Anda di halaman 1dari 44

KESEHATAN & KESELAMATAN

KERJA (K3) KONSTRUKSI


JALAN

Nama Kelompok 4 :
1. Nindia Wahyu Rustanti
2. Riska Rahayu
3. Siska Dwi Jayanti
4. Vini Fiandini

4 DIV Jalan Tol


Isu kesehatan & keselamatan kerja :

Problem K3 :
Tidak ada sistem
Kurangnya standar kerja
Kurang peduli tentang masalah K3
Isu kesehatan kerja :
gangguan kesehatan di tempat kerja, seperti :
cedera otot tulang, gangguan kebisingan,
penyakit akibat kerja

Isu Keselamatan Kerja :


Tingginya angka kecelakaan kerja industri

Bahaya kebakaran

Kecelakaan lalu lintas menuju dan dari tempat kerja


Pengertian mendasar K3..
Keamanan:
keadaan yg menggambarkan rasa tenteram dan
tidak merasa takut, gelisah atau resah
Keselamatan:
keadaan selamat, bebas dari cedera
Kesehatan:
Keadaan sehat baik fisik, mental, maupun sosial
dan tidak sekedar bebas dari penyakit
Jadi, K3 adalah..

suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja


maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan
(preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan
cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja
dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Perbuatan bahaya, biasa disebabkan oleh :

 Kekurangan dalam pengetahuan, keterampilan dan


sikap
 Keletihan atau kebosanan
 Kerja manusia tidak sepadan dengan ergonomis
 Gangguan psikologis
 Pengaruh sosio-filosofis
Jumlah alat monitoring yang dapat digunakan untuk
mengurangi tingkat bahaya seperti :
 Health Monitoring untuk menentukan paparan dan efek
terhadap kesehatan pekerja (tes audiometric, tes darah, tes
fungsi hati);
 Environmental Monitoring (tingkat kebisingan, partikel dalam
udara, tingkat getaran, dll); peralatan otomatis dapat dipasang
sehingga dapat memberikan tanda alarm apabila ambang batas
terlewati;
 Supervision, untuk memastikan bahwa pekerja mengikuti
aturan-aturan keselamatan dan penerapan keselamatan di
tempat kerja,
 Maintenance terhadap metode pengontrolan untuk memastikan
bahwa dilakukan dengan standar yang tepat dan sesuai batas-
batas yang ditentukan;
Proses K3
 IDENTIFIKASI
 ASSESSMENT
 CONTROL METHODS
 REVIEW/MONITORING
Landasan Hukum Penerapan K3 :
UUD’45 pasal 27 ayat 2

UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan


Sosial Tenaga Kerja.

PP no. 64 tahun 2005 tentang perubahan ke-4 atas PP no. 14 tahun


1993 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek

Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena


Hubungan Kerja

Permenaker No. Per-05/AAEN/1993 tentang Petunjuk Teknis


Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran luran, Pembayaran Santunan,
dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
UU No 13 Thn 2003, tentang
Ketenagakerjaan
Setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas :
keselamatan, kesehatan,
pemeliharaan moral kerja, dan
perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia serta nilai-nilai agama
UU No 1 tahun 1970

UU tentang Keselamatan Kerja terdiri atas


18 pasal

mengatur tentang perlindungan hukum bagi


tenaga kerja,

yaitu mengatur keselamatan kerja dalam


segala tempat kerja, baik didarat, di dalam
tanah, di permukaan air, di dalam air
maupun udara, yang berada di dalam
wilayah kekuasaan hukum RI
Tujuan dibuatnya aturan K3
Pasal 3 ayat 1 :

a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;


b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberikan pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja,
baik fisik maupun psikhis, peracunan, infeksi dan penularan;
UU No. 1 Tahun 1970, pasal 9:
Pembinaan terhadap tenaga kerja

Tiap tenaga kerja baru harus sudah memahami


tentang :
Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang
dapat timbul dalam tempat kerja;
Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan
yang diharuskan dalam tempat kerja;
Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja
yang bersangkutan;
Cara-cara dan sikap yang aman dalam
melaksanakan pekerjaannya.
UU N0. 1 tahun 1970, pasal 12 :
mengatur tentang kewajiban dan hak tenaga kerja
memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas dan atau ahli keselamatan kerja;

memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;

memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan


kesehatan kerja yang diwajibkan;

meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat


keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;

menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat


keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan
diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal
khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-
batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.
UU N0. 1 tahun 1970, pasal 14 :
mengatur tentang kewajiban pengurus / manajemen

Secara tertulis menempatkan semua syarat keselamatan


kerja yang diwajibkan pada tempat yang mudah dilihat

Memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan


pada tempat yang mudah dilihat

Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan


diri yang diwajibkan bagi pekerja dan setiap orang yang
masuk lokasi disertai petunjuk yang diperlukan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Merupakan perwujudan program K3 yang ditujukan


sebagai program perlindungan khusus bagi tenaga
kerja

Merupakan suatu program perlindungan bagi tenaga


kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai
pengganti dari penghasilan yang hilang atau
berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa
atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan
meninggal dunia
Program jaminan sosial tenaga kerja
dalam UU No. 3 Tahun 1992
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi
berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit
yang timbul karena hubungan kerja, demikina pula
penyakit yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari
rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui
jalan yang biasa atau wajar dilalui

Ruang lingkup jamsostek :

Jaminan Kecelakaan Kerja


Jaminan Kematian
Jaminan Hari Tua
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Kerugian akibat kecelakaan kerja:
1. Memerlukan biaya yang besar
2. Produktivitas kerja berkurang
3. Pekerja dapat mengalami cacat bahkan
kematian
4. Terhambatnya proses produksi
5. Kerusakan lingkungan
6. Psikis/ mental pekerja dapat terganggu
Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja :
Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan
parut (silikosis antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis
yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau
kematian.
Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang
disebabkan oleh debu logam keras.
Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang
disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan
zat perangsanc yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai
akibat penghirupan debu organik
Penyakit yang disebabkan oleh berilium, kadmium, fosfor, krom,
mangan, arsen, raksa, timbal, f luor, atau persenyawaannya yang
beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulf ida.
Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atu aromatik yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam
nitrat lainnya.
Akibat kecelakaan kerja :

Terhadap proses industri :

Proses produksi berhenti

Target tidak tercapai

Pengiriman terlambat

Complain customer
Terhadap proses karyawan :

Luka istirahat target kerja tidak tercapai

Cacat fungsi kemampuan berkurang produktivitas turun

Cacat tetap produktivitas berhenti

Meninggal keluarga terlantar


Hal penting dalam penyelenggaraan K3:
Seberapa serius K3 akan diimplementasikan dalam
perusahaan

Pembentukan konsep budaya malu dari masing-


masing pekerja bila tidak melaksanakan K3, serta
keterlibatan/dukungan serikat pekerja dalam
program K3 di tempat kerja

