ATTITUDE SKILLS
2. Sebagai unit produksi
Bengkel sekolah akan mempunyai nilai tambah (added value), apabila
tidak hanya difungsikan sebagai alih kompetensi kepada siswa.
Dengan tidak mengabaikan fungsi utama sebagai tempat pendidikan,
bengkel sekolah dapat difungsikan sebagai bengkel produksi. Bengkel
produksi sekolah dapat diaplikasikan oleh para siswa dengan
pendampingan dari para guru praktek (intruktor) yang akan berperan
sebagai supervisor. Pelajaran praktek yang merupakan turunan dari
kurikulum diaplikasikan menjadi materi praktek siswa membuat
produk yang layak jual(marketable).
III. Bengkel industri.
Industri mempunyai pasar
Orientasi keuntungan (profit oriented).
Produk dibuat dengan standar kualitas dan
kuantitas, dan waktu.
Mempunyai sarana dan sarana relatif lengkap.
Standart industri
1. Ruang dan tata letak.
Kecukupan besar dan luas bengkel untuk jumlah produk yang ditargetkan,
serta alur produksi menurut jenis produknya.
2. Sarana dan prasarana.
Kecukupan alat-alat, mesin-mesin yang digunakan, alat keamanan,
pengolahan limbah, dll.
3. Proses produksi.
Untuk mendukung produktifitas, seluruh proses produksi direncanakan
berdasarkan manajemen produksi misalnya dengan penjadwalan (PPIC).
4. Quality Control.
Untuk mengendalikan mutu produk diterapkan Quality Control di setiap
bagian.
5. SDM
Sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi di bidangnya untuk
menangani setiap proses yang dilakukan.
IV. Pengelolaan bengkel sekolah.
Kendala :
1. Sarana dan prasarana yang kurang, baik kuantitas
maupun kualitasnya, bahkan ada yang sangat minim.
2. SDM, dalam hal ini guru praktek yang kompetensinya
harus terus menerus ditingkatkan.
3. Manajemen, konsep-konsep manajemen produksi
yang harus diterapkan dalam pengelolaan bengkel
disesuaikan dengan pola industri.
4. Material praktek, hal ini berkaitan dengan biaya
praktek yang harus dibayar oleh siswa.
Peningkatan kompetensi siswa
KELAS 1 KELAS 2
KELAS 3 KELAS 4
Tata Kelola Bengkel
A. Pengembangan kurikulum.