Anda di halaman 1dari 55

ANGKA KEJADIAN,KELOMPOK USIA DAN CARA BUNUH DIRI YANG

TERCATAT DI BAGIAN FORENSIK RUMAH SAKIT BHAYANGKARA


KENDARI, SULAWESI TENGGARA PERIODE JANUARI 2015 – JANUARI
2019 dan TINJAUANYA MENURUT PANDANGAN ISLAM

GANANG SURYANSA A
1102015085

FAKUULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bunuh diri merupakan sebuah perilaku pemusnahan


secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang
individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik
dari sebuah isu (Schneidman dalam Adam, 2012)
Tingginya angka bunuh diri di dunia berbanding lurus
dengan tingginya angka bunuh diri di Indonesia setiap
tahunnya. Berdasarkan data WHO tahun 2005, tingkat
angka bunuh diri di Indonesia cukup tinggi, sedikitnya
sekitar 50.000 orang Indonesia melakukan tindakan bunuh
diri setiap tahunnya. Oleh sebab itu, diperkirakan bahwa
sekitar 1.500 orang Indonesia melakukan tindakan bunuh
diri perharinya.
Kasus bunuh diri di Indonesia tertinggi berada pada
kelompok usia remaja dan dewasa muda (15 - 24 tahun)
dengan mayoritas jenis kelamin laki-laki daripada
perempuan (4:1) yang melakukan tindakan bunuh diri.
Berdasarkan data kasus bunuh diri pada tahun 1995 - 2004
yang dicatat oleh bagian forensik FKUI/RSCM, terdapat 771
orang laki-laki melakukan tindakan bunuh diri dan 348 orang
perempuan melakukan tindakan bunuh diri. Berdasarkan
jumlah bunuh diri tersebut, 41 persen melakukan bunuh diri
dengan cara gantung diri, 23 persen melakukan bunuh diri
dengan cara meminum insektisida, dan sebanyak 356 orang
melakukan bunuh diri dengan meminum obat berlebihan.
2.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang di kemukakan,


maka peniliti ingin mengetahui angka kejadian,kelompok
usia dan cara melakukan tindakan bunuh diri.
 
3.1 Pertanyaan Penelitian

1) Berapa banyak angka kejadian bunuh diri?


2) Bagaimana cara yang paling sering dilakukan untuk
melakukan tindakan bunuh diri?
3) Berapa rentang umur yang paling sering melakukan bunuh
diri?
4.1 Tujuan penelitian
Tujuan umum
Berdasarkan tinnginya angka bunuh diri di Indonesia maka peneliti
bertujuan ntuk mengetahui angka kejadian, kelompok usia dan cara bunuh
diri yang tercatat di bagian forensik rumah sakit Bhayangkara Kendari,
Sulawesi Tenggara
Tujuan khusus
1) Mengidentifikasi angka kejadian bunuh diri di Bagian forensik rumah sakit
Bhayangkara Kendari, Sulawesi Tenggara
2) Mengidentifikasi cara bunuh diri di Bagian forensik rumah sakit
Bhayangkara Kendari, Sulawesi Tenggara
3) Mengidentifikasi rentang usia yang melakukan bunuh diri di Bagian
forensik Bhayangkara Kendari, Sulawesi Tenggara
5.1 Manfaat penelitian

Bagi penulis
 Menambah pengetahuan mengenai angka kejadian dan
cara bunuh diri Bagian forensik rumah sakit Bhayangkara
Kendari, Sulawesi Tenggara.
 Meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam
menulis ilmiah dan berpikir logis serta aplikatif dalam
memecahkan masalah ilmiah.
 Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan sebagai dokter
muslim di Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
Bagi masyarakat
 Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
pengetahuan masyarakat tentang angka kejadian,rentang
usia dan cara bunuh diri yang tercatat di Bagian forensik
rumah sakit Bhayangkara Kendari, Sulawesi Tenggara.

Bagi Universitas Yarsi


 Diharapkan dapat memberikan informasi serta menjadi
bahan rujukan dan masukan bagi civitas akademika
Universitas YARSI.
 Diharapkan dapat menambah perbendaharaan karya tulis
ilmiah bagi Universitas Yarsi
BAB 2 . Tinjauan pustaka
A. Landasan Teori
2.1.1 Definisi bunuh Diri
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar
dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri
kehidupannya. Secara umum, bunuh diri berasal dari bahasa
Latin “suicidium”, dengan “sui” yang berarti sendiri dan
“cidium” yang berarti pembunuhan. Schneidman
mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku
pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri
oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai
solusi terbaik dari sebuah isu.
bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
 1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara
intensional
 2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
 3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri
sendiri
 4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif)
atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak
meminum obat yang menentukan kelangsungan
hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
2.1.1 Teori bunuh diri

Sepanjang sejarah manusia banyak teori yang telah maju


dalam upaya untuk menjelaskan atau lebih memahami mengapa
orang berusaha untuk mengambil nyawa mereka sendiri.

 Teori biologis mendalilkan bahwa faktor fisiologis, biokimia


atau genetik tertentu memberikan pengaruh penting pada
etiologi bunuh diri (kadang-kadang dikombinasikan dengan
faktor lingkungan). Contohnya meliputi predisposisi genetik,
ketidakseimbangan kimia, tingkat neurotransmitter
abnormal, kerusakan neurologis akibat infeksi, dan gangguan
nutrisi (FusÈ 1997).
 Teori psikologis dan psikiatri berfokus pada keadaan
pikiran, jiwa, atau perasaan dan kepercayaan tentang
dunia individu yang melakukan atau mencoba untuk bunuh
diri. Seringkali teori-teori ini kurang memberi perhatian
pada hubungan sosial yang lebih luas atau konteks sosio-
kultural dari perilaku bunuh diri.
 Teori sosiologis berfokus pada pentingnya lingkungan
sosial, hubungan sosial dan faktor sosial, ekonomi dan
budaya lainnya dalam etiologi bunuh diri. Dua jenis
investigasi empiris umumnya mendukung teori-teori ini.
Yang pertama adalah pendekatan statistik kuantitatif dan
kuantitatif yang tumbuh dari karya statistik awal dan
Durkheim. Yang kedua adalah pendekatan kualitatif, etno-
metodologis atau interpretatif yang ditunjukkan oleh
karya Jack Douglas
2.1.2 Kejadian bunuh diri

Setiap tahun, lebih dari satu juta orang melakukan bunuh


diri di dunia, membuat bunuh diri menjadi penyebab
kematian paling mematikan ke-15 secara global. Di Perancis,
bunuh diri dianggap sebagai prioritas nasional. Secara resmi,
lebih dari 10.000 kasus bunuh diri dilakukan di Prancis setiap
tahun, yaitu, 1,99% kematian tahunan.
Antara tahun 1955 dan 2011 terjadi fluktuasi tingkat
bunuh diri di Sri Lanka kejadian meningkat enam kali lipat
antara tahun 1955 dan 1980an, dan terbagi dua pada awal
abad ke-21. Perubahan dalam akses terhadap pestisida yang
sangat beracun diperkirakan telah mempengaruhi pola ini.
Studi ini menyelidiki variasi tingkat bunuh diri di 25 distrik di
Sri Lanka antara tahun 1955 dan 2011 bahwa perubahan
kejadian bunuh diri paling banyak ditandai di daerah
pedesaan karena variasi ketersediaan pestisida yang sangat
beracun di lokasi ini selama periode ini.
2.1.3 Cara bunuh diri

Laporan yang diterbitkan dalam jurnal medis the Lancet


menyebutkan angka bunuh diri di India terdiri dari 3% dari
angka semua kematian. Para peneliti memperkirakan angka
bunuh diri di India sekitar 187.000 pada tahun 2010.Cara
bunuh diri yang paling sering digunakan adalah dengan
menenggak racun pestisida, dan kemudian menggantung diri.
2.1.4 rentang usia bunuh diri

 Selama periode waktu (2005-2013), Asia dan beberapa


negara Barat juga telah mengamati peningkatan
mendadak dalam kasus bunuh diri karena gas tertentu,
dan tersedianya informasi "How- to" di Internet tentang
metode bunuh diri yang tidak menyakitkan ini
diperkirakan berperan dalam meningkatkan
penggunaannya.
Bila tingkat bunuh diri keseluruhan tahunan diperiksa
berdasarkan usia dan jenis kelamin, satu-satunya kelompok
gender usia dengan bunuh diri keseluruhan tahunan yang
secara signifikan berubah. Angka tersebut adalah perempuan
berusia 25-44 tahun. Tren angka bunuh diri untuk individu di
bawah usia 25 tahun, orang dewasa yang lebih tua (usia 65
dan ke atas), dan laki-laki tidak berubah secara signifikan.
 Pada penjara yang terdapat di jerman membandingkan
antara tahanan jerman dan orang asing,tercatat bahwa
425 tahanan meninggal karena bunuh diri dalam tahanan
kriminal Jerman 356 adalah orang Jerman dan 69 adalah
warga negara asing.Presentase kasus bunuh diri terbanyak
berada pada rentang usia 30-39 tahun yaitu sebanyak 114
kasus untuk penduduk jerman sendiri dan 35 kasus untuk
orang asing.
2.1.5 Angka bunuh diri

WHO memperkirakan angka bunuh diri global sekitar 16


per 10.000 orang atau hampir satu juta orang setiap tahun.
Angka ini mencakup 200.000 kasus di Cina, 190.000 di India
dan sekitar 140.000 di negara-negara maju. Angka satu juta
itu merupakan 45% peningkatan dalam 45 tahun terakhir.
WHO mengatakan faktor risiko utama adalah sakit jiwa,
khususnya depresi, ketagihan minuman beralkohol dan juga
tekanan sosial dan budaya.
 Di AS Antara tahun 1999 dan 2014, ada 20.917 kematian
yang diidentifikasi sebagai bunuh diri dengan 0,3 per
100.000 penduduk pada tahun 1999 menjadi 0,7 per
100.000 pada tahun 2009, dan tetap 0,6-0,7 per 100 000
sampai tahun 2014. Demikian pula, persentase semua
kasus bunuh diri yang memiliki keracunan opioid yang
tercatat sebagai penyebab kematian meningkat dari 2,2%
di tahun 1999 menjadi 4,4% pada tahun 2010
 Di Amerika serikat tercatat jumlah bunuh diri narapidana
di penjara negara meningkat lebih dari 30 persen selama
periode satu tahun, menurut sebuah laporan baru-baru ini
dari Bureau of Justice Statistics (BJS) di Departemen
Kehakiman. bahwa pada tahun 2013, 192 tahanan penjara
negara meninggal karena bunuh diri, sementara jumlah
keseluruhan untuk tahun 2014 meningkat menjadi 249.
2.1.6 bunuh diri menurut pandangan
islam
Biasanya orang-orang yang melakukan menganiaya dirinya sendiri adalah
mereka yang imannya lemah dan kurang mengamalkan rukun iman, rukun
islam, iman dalam islam,hubungan akhlak dengan iman islam dan
ihsan, dan hubungan Akhlak dengan iman.
Allah subhanawata’ala berfirman:
“Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat
sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain
Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu
tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka.” (QS.
Huud : 101 )
Dalil-Dalil yang Melarang Perbuatan Melukai Diri Sendiri

“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh,


maka Allah akan memberikan kepada merekadengan sempurna  pahala
amalan-amalan mereka; dan Allah sangat benci kepada orang-orang
yang zalim.”  
(QS. Ali ‘Imraan: 57)

“Tuhan (Allah) tidak menzalimi mereka itu (maksudnya manusia),


tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.”
(QS. Ar Rum: 9)

“Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena


bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak
beriman kepada keterangan ini.” 
(QS. Al-Kahfi: 6)
Azab Bagi Orang yang Melukai Dirinya Sendiri
 Dijanjikan Neraka
“Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka
Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah.” (QS. An-Nisa’: 30)
 Mendapatkan Siksa yang Setimpal
“Siapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia, maka dia disiksa
dengan (alat tersebut) pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 Diharamkan Surga
Dari Jundub bin Abdullah berkata, Nabi shalallahu ‘alahi wasallam bersabda:
“Dahulu pada umat sebelum kalian, ada seorang lelaki yang terluka. Dia tidak
sabar, kemudian dia mengambil pisau dan ia potong sendiri tangannya. Belum
lagi darahnya kering, orang itu pun meninggal dunia. Kemudian Allah ta’ala
berkata: hamba-Ku telah mendahului Aku dengan nyawanya, maka aku
haramkan baginya surga.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
2.7 Kerangka teori

1) Angka Bunuh diri


Bagian
forensik RS. 2) Cara Bunuh Diri
Bunuh diri
Bhayangkara
Kendari 3) rentang usia yang
melakukan bunuh
diri
2.8 Kerangka konsep

Angka bunuh
diri

Bunuh Diri yang


tercatat di bagian Cara bunuh
forensik RS. diri
Bhayangkara
Kendari
Rentang usia yang
melakukan Bunuh
diri
2.9 Definisi operasional
No variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
1 Angka Adalah jumlah Lembar Observasi Angka Bunuh Nominal
kejadian orang yang Observasi diri yang
bunuh diri melakukan terjadi di
tindakan sengaja penjara
yang
menyebabkan
kematian diri
sendiri

2 Cara Adalah Cara yang Lembar Observasi Cara bunuh Ordinal


bunuh diri dilakukan Observasi diri yang
dengan sengaja dilakukan di
yang penjara
menyebabkan
kematian diri
sendiri.