Kualitas program pelatihan K3 sebagai sarana


sosialisasi
PEDOMAN UNTUK PELAKSANAAN
KESELAMATAN & KESEHATAN
KERJA (K3) KONSTRUKSI JALAN TOL
Ketentuan Teknis Awal K3 di Proyek Jalan
 Lampu / penerangan
1. Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus
diadakan di seluruh tempat kerja termasuk pada gang-gang
2. Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas bila perlu mencegah bahaya apabila lmpu mati atau pecah
 Kebersihan
1. barang-barang yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke tempat yang aman
2. Sisa-sisa barang atau sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di tempat kerja
3. Tempat kerja yang licin karena oli atau sebab lain harus dibersihkan atau disiram pasir
4. Peralatan atau benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-benda tersebut dapat menyebabkan kecelakaan
membuat orang tersandung
Lanjutan..
 ALAT PELINDUNG DIRI
Alat pelindung diri harus sesuai dengan potensi bahaya yang dapat terjadi dan
kualitas standar yang ditetapkan. Terdiri dari:
1. Helmet/Topi/Pelindung kepala
Melindungi dari kejatuhan benda, benturan benda keras, diterpa panas dan
hujan.
2. Safety Shoes/Pelindung kaki
Melindungi kaki dari benda tajam, tersandung benda keras, tekanan dan
pukulan, lantai yang basah, lincir dan berlumpur, disesuaikan dengan jenis
bahayanya
3. Safety Glasses/ Kaca mata/Kedok Las
Melindungi dari sinar las, silau, partikel beterbangan, serbuk terpental, radiasi,
cipratan cairan berbahaya
4. Earplug/Pelindung telinga/Earmuff
Melindungi dari suara yang menyakitkan terlalu lama,
dengan batas kebisingan diatas 85 db.
Lanjutan..
5. Masker Mulut/hidung/oksigen
Melindungi dari pekerjaan yang menggunakan bahan/serbuk kimia, udara
terkontaminasi, debu, asap, kadar oksigen kurang.
6. Sarung Tangan/karet/kulit/kain/plastik
Melindungi tangan dari bahan kimia yang korosif, benda tajam/kasar, menjaga
kebersihan bahan, tersengat listrik.
7. Safety belt/ harness
Melindungi dari bahaya jatuh dari ketinggian kerja diatas 2 meter dan sekeliling
bangunan.
8. Jaket pelampung
Melindungi dari bahaya jatuh keair, tenggelam, tidak dapat berenang.
 JENIS PEKERJAAN YANG PERLU IJIN KERJA
Beberapa jenis pekerjaan yang memerlukan Ijin kerja khusus seperti pekerjaan yang belum
pernah dilakukan dan beberapa contoh dibawah ini :
1. Bekerja diruang terbatas (conined area), sempit, gorong-gorong
2. Bekerja terkait dengan pemeliharaan, pembersihan,
3. bersinggungan langsung dengan jalan Tol yang sedang digunakan
4. Menggunakan bahan kimia berbahaya
5. Menggunakan bahan mudah terbakar
6. Menggunakan bahan mudah meledak
7. Bekerja berhubungan dengan listrik
8. Bekerja dengan cara menyelam
9. Pasang, bongkar, pindah perancah (scaffolding)
10. Memindahkan barang/benda berat
11. Pekerjaan pembongkaran
12. Bekerja diluar jam kerja normal tanpa pengawas
13. Penggalian lebih dari 2 (dua) meter
14. Bekerja di ketinggian
 AKSES KERJA DI PROYEK
Akses kerja adalah area kantor proyek, area pabrikasi, area yang dikerjakan dan
akses/jalur yang menghubungkan ketiga-tiganya. Direncanakan dan
disiapkan terlebih dulu sebelum digunakan.
1. Tersedia pintu masuk dan pintu keluar, baik untuk rutin dan darurat di kantor
proyek serta terjaga dengan baik
2. Ada batas atau tanda peringatan atau pagar yang memberi tanda area kerja
kantor proyek, pabrikasi area kerja lapangan dan jalur/akses penghubung
terhadap area umum masyarakat
3. Jalan dan jalur lintas pekerja diberi batas dan pengaman serta tanda
peringatan yang jelas, terutama yang bersinggungan dengan pengguna jalan
Tol dan atau masyarakat umum
4. Lubang yang terbuka diberi tutup sementara dan ada tanda peringatan agar
pekerja berhati-hati dan tidak terperosok
5. Material dan peralatan yang berada di jalur lintas pekerja harus dipindahkan
(harus bebas, bersih dan tidak licin)
 BEKERJA DI LAJUR JALAN TOL
Jalan Tol yang sedang dimanfaatkan oleh pengguna jasa tetap harus berfungsi
baik dan aman walaupun pada saat yang sama sedang ada pekerjaan
konstruksi pelebaran, penambahan, pemeliharaan dan pembersihan.
1. Akses kerja dari/menuju jalur Tol (pekerjaan penambahan/pelebaran/pemel
iharaan) , mobilisasi pekerja harus menggunakan kendaraan tertutup
2. Kendaraan/mobil angkutan yang digunakan dari/menuju jalur Tol (pekerjaan
penambahan/ pelebaran) harus laik jalan dan dilengkapi lampu hazard, tanda
darurat
3. Pengemudi dilarang melakukan manuver/berputar balik/berlawanan arah
yang menyebabkan pengguna jalan Tol terperanjat, kaget, tidak dapat
menduga gerakan tersebut
LANJUTAN…
4. Semua pekerja/tamu harus memakai rompi yang berwarna terang dari/menuju
jalur Tol (pekerjaan penambahan/pelebaran) dan selama berada/ bekerja
ditempat ini
5. Penerangan yang cukup baik siang (jika gelap) maupun malam pada jalur
lintas pekerja, lampu pembatas antara area kerja proyek dan jalur Tol yang
sedang dimanfaatkan pengguna jalan
6. Jumlah bahan/material yang tersedia di lapangan untuk digunakan hari ini
tidak berlebihan, agar tidak mengganggu dan membahayakan akses kerja
(selebihnya dikembalikan ke gudang umum)
7. Kotoran, sisa, sampah yang menempel pada kendaraan harus dibersihkan
sebelum menuju/ dari jalur Tol
LANJUTAN…

