Anda di halaman 1dari 47

KLASIFIKASI

RACUN
Racun dapat diklasifikasikan berdasarkan atas
berbagai hal seperti:
 sumber,
 sifat kimiawi dan fisikanya,
 bagaimana dan kapan terbentuknya,
 efek terhadap kesehatan,
 kerusakan organ, dan
 hidup/tidaknya racun tersebut
Klasifikasi berdasar sumber :
 Sumber alamiah/buatan.
 Klasifikasi ini membedakan racun asli yang berasal
dari flora dan fauna dan kontaminasi organisme
dengan berbagai racun yang berasal dari bahan baku
industri beracun ataupun buangan beracun dan bahan
sintetis beracun.
 Sumber berbentuk titik, area dan bergerak.
Klasifikasi sumber seperti ini biasanya dipergunakan
orang yang berminat melakukan pengendalian.
Tentunya sumber titik lebih mudah dikedalikan
daripada sumber area dan bergerak.
Sumber domestik, komersial dan industri :

 Sumber domestik biasanya berasal dari


permukiman, kurang beracun kecuali bercampur
dengan buangan pestisida, obat-obatan dll.

 Buangan komersial dapat sangat beragam, demikian


pula dengan buangan industri
KLASIFIKASI ATAS DASAR WUJUD

Sangat bermanfaat dalam memahami efek yang


mungkin terjadi serta pengendaliannya
Wujud pencemar :

 Padat : padatan yang sangat halus dapat terbang


bersama udara, disebut debu, fume, mist, sehingga
dampaknya dapat sangat luas.
 Cair : banyak dipergukan dalam pertanian dan
biasanya ditambah pengencer dampaknya tidak
secepat gas.
 Gas : dapat berdifusi sehingga menyebar lebih cepat
dari pada cairan dan zat padat.
Ukuran pencemar, densitas, serta komposisi :

Hal ini akan memberikan petunjuk mudah tidaknya


pencemar memasuki tubuh host dan cepat
tidaknya menimbulkan efek serta seberapa jauh
efeknya.
Klasifikasi atas dasar sifat fisika dan kimia (B3) :
 Korosif
 Radioaktif
 Evaporatif
 Eksplosif
 Reaktif

Semuanya memerlukan penanganan, transportasi, dan


pembuangan yang berbeda, karena bahaya yang
mungkin timbul akan berbeda.
Klasifikasi atas dasar terbentuknya pencemar /
xenobiotik:

 Pencemar yang terbentuk dan keluar dari sumber


disebut pencemar primer.
 Pencemar yang sudah bereaksi dilingkungan disebut
pencemar sekunder.
 Pencemar sekunder yang bereaksi menjadi pencemar
tersier dst.
Klasifikasi atas efek kesehatan:

 Fibrosis : terbentuknya jaringat ikat secara berlebihan;


 Granuloma : didapatnya jaringan radang kronis;
 Demam : suhu badan melebihi suhu normal;
 Asfiksia : keadaan kekurangan oksigen;
 Alergi : sensitifitas yang berlebihan;
 Kanker : tumor ganas;
 Mutan : generasi yang berbeda dg gen induknya
 Teratogenik : cacat bawaan
 Keracunan sistemik : keracunan yang menyerang seluruh tubuh.
Klasifikasi atas dasar kerusakan organ target :

 Hepatoksik : beracun pada hati;


 Nefrotoksik : beracun pada ginjal;
 Neurotoksik : beracun pada saraf;
 Hematotoksik : beracun pada sel darah;
 Pneumotoksik : beracun pada paru-paru.
Klasifikasi atas dasar hidup/matinya racun :

 Klasifikasi ini dibuat berdasarkan pertimbangan


bahaya yang ditimbulkannya
 Zat yang hidup dapat berkembang biak bila
lingkungannya mengijinkan
 Zat abiotis dapat berubah menjadi berbagai senyawa
 Sehingga pengendaliannya berbeda
Racun biotis atau biotoksin

 Adalah racun yang berasal dari biota;


 Dapat berupa racun asli/racun primer (biota tsb beracun);
 Racun sekunder : Akibat kontaminasi dg lingkungannya;
Ada dua jenis racun asli :

 Organisme itu sendiri beracun bagi manusia atau


organisme lain yg memakannya;
 Racun dari biota sengaja dimasukkan ke dlm tubuh
organisme lain sebagai defens biota tadi.
Ada 3 macam biotoksin :
 Mikroba;
 Tanaman;
 Hewan.
Racun mikroba :

 Racun di dalam mikroba dapat berupa :


 racun yang dibuat oleh mikroba itu sendiri atapun
 dapat berupa sisa metabolismenya
Mikroba pembentuk racun atau toksin :

 Vibrio cholera;
 Clostridium botulinum;
 Pseudomonas cocovenans;
 Staphilochoccus aureus;
 Michotoksin;
 Algatoksin;
 dll
Racun Biotis (Biotoksin )
 Vibrio Cholerae
 Sebagai penyebab penyakit cholera
 Meski sudah di cegah, namun masih saja terjadi kasus
dan manusia termasuk salah satu mata rantainya.
 Masuk melalui makanan dan minuman secara selanjutnya
menkontaminasi usus halu, di dalam usus halus
merangsang enzim adenylcyclase sehingga ion Na tidak
dapat terserap dan terjadi keluarnya ion Cl kedalam
lumen usus, akibat terganggunya balans osmosis maka
banya cairan yang masuk ke usus, sehingga terjadi
diare.
 Pengobatan dengan rehidrasi
Racun Biotis (Biotoksin)
 Clostridium Botulinum
 Penyebab keracunan Botulism
 Gejala keracunan :

- mata tidak fokus


- kelemahan otot.
 Masa tunas : 24 jam – 7 hari dan bila tidak cepat
ditolong maka dalam 3-7 jam akan terjadi sulit menelan
dan sulit bernapas.
Racun Biotis (Biotoksin)

 Clostridium Botulinum
 Karanteristik :
 Anaerobik
 Gram positif
 Membentuk spora
 Tamperatur optimum 42,5 °C
 pH 5,5 – 8
 Habitat aslinya adalah tanah.
 Resisten terhadap panas diatas 120 °C selama 30
menit.
 Tahan terhadap pendinginan, keadaan aerobik dan
anaerobik, radiasi pengion, dan berbagai zat kimia.
Racun Biotis (Biotoksin)

 Clostridium Botulinum
 Toksin bakteri ini disebut botulin dengan LD 50 adalah
0,5 µg.
 Resisten terhadap panas, tetapi botulin dapat
dihancurkan pada suhu 80-100 °C selama 10 menit.
 Toksin bakteri labil terhadap panas, berupa protein dan
hanya keluar saat sel pecah atau lisis.
 Sewaktu bakteri ada didalam makanan, membuat
protoksin yang akan dikeluarkan sebelum dan sewaktu
lisis.
Racun Biotis (Biotoksin)

 Pencegahan botulism
 Ph < 4,5
 Garam = 10 % dari berat
 Disimpan pada suhu 3 °C
 Proses masak sampai dengan 90 °C sebelum dikonsumsi
 Cegah kontaminasidengan tanah, saat pemrosesan dan
penyajian
Racun Biotis (Biotoksin)

 Clostridium Tetani
 Habitat sama dengan botulinum yaitu di tanah, namun
hidup komensal di usus kuda.
 Penyebab penyakit tetanus
 Toksin yang masuk akan menghambat glisin sehingga
terjadi kejang.
Racun Biotis (Biotoksin)

 Pseudomonas Cocovenans
 Terkenal di daerah banyumas Jateng.
 Terkandung pada tempe bongkrek (kedelai, bungkil
kacang tanah, ampas kelapa, dan diberi bibit jamur.)
 Racun berasalkan dai ampas kelapa yang terkontaminasi
Pseudomonas Cocovenans yang memproduksi asam
bongkrek. (cairan tidak berwarna)
 Gejala keracunan terjadi hiperglikemia.
Racun Biotis (Biotoksin)

 Pseudomonas Cocovenans
 Keracunan dimulai dengan hiperglikemi, karena
menghambat ATP, sehingga terjadi glikolisis dari
glikogen mjd glukosa
 Setelah glikogen habis maka terjadi hipoglikemi.
 Merupaka trikarboksilat C28H38O7 dengan berat molekul
486
 Asam bongkrek merupakan antibiotik terhadap
aspergillus niger dan cladosporium cucumerin.
 LD 50 1,4 mg/kg.
 Saat ini sudah dilarang
Racun Biotis (Biotoksin)
 Staphylococcus Aureus
 Terdapat dimana-mana, kulit, permukaan tubuh, selaput
lendir, hidung, dll
 Menyebabkan, bisul bernanah, pada neonatus
menyebabkan epidemi pneumonia (infeksi paru)
 Karakteristik :
 Gram + pada usia 18-24 jam selanjutnya sesuai
variabel
 Habitat : kult, faring, air susu, tinja, dll
 Temperatur optimum pertumbuhan : 35-37 °C
 Bersifat fakultatif anaerob
 Membentuk enim koagulase
 Hancur pada pH 2 dan oleh pepsin
 Keracunan akut dengan Masa tunas 6-8 jam
Racun Biotis (Biotoksin)

 Corynebacterium diphteriae
 Penyebab diphteri (menyerang saluran
pernapasan dan kulit)
 Mengeluarkan exotoksin oleh bakteri aerob.
 Efek toksiknya meghentikan sintesa protein.
 Sifatnya irreversibel
Racun yang berupa metabolit organisme :

 Ammonia;
 Nitrat, nitrit;
 CO, CO2, derifat sulfur dll.
Racun biotis dibedakan menjadi:

 Exotoksin : dibuat dan dikeluarkan dari tubuhnya oleh


bakteri semasa masih hidup serta sehat; dan efeknya
dapat dirasakan dari efek yang sangat jauh.

 Endotoksi : hanya dapat dirasakan bila terjadi kehancuran


sel bakteri.
Perbedaan endotoksin dan exotoksin :

 Karakteristik  Endotoksin • Exotoksin


 Pelepasan toksin  Lisis sel
 Komposisi  Protein = antigen
Sel yang baik
 Polisakarida = zat immun Protein
 Lipida = toksin
 Homolog, negative
Positif
 Neutralisasi  Lebih stabil
 Negative
Kurang stabil
 Termostabilitas
 Pewarnaan Gram  Kurang toksik Positif
 Toksisitas Lebih toksik
RACUN JAMUR/FUNGI ATAU MIKOTOKSIN

Mikotoksin

Adalah racun yang dibuat oleh fungi atau jamur;


Habitatnya dialam sangat luas;
Ada yg di gudang, lapangan, pada semua pelapukan dan
pembusukan.
Beberapa fungi yg beracun :

 Claviceps purpurea;
 Aspergilus flavus;
 Fusarium roseum;
 Fusarium tricintum;
 Penilicium sp;
 Aspergilus sp.
Racun Biotis (Biotoksin)

 Racun Jamur/Fungi atau mikotoksin


 Mikotoksin adalah racun yang dibuat oleh fungi atau
jamur.
 Jamur bisa ditemukan di berbagai macam tempat dan
bahan.
 Beberapa Fungi yang beracun adalah sbb :
 Caviceps Pupurea
 Adalah jamur yang hidup sebagai parasit dalam
butiran gandum
 membuat toksin ergot, yakni suatu alkaloid
sehingga terjadi orgotisme.
 Jamur berbentuk spora dan terbawa angin
Racun Biotis (Biotoksin)

 Keracunan ergot dikenal sejak 600 tahun SM


 Sifat keracunan akut dan kronis
 Gejalanya akut: kontraksi otot, otot kebas, gangren,
bingung, depessi, dll
 Gejala kronis : mual, muntah, diare, keguguran,
pingsan, mati
Racun Biotis (Biotoksin)

 Aspergilus flavus
 Merupakan aflatoksin yang karsinogenik
 Terdapat pada makanan, maupun makanan yang
menbusuk
 Di absorsi tubuh melalui oral, mudah larut dalam air,
dan mudah diabsorbsi lewat usus, dan masuklah ke sel
hati.
 Didalam hati terjadi mutagenik terjadilah kanker hati.
Racun Biotis (Biotoksin)

 Aflatoksin di Indonesia juga dikenal sebagai tempe dan


oncom.