3 Rentang Adalah kelompok Lembar Observasi Rentang umur Rasio


usia bunuh orang Observasi yang
diri berdasarkan melakukan
Umur bunuh diri di
penjara
Bab 3. Metode penelitian

3.1 Jenis penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif. Penelitian
menyajikan sedeskriptif mungkin fenomena tersebut menurut variabel
epidemiologi (orang,tempat,waktu) tanpa mencoba menganalisa
bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi.

3.2 Rancangan penelitian


Rancangan penelitian yaitu penelitian Deskriptif dengan pengambilan
data secara retrospektif, dilakukan dengan cara mengumpulkan data
hanya satu kali dan satu waktu tanpa ada tindak lanjut dengan
menggunakan data yang diambil di tempat tujuan penelitian
3.3 Populasi
Populasi dari penilitian ini adalah orang yang melakukan bunuh diri
yang tercatat dibagian forensik rumah sakit Bhayangkara Kendari

3.4 Sampel
Sampel yang diambil adalah data-data orang yang melakukan bunuh
diri yang tercatat dibagian forensik rumah sakit Bhayangkara kendari
Kriteria inklusi :
a. Orang yang di duga melakukan bunuh diri berdasarkan surat
permintaan visum kepolisan
Kriteria eksklusi :
a.Orang yang meninggal karena penyakit
b.Orang yang meninggal karena dibunuh
3.5 Jenis data
Jenis data yang digunakan adalah data Sekunder. Karena pegambilan
data diperoleh dari bagian forensik rumah sakit Bhayangkara Kendari,
Sulawesi Tenggara, Tahun 2015-2019.

3.6 Cara pengumpulan data


Cara pengumpulan data adalah dengan pengambilan data yang
dilakukan di bagian forensik rumah sakit cipto Bhayangkara Kendari,
Sulawesi Tenggara.

3.7 Instrumen pengumpulan data


Instrumen untuk penelitian ini merupakan data sekunder yang
diambil melalui pengambilan data seperti nama,usia,jenis kelamin,cara
bunuh diri,dan tahun terjadi bunuh diri yang tercatat di bagian forensik
rumah Bhayangkara Kendari, Sulawesi Tenggara.
3.8 Alur penelitian

Penyusunan proposal penelitian

Izin melakukan penelitian di RS


Bhayangkara Kendari

Pengambilan dan pengumpulan


data

Penyusunan data

Analisi data

Laporan penelitian
3.9 Jadwal penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil dari data yang telah diambil di RS Bhayangkara


Kendari Sulawesi Tenggara, angka kejadian bunuh diri
yang terjadi yaitu ada 4 orang. Bunuh diri ini terjadi tiga
kasus dengan presentase satu kasus setiap tahunnya,
Pada tahun 2015,2016,2018 dan satu kasus lagi terjadi
belum lama ini yaitu pada januari tahun 2019
Tabel 1.
Angka Kejadian Bunuh diri yang terjadi

Tahun Angka Cara Usia Jenis Kelamin Otopsi


Kejadian Bunuh
Diri
2015 1 Gantung 50 tahun Laki-laki Tidak di otopsi
diri
2016 1 Gantung 36 tahun Perempuan Tidak di otopsi
diri
2017 - - - - -
2018 1 Racun 51 tahun Laki-laki Diotopsi
Januari 1 Gantung 27 tahun Laki-laki Tidak Diotpsi
- 2019 diri
4.2 Pembahasan

