Anda di halaman 1dari 11

KECERDASAN INTUITIF

DAN REFLEKTIF
Tri Wahyuni NIM 201017
M. N. A. B. Rachmadhani NIM 201019
M. Ngali NIM 2010
Yulinah NIM 201015
KECERDASAN INTUITIF
DAN REFLEKTIF
Pendahuluan

Kecerdasan Intuitif & Reflektif

Peran Guru
Pendahuluan
 Ada sebuah anekdot tentang seorang profesor matematika yang sangat terkenal. Dia menceritakan
pengalamannya ketika menangani audien, kemudian menulis sebuah pernyataan matematis di papan yang
berbunyi: “Ini, tentu saja, ini nyata”. Dengan melihatnya lagi, dia mengatakan “Setidak-tidaknya, saya
berpikir bahwa ini nyata”. Keraguannya semakin bertambah, kemudian dia berkata “Permisi” dan dia
mengambil pensil dan kertas, kemudian keluar dari ruang kelas sekitar 20 menit. Setelah kembali, dia
berkata “Ya, saudara-saudara, ini adalah nyata”
 Contoh lain yang serupa misalnya mengalikan 16 dengan 25. Maka akan timbul pertanyaan. 1) Berapakah
jawabannya? 2) Jelaskan bagaimana anda mengerjakannya!
 Contoh lainnya yaitu penggunaan kata “is” pada dua kalimat berikut ini. “What I am writing with is chalk”
dan “Chalk is white”. Maka akan timbul pertanyaan 1) Tepatkah penggunaan kata “is”? 2) Apakah artinya
sama?
Kecerdasan Intuitif & Reflektif
 Kecerdasan Intuitif
Lanjutan
 Pada tingkat intuitif, kita menyadari bahwa melalui reseptor/ alat indera (terutama penglihatan
dan pendengaran), kita dapat mengetahui lingkungan luar. Hal ini dikarenakan, secara otomatis
data tersebut diklasifikasikan dan dihubungkan dengan data serupa yang sudah ada, dengan
struktur konsep.
 Dengan otot-otot yang dimiliki, kita dapat menggerakan kerangka untuk berbuat pada
lingkungan luar (deskripsi terdiri atas berkata dan menulis). Aktivitas ini banyak dikontrol dan
diarahkan oleh umban balik, informasi selanjutnya mengenai kemajuan dan hasilnya dapat
diketahui melalui reseptor luar kita. Dalam banyak kasus, hal tersebut dapat berhasil
sepenuhnya tanpa adanya kesadaran dari proses intervensi mental.
 Contohnya, ketika membaca nyaring, mengemudi mobil, atau menjawab pertanyaan ‘16x25?’.
Lanjutan
 Kecerdasan Reflektif
Lanjutan
 Pada tingkat reflektif, aktivitas mental yang berintervensi itu menjadi obyek kesadaran untuk introspeksi/ mawas diri.
 Seorang anak bertanya kepada kita mengapa kita dalam mengucapkan kata “accelerate” seperti “axelerate”, bukan
“ackelerate”. Maka, kita akan menjelaskan (dalam hal yang tepat untuk pendengar dan dengan contoh-contoh) bahwa
pada c yang pertama diucapkan keras karena diikuti dengan konsonan, sedangkan c yang kedua diucapkan lembut,
karena diikuti e atau i. Kemudian perlu dijelaskan lebih lanjut dengan menunjukkan ketepatan (kekonsistenan)
pengucapan kata-kata lainnya dengan kelas-kelas tertentu yang dapat diterima oleh respon.
 Seorang siswa yang menumpang kendaraan bertanya kepada kita “Mengapa kita harus mengubah gigi (gear) sebelum
melewati tikungan tajam?”. Seolah-olah kita telah melakukan “tanpa berpikir” (hal itu dapat dikatakan tanpa refleksi),
kita tidak memiliki kesulitan dalam menjelaskan alasan kita.
 Setelah menjawab dalam sekejap ‘400’ untuk pertanyaan ‘16x25’ kita mungkin akan bertanya ‘Bagaimana kamu
melakukan itu begitu cepat?’ dan setelah menjelaskan metode kita (ada banyak untuk memilih dari), kita mungkin juga
akan diminta untuk membenarkan itu – lebih dari pertanyaan pencarian,melibatkan referansi ke properti asosiatif
perkalian.
Lanjutan
 Kita dapat membenahi kesalahan dalam skema yang ada. Jika kita mengatakan “Saya melihat kesalahan
yang saya lakukan”. Ini berarti kita tidak hanya berpikir pada metode yang kita gunakan, tetapi kita
berusaha menemukan detail-detail khusus didalamnya yang menyebabkan kegagalan, yang biasanya
diikuti dengan perubahan detail-detail itu. Tetapi yang belum diketahui adalah bagaimana kita mampu
membuat perubahan pada skema kita.
Peran Guru
 Siswa yang masih pada tahap intuitif, biasanya banyak tergantung pada cara penyajian materi
oleh guru.
 Pada tahap-tahap awal, guru harus menganalisis konseptual siswa secara cermat sebagai dasar
merencanakan pembelajaran, sehingga siswa dapat melakukan sintesa struktur-struktur dalam
ingatannya sendiri.
 Kontribusi akhir dari guru adalah mengurangi ketergantungan siswa padanya.
Lanjutan
 Dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal yang harus dilakukan oleh tenaga pengajar matematika,
yaitu:
1. Guru harus menyesuaikan materi matematika sesuai dengan status perkembangan skema
matematis siswa.
2. Guru harus menyesuaikan cara penyajian materi sesuai dengan kemampuan berfikir siswa
3. Secara bertahap guru harus meningkatkan kemampuan analitiknya untuk mencerna terlebih
dahulu sebelum materi diberikan kepada siswa, ketika siswa berada pada tahap dimana
mereka tidak lagi tergantung pada guru.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai