ke- 5
PENDIDIKAN MATEMATIKA II
(PDGK 4206)
“Gusti Ngurah Sastra Agustika, S.Si., M.pd., M.Sc.”
TUJUAN TUTORIAL PERTEMUAN 5
• Mahasiswa dapat memberikan contoh bangun datar yang mempunyai simetri lipat
• Mahasiswa dapat menentukan sumbu simetri dari suatu bangun datar yang diberikan
• Mahasiswa dapat memberikan contoh bangun datar yang mempunyai simetri putar.
• Mahasiswa dapat menentukan pusat putar suatu bangun datar yang diberikan.
• Mahasiswa dapat memberikan contoh bangun datar yang mempunyai simetri lipat
dan simetri putar
Misalkan, g adalah garis yang posisinya, seperti gambar diatas. Jika persegi
Panjang ABCD dilipat sepanjang garis g maka proses ini disebut gerak lipat.
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 1: Simetri Lipat
Jika persegi Panjang ABCD dilipat sepanjang garis g maka titik sudut A
berimpit dengan titik sudut D, titik sudut B berimpit dengan titik sudut C, titi E
berimpit dengan titik E dan F berimpit dengan titik F. Demikian, ruas gasis AB
berimpit dengan ruas garis DC, ruas garis AE berimpit dengan ruas garis ED
dan ruas garis BF berimpit dengan ruas garis FC.
Modul 5 SIMETRI
Banyaknya simetri lipat suatu bangun datar adalah banyaknya gerak lipat yang
menghasilkan dua buah bangun datar yang kongruen.
Catatan:
Banyaknya simetri lipat suatu bangun datar sama dengan banyaknya sumbu
simetri.
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 1: Simetri Lipat
Contoh.
Tentukan banyaknya simetri lipat bangun datar pada gambar dibawah ini.
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 1: Simetri Lipat
Penyelesaian:
Perhatikan gambar berikut.
Catatan:
Garis putus-putus pada gambar adalah sumbu simetri dari bangun
datar yang diberikan.
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 2: Simetri Putar
1. Ada dua kemungkinan letak pusat putar. Pertama, pusat putar terletak di
luar bidang datar yang di putar, dan kedua pusat putar terletak pada
bidang datar yang diputar.
2. Untuk selanjutnya, yang dimaksud dengan pusat putar adalah sebagai
berikut.
• Jika bangun datarnya berupa lingkaran, maka pusat putarnya adalah
pada pusat lingkaran.
• Jika bangun datarnya berupa persegi atau persegi panjang, maka pusat
putarnya adalah perpotongan dari kedua diagonalnya.
• Jika bangun datarnya berupa segitiga, maka pusat putarnya adalah
perpotongan dari titik-titik beratnya dan seterusnya.
3. Dengan demikian, untuk selanjutnya suatu titik yang tidak memenuhi
ketentuan seperti pada catatan 2, tidak disebut pusat putar. Jadi pusat putar
suatu bangun datar terletak pada titik berat bangun datar tersebut.
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 2: Simetri Putar
Suatu bangun datar dikatakan mempunyai tepat satu simetri putar, jika bangun
datar tersebut hanya mempunya gerak putar identitas.
Catatan:
Jadi,j
ika𝛼adalahbesarnyasudutputarmakaαharusmemenuhi hubungan0°<𝛼≤360°. Suatu gerakputardisebutgerakputaridentitasjikaα=360°
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 2: Simetri Putar
Contoh.
Tentukan banyaknya simetri putar bangun datar persegi panjang berikut
ini .
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 2: Simetri Putar
Penyelesaian:
Hubungan
titik A dan C serta B dan D. Misalkan, Q adalah titik
perpotongan antara ruas garis AC dan BD. Jika bangun datar pada
gambar diatas diputar sebesar 180earah jarum jam dengan sudut putar
di Q maka titik A menempati titik C, titik B menempati titik D, titik C
menempati titik A dan titik D menempati titik B. Jadi, bangun datar
tersebut menempati tempatnya semula. Karena bangun datar itu juga
mempunyai gerak putar identittas maka dikatakan bangun datar pada
gambar diatas mempunyai dua simetri putar. Perhatikan gambar
berikut.
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 3: Pengubinan, Pencerminan & Sistem Koordina
A. PENGUBINAN
Definisi
Pengubinan merupakan proses menutup lantai dengan
ubin sehingga tanpa ada celah di antaranya dan tanpa
tumpeng tindih.
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 3: Pengubinan, Pencerminan & Sistem Koordina
A. PENGUBINAN
Contoh:
Pengubinan dengan bangun datar yang kongruen (persegi panjang,
persegi, segitiga sama kaki, dan segitiga sama sisi).
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 3: Pengubinan, Pencerminan & Sistem Koordina
A. PENGUBINAN
Catatan:
Pengubinan terhadap suatu bangun datar tidak harus selalu memakai atau
mengunakan bangun datar-bangun datar yang kongruen dan juga tidak harus selalu
menggunakan satu macam bangun datar saja. Pada saat melakukan pengubinan
terhadap suatu bangun datar dengan menggunakan bangun datar-bangun datar
beraturan dan menggunakan lebih dari satu macam bangun datar.
Contoh:
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 3: Pengubinan, Pencerminan & Sistem Koordin
B. PENCERMINAN
Perhatikan gambar bangun datar dan cermin berikut.
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 3: Pengubinan, Pencerminan & Sistem Koordin
B. PENCERMINAN
Untuk menentukan bayangan bangun datar terhadap
cermin, dengan menarik garis lurus dari titik A tegak
lurus cermin (digambarkan dengan garis lurus.
Misalkan, perpotongannya adalah titik P. Ukur jarak
titik A ke titik P, tetapkan titik A’, yaitu suaru titik yang
terletak pada perpanjangan AP dan jarak AP sama
dengan jarak PA’. Lakukan hal yang sama terhadap titik
B, C, dan D.
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 3: Pengubinan, Pencerminan & Sistem Koordin
B. PENCERMINAN
Maka, diperoleh gambar suatu bangun A’ B’ C’ D’ yang kongruen
dengan bangun datar ABCD. Bangun datar A’B’C’D’ yang
diperoleh disebut bayangan dari ABCD terhadap cermin.
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 3: Pengubinan, Pencerminan & Sistem Koordin
B. PENCERMINAN
Adakah hubungan antara pencerminan dengan simetri
lipat? Perhatikan gambar dibawah ini.
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 3: Pengubinan, Pencerminan & Sistem Koordin
B. PENCERMINAN
Pada waktu mempelajari simetri lipat, konsep diawali dari gerak
lipat yang menghasilkan dua buah bangun datar yang kongruen
pada tempat lipatan sehingga menghasilkan dua buah bangun datar
yang kongruen. Tempat lipatan tadi disebut garis lipat atau sumbu
lipat.
C. SISTEM KOORDINAT
C. SISTEM KOORDINAT
Catatan:
C. SISTEM KOORDINAT
Pada gambar disamping,
terdapat dua buah garis
bilangan, yang satu
horizontal dan yang satu
vertical serta beberapa
titik yang dihubungkan
dengan bilangan.
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 3: Pengubinan, Pencerminan & Sistem Koordin
C. SISTEM KOORDINAT
C. SISTEM KOORDINAT
C. SISTEM KOORDINAT
Catatan:
Jika semesta pembicaraan pasangan terurut bilangan adalah
himpunan bilangan real maka dengan menghubungkan setiap
pasangan terurut bilangan dengan titik-titik pada bidang
diperoleh bidang bilangan atau bidang koordinat. Selanjutnya,
apabila sumbu pertama dan kedua saling tegak lurus maka
koordinat-koordinat yang ada pada bidang itu disebut
koordinat Cartesius. Nama ini dipakai untuk menghargai
penemunya, yaitu Rene Descartes.
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 3: Pengubinan, Pencerminan & Sistem Koordin
C. SISTEM KOORDINAT
Contoh:
Modul 5 SIMETRI
Kegiatan Belajar 3: Pengubinan, Pencerminan & Sistem Koordin
C. SISTEM KOORDINAT
Penyelesaian:
Untuk titik A, Anda harus menjalani satu satuan ke kanan dan dua
satuan ke atas. Untuk titik B, Anda harus menjalani tiga satuan ke
kanan dan tiga satuan ke atas. Untuk titik C, Anda harus menjalani
lima satuan ke kanan dan dua satuan ke atas, sedangkan untuk titik
D, Anda harus menjalani dua satuan ke kanan dan tiga satuan ke
atas. Dengan demikian, koordinat titik A, B, C, dan D berturut-turut
ditulis sebagai pasangan bilangan (1,2), (3,3), (5,2), dan (2, 3).
Untuk selanjutnya bilangan pertama, yaitu 1, 3, 5, dan 2 disebut
absis dan bilangan kedua, yaitu 2, 3, 2, dan 3 dinamakan ordinat.
Selamat Belajar