Crosby mendefinisikan bahwa tindakan bunuh diri adalah


perilaku yang berpotensi melukai yang diakibatkan oleh
perbuatan sendiri dengan keinginan untuk mati (Melanson
2011).
Angka kejadian bunuh diri yang tercatat dibagian forensik
Rumah sakit Bhayangkara Kendari, Sulawesi Tenggara dalam
periode januari 2015 sampai dengan januari 2019 ada empat
kasus, Terjadi pada tahun 2015,2016,2018 dan yang paling
baru terjadi pada januari tahun 2019, Presentase kasus
terbanyak adalah strangulasi atau gantung diri yaitu
sebanyak tiga kasus dan satu kasus bunuh diri dengan
menggunakan racun yaitu sianida.
Dari ke-empat kasus tersebut hanya 1 kasus yang
dilakukan otopsi yaitu kasus dengan racun sianida dan kasus
yang lain hanya dilakukan pemeriksaan luar karena pihak
keluaga tidak mengizinkan untuk dilakukan otopsi. Kelompok
usia yang melakukan bunuh diri jika di kategorikan
berdasarkan kategori kelompok usia departemen kesehatan
Republik Indonesia terdapat satu kasus pada kategori dewasa
awal (26-35 tahun), Satu kasus kategori dewasa akhir (36-45
tahun) dan dua kasus pada kategori lansia awal (46-55
tahun).
Santrock menyatakan bahwa remaja perempuan lebih
sering melakukan percobaan bunuh diri sementara remaja
laki-laki lebih berhasil dalam bunuh diri tersebut. Penelitian
Nock dan Kessler dengan hasil bahwa perempuan lebih
banyak melakukan self injury dari pada laki-laki. Namun,
laki-laki yang melakukan self injury lebih mungkin berhasil
melakukan bunuh diri dari pada perempuan.(Pratiwi, J 2014)
BAB V
 
TINJAUAN ISLAM TERHADAP ANGKA KEJADIAN,KELOMPOK USIA DAN
CARA BUNUH DIRI YANG TERCATAT DI BAGIAN FORENSIK RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA KENDARI, SULAWESI TENGGARA PERIODE JANUARI
2015 – JANUARI 2019
5.1 Bunuh Diri Dalam Islam
Al-Qur’an dalam berbagai ayatnya menegaskan bahwa Allah SWT, adalah Tuhan yang
menganugerahkan hidup dan menentukan mati. Diantaranya:

“Dan Allah telah menciptakan kamu, kemudian mewafatkanmu, di


antara kamu ada yang dikembalikan kepada usia yang tua renta
(pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah
diketahuinya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahakuasa.”
(QS. An-Nahl: 70)
Dari ayat ini kita mengetahui bahwa kematian “suatu saat” pasti
datang entah itu dimasa kanak-kanak, muda, atau lanjut usia. Ayat ini
menyinggung tentang ketidak berdayaan dimasa tua yang dialami oleh
sebagian manusia ketika mereka dianugerahi umur panjang. Demikian
halnya bila sebelum ajal tiba, seseorang dalam rentang waktu yang
panjang tertimpa berbagai penyakit yang menyebabkan dia harus
mendapatkan peralatan dan perhatian medis.

Selain bunuh diri merupakan perbuatan yang dilarang dan berdosa


besar bagi pelakunya, orang yang membunuh dirinya sendiri dengan
menggunakan suatu benda atau cara, kelak di hari kiamat akan dihukum
dengan benda atau cara tersebut di dalam neraka.
Bahwasanya Rasulullah bersabda:

Artinya: “barangsiapa yang bersumpah dusta atas nama agama selain Islam,
maka dia seperti apa yang diucapkannya. Barangsiapa yang membunuh dirinya
dengan sesuatu, maka dia akan disiksa dengan benda tersebut di neraka
Jahannam. Melaknat seorang mukmin sama seperti membunuhnya. Barangsiapa
yang menuduh seorang mukmin sebagai kafir maka dia seperti telah
membunuhnya.” (HR. Al Bukhari no 6105 dan Muslim no110)
5.2 Kelompok Usia Dalam Islam
Manusia sejak dilahirkan hingga meninggal duina akan melalui sebuah
perjalanan yang panjang. Manusia akan melalui beberapa tahap alam kehidupan
sejak kelahirannya sebelum akhirnya mendapat kemenangan berkesempatan
bertemu dengan Allah di surga atau terpuruk dilembah neraka.
1. Alam Ruh
Hidup manusia dimulai dari alam ruh, waktu dimana Allah mengumpulkan semua
ruh manusia yang akan diturunkan kebumi. Kejadian ini dikisahkan dalam Al-Quran
Surat Al-A’raf ayat 172:

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang)


anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh
mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab,
“Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah
terhadap ini.” (QS. Al-A’raf: 172)
2. Alam Rahim
Manusia mulai terbentuk secara fisik dalam rahim seorang ibu yang
dikatakan berasal dari air mani dan disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim).
Janin mengalami proses perkembangan dalam rahim (dan dibentuk sesuai dengan
kehendak Allah dan disempurnakanNya tubuh manusia ini Setelah terbentuk,
barulah Allah meniupkan ruh kedalam janin.