Fusarium roseum
 Jamur ini mensintesa Zearalenone
 Zearalenone merupakan kontaminan jagung dan gandum.
 Juga makanan yang di fermentasi spt bir, inuman asam,
dll
Racun Biotis (Biotoksin)

 Jamur yang juga membuat racun :


 Fusarium Sporotrichoides, racunnya adalah sporogenin
 Fusarium Poae racunnya Poae fusarigenin
 Clapidosporium epiphyllum racunnya

epicladosporic acid
 Cladosprium fagi racun fagi cladosporic acid
 Aspergilus ochraceous membuat okratoksin
 Phytomyces chartarum racunnya sporidesmin
 Penicillium islandium racunnya ilanditoksin
Racun Biotis (Biotoksin)

 Fusarium trinicinctum
 Jamur lain yang terdapat pada gandum dan jagung
 Memproduksi toksin Mycotoxin T-2 atau mykotoksin
trikotesena
 LD 4,0 mg/kg per oral
 Masa tunas 1-12 jam
 Gejala : pusing, mual, muntah, kulit melepuh dan
membusuk, diare, dan mati.
 Disinyalir digunakan dalam perang kamboja dikenal sbg
yellow rain, menyebabkan kematian karena asfiksia
Racun Biotis (Biotoksin)

 Penicillium Sp dan Aspergilus Sp


 Enam spesies pennicillium dan tujuh spesies aspergilus
menghasilkan okratoksin
 Okratoksin sering ditemukan pada tumbuhan gandum,
kopi, jagung, pakan hewan, dll
 Penyebab kelainan ginjal/Nefropati
RACUN ALGAE
 Pyrrophyceae merupakan protozoa, hewan laut,
mastigofora.
 Cyanophyceae disebut juga blue green algae,
 Cyanobacterium, suatu organisme air tawar;
 Chrysophyceae, algae yang hidup di air payau.
Pyrrophyceae

 Adalah algae beracun dan berwarna merah;


 Bila nutrien cukup, berkembang biak dg pesat, shg laut
berwarna merah yg disebut “red tides”
 Bila terdapat ini kerang-kerang banyak mengandung racun
shg tdk dapat dikonsumsi
 Keracunan kerang (shelfish) menyebabkan paralisis;
Kasus yang terjadi :

 Dilaporkan sekitar 1600 kasus;


 Daerah kasus : Indonesia, Malaysia, Filipina, di tahun1970-
1980.
 Tahun 2001 terjadi red tides shg pengusaha udang tambak
merugi,
 Tahun 1987 di Amerika Latin tjd epidemi dikota
champerico, Guatemala, sebanyak 186 kasus, dg kematian
26 orang.
Cyanophyceae

 Algae yg berwarna biru;


 Jenis yg beracun : Mycrocytis; Anabaena;
Aphanizomenon, kesemuanya hidup di air tawar dan
membuat endotoksin.
 Bila terdpat banyak pupuk terjadilah eutrofikasi
menyebabkan : populasi banyak, oksigen terlarut kurang,
terjadi kematian hewan aquatik
Dapat terjadi fluktuasi diurnal karena:

 Siang terjadi fotosintesis maksimum, shg DO menjadi maksimum,


dan pH menuju 9,5. karena toksin labil dalam alkali, maka terjadi
pengurangan toksisitas.
 Pada malam hari, terjadi yg sebaliknya, shg terjadi kematian ikan,
burung pemakan ikan dan ternak.
Chrysophyceae
 Adalah flagellata bersel tunggal, berwarna kuning
coklat, hidup di air payau,dg kadar NaCl 0.12%.
 Spesies Prymnesium parvum bersifat racun bagi
ikan.
 Algae ini membuat toksin hemolisin, sitotoksin,
banteriolitik, dan ichtyotoksin.
Racun yg didapat dlm tanaman berupa :

 HCN didapat pada Cassava, Acacia, Sorghum muda, dll.


 Asam oksalat didapat pada Chenopodiaceae, Rumex,
Oxilidaceae;
 Fosfor organik tdp pada Oxylobrium paviflorum,
Gatrolobium bilobium;
Beberapa tanaman yg beracun :

 Curare :
 banyak ditemukan di Indiana.
 Sbg racun panah utk melumpuhkan hewan;
 Kemudian utk anestesi.

Anda mungkin juga menyukai