GANANG SURYANSA A
1102015085
FAKUULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
BAB 1. PENDAHULUAN
Bagi penulis
Menambah pengetahuan mengenai angka kejadian dan
cara bunuh diri Bagian forensik rumah sakit Bhayangkara
Kendari, Sulawesi Tenggara.
Meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam
menulis ilmiah dan berpikir logis serta aplikatif dalam
memecahkan masalah ilmiah.
Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan sebagai dokter
muslim di Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
Bagi masyarakat
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
pengetahuan masyarakat tentang angka kejadian,rentang
usia dan cara bunuh diri yang tercatat di Bagian forensik
rumah sakit Bhayangkara Kendari, Sulawesi Tenggara.
Angka bunuh
diri
3.4 Sampel
Sampel yang diambil adalah data-data orang yang melakukan bunuh
diri yang tercatat dibagian forensik rumah sakit Bhayangkara kendari
Kriteria inklusi :
a. Orang yang di duga melakukan bunuh diri berdasarkan surat
permintaan visum kepolisan
Kriteria eksklusi :
a.Orang yang meninggal karena penyakit
b.Orang yang meninggal karena dibunuh
3.5 Jenis data
Jenis data yang digunakan adalah data Sekunder. Karena pegambilan
data diperoleh dari bagian forensik rumah sakit Bhayangkara Kendari,
Sulawesi Tenggara, Tahun 2015-2019.
Penyusunan data
Analisi data
Laporan penelitian
3.9 Jadwal penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Artinya: “barangsiapa yang bersumpah dusta atas nama agama selain Islam,
maka dia seperti apa yang diucapkannya. Barangsiapa yang membunuh dirinya
dengan sesuatu, maka dia akan disiksa dengan benda tersebut di neraka
Jahannam. Melaknat seorang mukmin sama seperti membunuhnya. Barangsiapa
yang menuduh seorang mukmin sebagai kafir maka dia seperti telah
membunuhnya.” (HR. Al Bukhari no 6105 dan Muslim no110)
5.2 Kelompok Usia Dalam Islam
Manusia sejak dilahirkan hingga meninggal duina akan melalui sebuah
perjalanan yang panjang. Manusia akan melalui beberapa tahap alam kehidupan
sejak kelahirannya sebelum akhirnya mendapat kemenangan berkesempatan
bertemu dengan Allah di surga atau terpuruk dilembah neraka.
1. Alam Ruh
Hidup manusia dimulai dari alam ruh, waktu dimana Allah mengumpulkan semua
ruh manusia yang akan diturunkan kebumi. Kejadian ini dikisahkan dalam Al-Quran
Surat Al-A’raf ayat 172:
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah.” “Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim).” “Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang
melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang
(berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.”
(QS. Al-Mu’minuun: 12-14)
3. Alam Dunia
Kehidupan manusia di alam dunia pada hakekatnya merupakan ujian-ujian
seumur hidupnya untuk menentukan tempatnya di akhirat kelak. Manusia
ditugaskan Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi. Dan ia diperintahkan
untuk beriman dan menyembah kepada Allah dan melakukan amal ma’ruf dan
mencegah kemunkaran. Penciptaan manusia untuk hidup di dunia bukanlah suatu
yang main-main, melainkan setiap manusia akan dimintakan pertanggungan
jawabnya bagaimana ia menjalani ujian-ujian tentang apa yang telah
dilakukannya selama hidup.
4. Alam kubur
Barzah berarti sesuatu yang terletak di antara dua kondisi atau barang.
Dalam konteks kehidupan manusia, maka alam barzah adalah antara alam dunia
dan alam akhirat. Ini adalah suatu alam yang dialami manusia mulai dari saat ia
menemui ajal sampai datangnya hari kiamat atau hari akhir (yaumil qiyamah
atau yaumil akhir)
5.3 Forensik Dalam Islam
Tujuan dari pembedahan mayat, secara garis besar dapat dibagi menjadi
dua. Pertama, untuk otopsi. Kedua, untuk pembelajaran calon dokter. Otopsi
sendiri dilakukan untuk dua tujuan. Tujuan pertama, untuk hukum pidana,
seperti, otopsi forensik yang dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian
sehingga mungkin menjadi masalah pidana agar memungkinkan mencari
tersangka pembunuhan tersebut dengan tujuan bisa menegakkan hukum Allâh
Azza wa Jalla secara benar dan tepat. Tujuan kedua, yang disebut otopsi klinis
atau akademik. Ini dilakukan untuk mencari penyebab medis kematian.
Digunakan dalam kasus kematian yang tidak diketahui atau tidak pasti.
Masalah yang timbul dari fenomena tersebut adalah mengenai perlakuan
tidak wajar terhadap mayat manusia dengan cara mengutak-atik organ tubuhnya.
Padahal, ini tidaklah selayaknya diperlakukan pada jasad manusia. Terlebih lagi
bila ditinjau dari hukum Islam.
ْ ت َع ْظ ِم َك
ُسر ِ ِّس ِر ِه ا ْل َمي
ْ َحيًّا َك َك
Artinya: “Memecahkan tulang mayat hukumnya seperti memecahkan
tulangnya ketika ia masih hidup.” (HR Abu Dawud, no. 3209. Hadits ini
dinyatakan shahîh oleh Albani dalam kitabnya, Irwâul Ghalîl, 3/213)
Majelis Ulama Besar di Saudi Arabia telah melakukan
pembahasan mengenai hal ini dalam muktamar mereka ke
sembilan tahun 1396 H / 1976 M. Pertemuan itu melahirkan
keputusan sebagai berikut, Untuk keperluan otopsi, baik
otopsi forensik maupun otopsi medis, maka Majelis Ulama
Besar memutuskan, boleh membedah mayat untuk keperluan
tersebut. Dengan pertimbangan, adanya maslahat yang besar
dibalik otopsi ini. Karena, otopsi forensik bertujuan untuk
menegakkan hukum pidana sehingga terciptanya keamanan
dalam masyarakat. Sedangkan otopsi medis, bertujuan
terjaganya masyarakat dari penyakit mewabah. Menurut
pertimbangan majelis, kedua maslahat ini lebih besar
dibandingkan dengan mafsadat membedah mayat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
Berdasarkan pengalaman saat melakukan penelitian dan analisa terhadap hasil
penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
Kepada Peneliti
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data yang diambil di rumah sakit
Bhayangkara Kendari, Sulawesi Tenggara. Pada penelitian yang akan mendatang
diharapkan dapat menyajikan data yang lebih luas dan akurat untuk membantu
penanganan kasus bunuh diri
Kepada Instansi Kesehatan
Kelengkapan informasi data pada database rumah sakit Bhayangkara Kendari,
Sulawesi Tenggara perlu diperhatikan dan dicatat dengan lebih jelas. Hasil
penelitian ini kiranya dapat meningkatkan pencatatan database rumah sakit
Bhayangkara Kendari, Sulawesi Tenggara dan di Indonesia umumnya.
Kepada Masyarakat
Diperlukan pengetahuan mengenai Angka kejadian, Kelompok usia dan Cara
bunuh diri yang tercatat di rumah sakit Bhayangkara Kendari, Sulawesi Tenggara
Kepada Mubaligh
Para mubaligh diharapkan dapat menyampaikan kepada umat Islam bahwa
kehidupan dan kematian itu berada di tangan Allah SWT. Dan mengganggap
semua yang terjadi ini merupakan cobaan dari Allah SWT. Dan harus berserah diri
kepada Allah SWT.
Daftar pustaka