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah.” “Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim).” “Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang
melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang
(berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.”
(QS. Al-Mu’minuun: 12-14)
3. Alam Dunia
Kehidupan manusia di alam dunia pada hakekatnya merupakan ujian-ujian
seumur hidupnya untuk menentukan tempatnya di akhirat kelak. Manusia
ditugaskan Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi. Dan ia diperintahkan
untuk beriman dan menyembah kepada Allah dan melakukan amal ma’ruf dan
mencegah kemunkaran. Penciptaan manusia untuk hidup di dunia bukanlah suatu
yang main-main, melainkan setiap manusia akan dimintakan pertanggungan
jawabnya bagaimana ia menjalani ujian-ujian tentang apa yang telah
dilakukannya selama hidup.

4. Alam kubur
Barzah berarti sesuatu yang terletak di antara dua kondisi atau barang.
Dalam konteks kehidupan manusia, maka alam barzah adalah antara alam dunia
dan alam akhirat. Ini adalah suatu alam yang dialami manusia mulai dari saat ia
menemui ajal sampai datangnya hari kiamat atau hari akhir (yaumil qiyamah
atau yaumil akhir)
5.3 Forensik Dalam Islam

Tujuan dari pembedahan mayat, secara garis besar dapat dibagi menjadi
dua. Pertama, untuk otopsi. Kedua, untuk pembelajaran calon dokter. Otopsi
sendiri dilakukan untuk dua tujuan. Tujuan pertama, untuk hukum pidana,
seperti, otopsi forensik yang dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian
sehingga mungkin menjadi masalah pidana agar memungkinkan mencari
tersangka pembunuhan tersebut dengan tujuan bisa menegakkan hukum Allâh
Azza wa Jalla secara benar dan tepat. Tujuan kedua, yang disebut otopsi klinis
atau akademik. Ini dilakukan untuk mencari penyebab medis kematian.
Digunakan dalam kasus kematian yang tidak diketahui atau tidak pasti.
Masalah yang timbul dari fenomena tersebut adalah mengenai perlakuan
tidak wajar terhadap mayat manusia dengan cara mengutak-atik organ tubuhnya.
Padahal, ini tidaklah selayaknya diperlakukan pada jasad manusia. Terlebih lagi
bila ditinjau dari hukum Islam.

Hadits Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :


 

ْ ‫ت َع ْظ ِم َك‬
ُ‫سر‬ ِ ِّ‫س ِر ِه ا ْل َمي‬
ْ ‫َحيًّا َك َك‬
Artinya: “Memecahkan tulang mayat hukumnya seperti memecahkan
tulangnya ketika ia masih hidup.” (HR Abu Dawud, no. 3209. Hadits ini
dinyatakan shahîh oleh Albani dalam kitabnya, Irwâul Ghalîl, 3/213)
Majelis Ulama Besar di Saudi Arabia telah melakukan
pembahasan mengenai hal ini dalam muktamar mereka ke
sembilan tahun 1396 H / 1976 M. Pertemuan itu melahirkan
keputusan sebagai berikut, Untuk keperluan otopsi, baik
otopsi forensik maupun otopsi medis, maka Majelis Ulama
Besar memutuskan, boleh membedah mayat untuk keperluan
tersebut. Dengan pertimbangan, adanya maslahat yang besar
dibalik otopsi ini. Karena, otopsi forensik bertujuan untuk
menegakkan hukum pidana sehingga terciptanya keamanan
dalam masyarakat. Sedangkan otopsi medis, bertujuan
terjaganya masyarakat dari penyakit mewabah. Menurut
pertimbangan majelis, kedua maslahat ini lebih besar
dibandingkan dengan mafsadat membedah mayat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan Angka kejadian,


