemanfaatan
sebagai tujuan dari hukum pidana itu sendiri.
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Pasal 22 UUD 1945 menyebutkan bahwa dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden
berhak menetapkan Perppu. Perppu adalah Peraturan Pemerintah yang diberi kewenangan sama
dengan Undang-Undang. Perppu merupakan salah satu instrumen hukum yang dapat ditetapkan
oleh Presiden tanpa perlu melibatkan DPR. Namun berbeda dengan Undang-Undang, masa
berlakunya Perppu sangat singkat yakni sampai dengan persidangan DPR yang terdekat dengan
tanggal penetapan Perppu tersebut. Setelah itu, perlu ketegasan sikap dari DPR untuk
menyetujui atau tidak menyetujui Perppu tersebut.
H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah kualitatif.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan yuridis normatif atau pendekatan Undang-
Undang, yaitu dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut
dengan isi hukum yang sedang ditangani.
3. Sumber Hukum

Bahan Hukum Primer: UUD Negara Republik Indonesia 1945 dan PERPPU

Bahan Hukum Sekunder: Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum penelitian yang diperoleh
dari bahan bacaan hukum, yang dalam hal ini adalah buku, jurnal ilmiah, dan makalah yang
penulis dapatkan dari Perpustakaan Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten,
Perpustakaan Pusat UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, dan Perpustakaan Daerah Provinsi
Banten.
4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan yang mana
dilakukan melalui Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu dengan menelaah data-data
yang diperoleh dari buku, jurnal, peraturan perundangundangan, majalah, karya tulis, media
cetak, ataupun media internet, serta media elektronik yang memiliki hubungan dengan penulisan
karya ilmiah ini.
5. Teknik Analisis Data

Bahan hukum yang telah penulis peroleh kemudian dianalisis, teknik yang dilakukan adalah
teknik evaluatif dan argumentatif. Setelah penulis melakukan deskripsi dan komparasi,
dilanjutkan dengan melakukan evaluasi terhadap suatu kondisi hukum. Dalam komparasi akan
diperoleh pandangan yang pro dan kontra. Sehingga penulis dapat mengevaluasi pandangan-
pandangan yang sudah dijelaskan yang kemudian diakhiri dengan pendapat penulis sendiri yang
lain dari pandangan pihak-pihak yang dikomparasi.
6. Pedoman Penulisan

Pedoman penulisan penelitian ini berdasarkan pada Karya Ilmiah Fakultas ilmiah Fakultas
Syari’ah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
I. Sistematika Pembahasan

Bab Kesatu, Pendahuluan, Meliputi: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Fokus
Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penelitian Terdahulu yang Relevan, Kerangka
Pemikiran, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

Bab Kedua, Tinjauan Umum Tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


(PERPPU), Meliputi: Definisi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Kekuasaan
Membentuk PERPPU, dan Kedudukan PERPPU di Indonesia.
Bab Ketiga, Konstitusionalitas PERPPU, Meliputi: Batasan Konstitusional PERPPU, dan Sejarah
PERPPU di Indonesia.

Bab Keempat, Hasil Penelitian dan Pembahasan, Meliputi: Konstitusionalitas Sanksi Pidana
Dalam PERPPU, PERPPU Yang Memuat Sanksi Pidana, dan Urgensitas Sanksi Pidana Dalam
PERPPU.

Bab Kelima: Bagian ini berisi penutup yang di dalamnya mencakup seluruh bagian isi yang terdiri
dari Kesimpulan dan Saran.

Anda mungkin juga menyukai