8. Pekerja harus menghadap berlawanan dengan arah kendaraan pengguna jalan


Tol (tidak boleh membelakangi karena berbahaya) dalam menjalankan
pekerjaannya seperti pemeliharaan dan perbaikan tepi jalan Tol.
 PENGOPERASIAN ALAT BERAT MEKANIS
Peralatan berat mekanis umumnya seperti : excavator,motor grader, bulldozer,
wheel loader, vibro roller, pneumatic tire roller, dump truck dll. Hal yang
perlu dipahami dan disikapi adalah :
1. Kelayakan Peralatan Berat Mekanis, ada inspeksi dan dinyatakan oleh
Mekanik/petugas yang kompeten serta alat dijalankan operator mempunyai
kompetensi (SIO) yang masih berlaku
2. Setiap persiapan pengoperasian alat harus dilakukan uji coba tanpa beban
lebih dulu, yang menyangkut keselamatan: rem, gigi, kemudi, kaca spion,
gerakan lengan, alarm dan tanda mundur,lampu sein jika semuanya baik
maka boleh beroperasi
LANJUTAN…
3. Barikade/rambu/tanda pembatas antara area
kerja dan area luar yang aman bagi pekerja
disekitarnya
4. Tidak boleh mengisi bahan bakar saat mesin
hidup dan tidak boleh ada pekerja yang
duduk/ berdiri diatas
platform/kabin/disebelah operator
5. Jika bekerja malam hari harus ada
penerangan yang cukup, demikian pula jika
siang hari namun gelap
6. Operator harus dapat melihat jelas area
tempat kerja, jika tidak maka harus ada
pemandu operasi alat, termasuk jika bekerja
diarea yang sempit dan padat lalu-lintasnya
LANJUTAN…

7. Jika bekerja pada jalur lintas Tol (baik pelebaran / penambahan) dimana ada
pengguna jasa layanan Tol, maka Operator harus bekerja/bergerak searah
(tidak berlawanan) supaya tidak terperanjat, kaget, tidak dapat menduga
gerakan tersebut
8. Saat selesai operasi, posisi alat harus aman: gigi netral, bucket diturunkan,
ruang kabin dan panel dalam keadaan tertutup, mesin dalam keadaan mati,
parkir ditempat yang ditentukan. (dalam jarak aman dari pengguna jalan Tol)
9. Terpasang tanda peringatan untuk tidak boleh istirahat didalam dan disekitar
alat baik bagi operator atau pekerja lainnya.
Pelaksanaan K3 di Lapangan..
Pelaksanaan kegiatan K3 di lapangan meliputi:
Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan, melalui kerja
sama dengan instansi yang terkait K3, yaitu depnaker, polisi dan rumah
sakit.
Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan:
nSafety patrol, yaitu suatu tim K3 yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang
melaksanakan patroli untuk mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan
K3 dan yang memiliki resiko kecelakaan
nSafety supervisor; adalah petugas yang ditunjuk manajer proyek untuk
mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi
K3.
nSafety meeting; yaitu rapat dalam proyek yang membahas hasil laporan
safety patrol maupun safety supervisor
Lanjutan..
 Pelaporan dan penanganan kecelakaan, terdiri
dari:
1. Pelaporan dan penanganan kecelakaan ringan
2. Pelaporan dan penanganan kecelakaan berat
3. Pelaporan dan penanganan kecelakaan dengan
korban meninggal
4. Pelaporan dan penanganan kecelakaan peralatan
berat
Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)..
 Pengertian
SMK3  Bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif

 Tujan Penerapan (SMK3)..