Kelompok usia dan Cara bunuh diri yang tercatat di rumah sakit Bhayangkara
Kendari, Sulawesi tenggara periode januari 2015 - januari 2019 dan tinjauannya
menurut pandangan islam dapat disimpulkan bahwa :
 Hasil dari data yang diambil di rumah sakit bhayangkara periode januari 2015
– januari 2019 angka kejadian bunuh diri adalah empat orang terjadi pada
tahun 2015,2016,2018 dan januari 2019 masing masing tercatat satu kasus
dengan tiga kasus strangulasi (gantung diri) dan satu kasus racun sianida. Satu
kasus dilakukan otopsi yaitu kasus racun sianida dan tiga kasus lainnya tidak
dilakukan otopsi. Kelompok usia yang tercata melakukan bunuh diri yaitu satu
kasus kategori dewasa awal (26-35 tahun), Satu kasus kategori dewasa akhir
(36-45 tahun) dan dua kasus pada kategori lansia awal (46-55 tahun).
 Bunuh diri adalah suatu solusi bagi sebagian orang dalam menyelelesaikan
masalah yang menurut meraka berat, Padahal jika kita percaya kepada sang
pencipta maka dalam sutu permasalahan pasti akan ada jalan keluarnya. Dalam
hal ini kita dapat mengatakan bahwa bunuh diri merupakan suatu pertanda
akan lemahnya iman seseorang. Allah SWT telah menegaskan bahwasanya
janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah maha penyayang
kepadamu.

Saran
Berdasarkan pengalaman saat melakukan penelitian dan analisa terhadap hasil
penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
 Kepada Peneliti
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data yang diambil di rumah sakit
Bhayangkara Kendari, Sulawesi Tenggara. Pada penelitian yang akan mendatang
diharapkan dapat menyajikan data yang lebih luas dan akurat untuk membantu
penanganan kasus bunuh diri
 Kepada Instansi Kesehatan
Kelengkapan informasi data pada database rumah sakit Bhayangkara Kendari,
Sulawesi Tenggara perlu diperhatikan dan dicatat dengan lebih jelas. Hasil
penelitian ini kiranya dapat meningkatkan pencatatan database rumah sakit
Bhayangkara Kendari, Sulawesi Tenggara dan di Indonesia umumnya.
 Kepada Masyarakat
Diperlukan pengetahuan mengenai Angka kejadian, Kelompok usia dan Cara
bunuh diri yang tercatat di rumah sakit Bhayangkara Kendari, Sulawesi Tenggara
 Kepada Mubaligh
Para mubaligh diharapkan dapat menyampaikan kepada umat Islam bahwa
kehidupan dan kematian itu berada di tangan Allah SWT. Dan mengganggap
semua yang terjadi ini merupakan cobaan dari Allah SWT. Dan harus berserah diri
kepada Allah SWT.
Daftar pustaka

 Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial.


Jakarta: TIM
 Stuart, G. W. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
 Hendrojono. 2005. Kriminologi (Pengaruh Perubahan Masyarakat dan Hukum).
Surabaya Penerbit Srikandi
 Dwidja Priyatno, 2006, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia,
Bandung, Refika Aditamma. 
 World Health Organization (2014) Preventing suicide. A global imperative.
Geneva, Switzerland: World Health Organization.
 Centre for Suicide Prevention, University of Manchester, Manchester M13 9PL,
UK
 Vikram P 2010, suicide in india,journal medine of lancet
 Federal Prison Handbook (Middle Street Publishing, 2017), Prison Education
Guide (Prison Legal News Publishing, 2016) and College for
Convicts(McFarland & Co., 2014)
 Ang’elique Franchi, M.D. Jacques Bagur, M.D.; Patrick Lemoine,
Ph.D.Delphine Maucort-Boulch, Ph.D. Daniel Malicier, Ph.D. and G’eraldine
Maujean,M.D J Forensic Sci, January 2016, Vol. 61, No. 1
 Qijin Cheng, Feng Chen, Paul S. F. Yip, 2017 ,Media effects on suicide
methods: A case study on Hong Kong 1998-2005
 Braden JB, Edlund MJ, Sullivan MD Suicide Deaths With Opioid Poisoning in
the United States: 1999-2014.
 Knipe et al. BMC Public Health. 2017 17:193 Regional variation in suicide
rates in Sri Lanka between 1955 and 2011: a spatial and temporal analysis
 Tartaro,Christine & Lester,David. 2004. ‘An Aplication of Durkheim’s Theory
of Suicide to Prison Suicide Rates in The United States’
 Radeloff D,Lemmp T, et al. 2014. ‘National total Survey of German
adolescent Suicide in Prison’,eur child adoles psychiatry (2015) 24:219-225
Anggaran penelitian

Anda mungkin juga menyukai