1. Meningkatkan efektifitas perlindungan K3 yang terencana, terukur,
terstruktur dan terintegrasi
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan PAK dengan melibatkan
unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/buruh ; serta
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktifitas
Manfaat Penerapan (SMK3)..
 Bagi Perusahaan
1. Mengetahui pemenuhan perusahaan terhadap
peraturan perundangan dibidang K3
2. Mendapatkan bahan umpan balik bagi tinjauan
manajemen dalam rangka meningkatkan kinerja
SMK3
3. Meningkatkan image perusahaan yang pada
akhirnya akan meningkatkan daya saing perusahaan
Lanjutan..
 Bagi Pemerintah
1. Sebagai salah satu alat untuk melindungi hak tenaga
kerja di bidang K3
2. Menigkatkan mutu kehidupan Bangsa dan image
Bangsa di forum Internasional
3. Mengurangi angka kecelakaan kerja yang sekaligus
akan meningkatkan produktivitas kerja/nasional
4. Mengetahui tingkat penerapan terhadap peraturan
perundangan
Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)..
Hal utama untuk mencegah kecelakaan kerja di konstruksi harus dimulai dengan membentuk
SPKK (Sistem Pertahanan Keselamatan Kerja) yang baik, salah satunya dengan menerapkan
sitem manajemen K3 (SMK3). Penerapan SMK3 meliputi metode kerja dan fasilitas yang
mendukung pekerjaan tersebut.

Sistem manajemen K3 pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan operasional yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilaksanakan dengan mengungkapkan
sebab suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian keselamatan kerja secara cermat
dilaksanakan atau tidak.

Tiga faktor dalam penerpan SMK3 di proyek konstruksi yaitu peran manajemen, kondisi dan
lingkungan kerja, serta kesadaran dan kualitas pekerja. Penerapan SMK3 yang baik akan
memberikan efek yang signifikan terhadap manfaat proyek, yang dapat diukur dalam parameter
efisiensi, nilai efisiensi, peningkatan dari hasil kualitas kerja dan juga peningkatan aktivitas
pekerjaan.
PENERAPAN (SMK3) …
 PRINSIP-PRINSIP PENERAPAN SMK3
1. PENETAPAN KEBIJAKAN K3;
2. PERENCANAAN K3;
3. PELAKSANAAN RENCANA K3;
4. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA K3; dan
5. PENINJAUAN ULANG DAN PENINGKATAN KINERJA SMK3

 TIGA FAKTOR dalam PENERAPAN SMK3 di PROYEK


KONSTRUKSI
1. Peran manajemen
2. Kondisi dan lingkungan kerja
3. Kesadaran dan kualitas pekerja
PENERAPAN (SMK3) pada PROYEK JALAN

Diantara negara-negara Asia Indonesia termasuk negara yang


telah memberlakukan Undang-undang yang paling komprehensif
tentang sistim manajemen K3 khususnya bagi perusahaan-
perusahaan yang berisiko tinggi. Peraturan itu menyebutkan
bahwa “setiap perusahaan yang mempekerjakan 100 orang
karyawan atau lebih atau yang sifat proses atau bahan
produksinya mengandung bahaya karena dapat menyebabkan
kecelakaan kerja berupa ledakan, kebakaran, pencemaran, dan
penyakit akibat kerja, diwajibkan menerapkan dan melaksanakan
sistim manajemen K3”.
Sumber
 http://sipilworld.blogspot.com/2013/02/k3-peker
jaan-konstruksi.html
 http://jurnalk3.com/blog/contoh-kumpulan-kump
ulan-makalah-tentang-k3-pada-pekerjaan-jembat
an.html
 https://www.academia.edu/6339019/Makalah_k3
Terima kasih
atas
perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai