Anda di halaman 1dari 45

ASPEK HUKUM DAN

PERATURAN FLEBOTOMI
WORKSHOP & MUSCAB
DPC PATELKI KOLAKA TAHUN 2019

Rafiuddin, Amd. Anakes, SKM


Ketua DPW Patelki Sultra (2016-2020)
 SURYA Online, MAGETAN - RSUD dr Sayidiman dilaporkan ke Polsek Magetan oleh Sapari
(45) warga Perumahan Taman Asri, Desa Milangasri, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan
karena dianggap telah lalai menugaskan karyawan yang bukan tenaga medis mengambil sample
darah yang menyebahkan pecahnya pembuluh darah hingga menyebabkan seluruh tangan kirinya

KASUS FLEBOTOMI? bengkak menghitam.

Kasus kelalai itu berawal ketika Sapari peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) itu
melakukan check up kesehatan di poliklinik nomor 5 spesialis penyakit dalam, Senin
(24/11/2014) saat itu dia diambil darahnya lewat tangan kirinya.

"Pengambilan sample darah itu setelah saya periksa di poli penyakit dalam. Namun, sepulang
saya dari check up di RSUD dr Sayidiman itu tangan saya panas, menghitam dan rasanya sakit
sekali, malam baru terlihat membengkak,"kata Sapari kepada Surya, seusai melapor ke Polsek
Magetan, Selasa (25/11).

Setelah bengkak disertai rasa sakit yang luar biasa itu, korban oleh keluarganya dibawa ke
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr Sayidiman. Setelah diperiksa di IGD, korban diarahkan
ke dokter spesialis penyakit dalam di Poliklinik setempat.

"Di Poliklinik penyakit dalam itu saya diperiksa dokter Mahatma spesialis penyakit dalam, dan
hanya diberi resep untuk menebus obat,"jelas Sapari.

Dirumah sakit itu Sapari dapat kabar kalau bagian laboratorium yang mengabil sample darah itu
bukan tenaga medis, tapi karyawan bagian administrasi.

"Karena sudah saya anggap melakukan kelalaian, RSUD dr Sayidiman saya laporkan ke Polisi.
Masak, bukan tenaga medis dimnta check Up dan mengambil darah,"kata Sapari, sambil
mengatakan sesuai keterangan medis di IGD, pembengkakan ditangan kiri itu akibat pembuluh
darah pecah.

"Tenaga Laboratorium yang melakukan pengambilan sample darah bernama Jumirah, sesuai
keterangan karyawan RSUD dr Sayidiman. Tapi biar polisi yang mengusut siapa yang
menugaskan dia yang bukan tenaga medis melakukan tugas medis,"kata Sapari sambil mengeluh
sakit ditangannya sampai ke gigi gerahamnya.

Dirut RSUD dr Sayidiman, dr Mahatma Sp Internis yang dikonfirmasi siap bertanggungjawab


Safari (45) warga Panekan Kab. kalau itu dianggap kesalahan RSUD.

Magetan melaporkan pihak RSUD "Ini bukan membela diri, tapi memang ada beberapa orang yang memiliki pembuluh darah yang
mudah pecah. Soalnya kalau jarum yang digunakan sama ukurannya,"kata Dirut Mahatma

Dr Sayyidiman Magetan karena kepada Surya, Selasa (24/11/2014).

Terkait adanya kesalahan petugas yang melakukan pengambilan sample darah karena bukan
dianggap lalai menangani tindakan tenaga medis, Mahatma membantah.

medis (sumber : SURYA Online) "Tidak mungkin kalau petugas saya sembrono. Itu karena tadi saya sebutkan adanya beberapa
orang yang pembuluh darahnya mudah pecah dan kami siap mengobati bengkak itu,"tandas
Mahatma
dasar hukum
Kewenangan
pelaksanaan flebotomi
Flebotomi

FLEBOTOMI

Tanggung Jawab Hukum

rlindungan Hukum bagi ATLM


PENGERTIAN

 Phlebotomy berasal dari Bahasa Yunani : Phleb :


vena,Tomia : mengiris/memotong
 Flebotomi cara kuno
 Cupping (mangkuk khusus dengan
alat hisap)
dry cupping
wet cupping
 Penorehanvena (venesection) dan
ditampung pada mangkuk
 Gigitan lintah (leeches biting)
FLEBOTOMI MASA KINI
 Tusukan vena • Tusukan kulit
(veni puncture) (skin puncture)

5
FLEBOTOMI
 Suatu tindakan (intervensi tubuh, efek samping, alat
medis)
 Tujuan :
• Pemeriksaan Laboratorium -> skrining, diagnosis
dan evaluasi terapi
• Pengobatan/terapi :
 Flebotomi terapeutik
 Obat intravena
• Transfusi/Donor darah
FLEBOTOMI UNTUK PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
 Tujuan adalah memperoleh sampel darah dalam
volume yang cukup untuk pemeriksaan laboratorium.
 Hal yang harus diperhatikan :
 Pencegahan interferensi preanalisis
 Prosedur standar (SOP)
 Memperhatikan keselamatan (safety)
 Sesedikit mungkin menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien.
 Meminimalkan kesalahan hasil pemeriksaan
laboratorium
8
4
ERROR
. RATE IN THE TOTAL TESTING PROCESS
3
2
%
(  (15.1%) Pasien tidak
W
i
w
puas dengan prosedur
a
n
pengambilan darah
i
t
k
 (15,0%) Tidak
Analitik
Post
i
Analitik
t 4.35%
11.13%(Wiwanitkit, 2001);
(Wiwanitkit, 2001);
tercatat di rekam medis
7.3% (Westgard,
47.2% ,
(Westgard
2006). 13-32% ; 7.9% (Goswami
, 2006). 15% (Goswami et al, 2010) (Howanitz, 2005).
2 et al, 2010)

 (76.60%) hasil Px
0
0
1
)
; laboratorium tidak
4
5
dikomunikasikan
. (Bonini et al, 2002)
5
KEDUDUKAN FLEBOTOMIS DALAM
PELAYANAN KESEHATAN

 Keterbatasan tenaga kesehatan  kerja lintas sektor dan fungsi


 efisiensi pelayanan kesehatan
 Dibentuk tim kerja misal di ICCU, Pemeriksaan Gas Darah,
POCT, Lab sentral, dll
 Pengaturan kerja (RS)  Pasien rawat inap (Perawat) dan
pasien rawat jalan (Ahli Teknologi Lab Medik)  SOP
 Pelatihan lintas sektor dan fungsi  Tim yang handal

(misalnya : Rumah Sakit


HUBUNGAN HUKUM Pelayanan KESEHATAN

Pemberi Pelayanan Proses Penerima Pelayanan


(Health Providers : dokter,
nakes lainnya) (Health Receivers : Pasien)

Saling
Produsen Jasa Berkomunika Konsumen Jasa
(Subjek Hukum) si (Subjek Hukum)

Objek
Hak dan (Upaya Hak dan
Kewajiban Kesehatan) Kewajiban

Harus cermat
dan Hati2 Ikatan kontrak terapeutik
Perdata Hubungan dengan pasien

Tanggung Pidana Perilaku amoral


Pidana administratif
jawab: Ijazah / sertifikat
-Inform Administrasi STR
SIK
concent SOP/Penugasan
-
Siapa Pelaksana
Phlebotomi ?

Tenaga Kesehatan Profesional


(PROFESI KESEHATAN) – TENAGA KESEHATAN
PROFESI KESEHATAN

Pekerjaan yang memenuhi kriteria :


 Memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan (kompetensi) melalui
pendidikan bidang kesehatan
 Memiliki kewenangan kewenangan
untuk melaksanakan pelayanan
kepada klien maupun tenaga
kesehatan lain
 Mematuhi kode etik dan standar
pelayanan
TENAGA KESEHATAN (UU NO. 36 TAHUN
2009)
- Setiap Orang Yang Mengabdikan Diri Dalam Bidang Kesehatan
- Serta Memiliki Pengetahuan Dan Atau Keterampilan (Dlm Bidang Kes) Melalui Pendidikan
Di Bidang Kesehatan
- Yang Untuk Jenis Tertentu Memerlukan Kewenangan Untuk Melakukan Upaya Kesehatan
Pasal 1 Butir 6

Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum (Pasal 22 : 1)

Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Pasal 23 : 1)


Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki (Pasal 23 : 2)

Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik,
standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional (Pasal 24 : 1)
Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
oleh ORGANISASI PROFESI. (Pasal 24 : 2)
DASAR HUKUM
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN

Penyelenggara fasilitas kesehatan dilarang mempekerjakan tenaga kesehatan


yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan pekerjaan profesi (Pasal
34 : 2)
TENAGA KESEHATAN
(UU NO. 36 TAHUN 2014)

Mengabdikan diri
 Tenaga Kesehatan
dalam bidang kesehatan kualifikasi pendidikan
minimum D3
Memiliki pengetahuan  Asisten Tenaga Kesehatan :
dan/atau keterampilan
melalui pendidikan Kualifikasi minimum
bidang kesehatan
pendidikan menengah
bidang kesehatan
Memerlukan
kewenangan untuk
melakukan upaya
 Asisten tenaga kesehatan
kesehatan dapat bekerja dibawah
supervisi tenaga kesehatan
DASAR HUKUM
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014
TENTANG TENAGA KESEHATAN

Pasal 46
(1) Setiap Tenaga kesehatan yang menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan
wajib memiliki izin
(2) Izin sebagaimaan dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIP.
(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tempat Tenaga Kesehatan menjalankan praktiknya
(4) Untuk mendapatkan SIP bagaimana dimaksud pada ayat (2), Tenaga Kesehatan harus
memiliki :
a.STR yang masih berlaku
b.Rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan
c.Tempat praktik
(5) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing berlaku hanya untuk 1(satu)
tempat
(6) SIP masih berlaku sepanjang:
a.STR masih berlaku; dan
b.Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
DASAR HUKUM
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013
TENTANG REGISTRASI TENAGA KESEHATAN

Pasal 2 ayat (1)


Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan praktik dan/atau
pekerjaan keprofesiannya wajib memiliki izin dari pemerintah

Pasal 2 ayat (2)


Untuk memperoleh izin dari pemerintah diperlukan STR
PENINGKATAN MUTU TENAGA
KESEHATAN
(SERTIFIKASI, REGISTRASI DAN LISENSI)
SERTIFIKASI
SERTIFIKASI SERKOM Registrasi

Uji Permenkes No. 46 UU No. 36 Tahun 20


kompetensi
Tahun 2013 Fortofolio STR Pepres No. 72/2012

UU No. 36 Tahun 2014


UU No. 36 Tahun 2009
Permenkes No. 46 Tahun 2013 Lisensi
Permenkes No, 42 Tahun 2015
(SIP)
PHLEBOTOMI
(KOMPETENSI & KEWENANGAN)

Pendidikan/
Kompetensi
pelatihan
Phlebotomi
Pemerintah
Kewenangan
(regulasi)
Ahli Teknologi
Laboratorium Medik

Perawat
KOMPETENSI
Bidan
KEWENANGAN
TTD ?
Pengertian

Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang Tenaga Kesehatan


berdasarkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap profesional untuk dapat
menjalankan praktik

Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, ketrampilan dan perilaku


peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi
bidang Kesehatan

Standar Kompetensi adalah ukuran atau patokan yang disepakati, sebagai ukuran
kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan,
keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan
standar kinerja (performance) yang ditetapkan.
Kompetensi Profesional
 Informed consent  Persiapan Pasien
 Prilaku profesional  Prosedur Standar
(Kode Etik)  Quality Assurance
 Hak pasien  Patient Safety

Etika Profesional
Teknik
ManajemenProfesional
Profesional

 Building Positive Attitude


 Developing Communication
Skill
 Handling Moment of Truth
 Handling Customer Complain
Kewenangan Phlebotomi ?

 Tindakan Medik (intervensi tubuh, efek samping, alat medis)


 Kewenangan dokter (UU Praktek Kedokteran)
 Pendelegasian wewenang :
- Standar Profesi (regulasi)

- Standar Operating Prosedur/SOP (Hospital by law atau

laboratory by law)
- Permintaan pemeriksaan laboratorium
PRAKTIK
Tenaga Kesehatan

Pasal 65 UU No.36/2014
ttg Nakes :
MANDAT
Tenaga Kesehatan dalam
melakukan pelayanan
kesehatan, dapat
menerima pelimpahan DELEGAT
tindakan medis dari IF
tenaga medis
Standar Pelayanan Terkait Phlebotomi
DASAR HUKUM Ketentuan
Kepmenkes RI No : Memiliki keterampilan untuk melaksanakan
370/Menkes/SK/III/2007 tentang proses teknis operasional pelayanan
Standar Profesi Analis Kesehatan laboratorium, yaitu Keterampilan pengambilan
spesimen, termasuk penyiapan pasien, labeling,
penanganan, pengawetan, fiksasi, pemrosesan,
penyimpanan dan pengiriman spesimen

Kep Dirjen Yanmed Depkes RI No. Uraian tugas tenaga analis kesehatan/medis
HK.00.06.3.3.10381 tanggal 3 adalah mengambilan dan penanganan bahan
Desember 1998 tentang Pengelolaan pemeriksaan laboratorium
Laboratorium Klinik Rumah Sakit

Per Menpan No. Bab V Pasal 8 tentang rincian kegiatan dan unsur
Per/08/M.PAN/3/2006 tentang yang dinilai sesuai jenjang jabatan yaitu
Jabatan Fungsional Pranata Labkes mengambil spesimen/sampel laboratorium
dan Angka Kreditnya dan Mempersiapkan Pasien, mempersiapkan
Kepmenkes tentang Juknis peralatan dan bahan penunjang untuk
Pelaksanaan Penilaian Jabatan pengambilan spesimen/sampel, mengambil
Fungsional Pranata Labkes spesimen/sampel dengan tindakan sederhana
(darah vena)
PELAKSANA
PHLEBOTOMI
 Didalam praktek, phlebotomi di rumah sakit atau di
laboratorium dilakukan oleh perawat atau analis laboratorium
atau orang yang dilatih khusus untuk itu, yang disebut teknisi
phlebotomi.
 Kemampuan atau competency diperoleh seseorang dari
pendidikan atau pelatihannya. Sedangkan kewenangan atau
authority diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas
dibidang tersebut melalui pemberian ijin.
 Sebagai dokter, perawat dan bidan, kompetensi dan kewenangan
melakukan tindakan phlebotomi telah dimilikinya, tanpa
disebutkan secara eksplisit didalam sertifikasi kompetensinya
dan atau surat ijin praktek profesinya.
Kewenagan
bersifat mandatif
dan delegattif diberikan kepada mereka yang memiliki
kemampaun, namun yang mampu tidak
berarti dengan sendirinya memiliki
kewenangan

Kenapa harus
pelimpahan
kewenangan?

Flebotomi adalah tindakan medic yg


secara hukum didalamnya terdapat
aspek medicolegal
Setiap orang berhak menuntut ganti
rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan atau penyelenggara
kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau
kelalaian dalam peayanan
kesehatan yang diterimanya
Peraturan dan
UU Terkait

 UU RI No. 29 Thn 2004 ttg Praktik Kedokteran


 UU RI No 36 thn 2009 ttg Kesehatan
 UU RI No 44 thn 2009 ttg Rumah Sakit
 permenkes No 411 thn 2010 ttg Laboratorium Klinik
 UU RI No 36 thn 2014 ttg Tenaga Kesehatan
 permenkes nomor 42 thn 2015 ttg izin
penyelenggaraan praktek ATLM (SIP)
Pelaksanaan disiplin ilmu atau profesi

Unsur Pelayanan Kesehatan Etika Profesi

Legal (aspek administratif, aspek


pidana, dan aspek perdata)
Legal dari aspek administratif

Ijazah, STR, SIP, dan penugasan (SK) kewenangan


klinis (kredentialing atau bukti kewenangan klinis).
TANGGUNG JAWAB HUKUM

RS Owner

Perdata Analis

Kelalaian /
Klinik/Lab Pj lab
kesalahan

Pidana Diri sendiri Owner


PERLINDUNGAN HUKUM BAGI
TENAGA KESEHATAN (ATLM)
PERLINDUNGAN
HUKUM

salah satu
fungsinya adalah
merumuskan,
Pemerintah Kementerian menetapkan dan PERLINDUNGA
Kesehatan melaksanakan N HUKUM
kebijakan di
bidang
kesehatan
MAKNA
PERLINDUNGAN HUKUM
Perlindungan hukum bukanlah ketentuan yang menghilangkan
adanya kemungkinan penuntutan hukum oleh orang lain, tetapi
memberikan perlindungan untuk:
 Memberikan Yankes sesuai ketentuan perundang-
undangan
 Bekerja bebas sesuai profesi, tanpa paksaan dan
ATLM

ancaman oleh pihak lain


 Memperoleh kewenangan yang sesuai dengan
kompetensi keprofesiannya
 Memperoleh kesempatan untuk membela diri dan
diproses secara adil apabila diduga melakukan
pelanggaran profesi, baik di sidang profesi, institusi
RS, maupun di peradilan umum.
PERLINDUNGAN
HUKUM (1)

PS 28 D
UUD 45

setiap orang berhak atas pengakuan,


jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang
sama di hadapan hukum.

Perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi


tenaga kesehatan penyelenggara pelayanan kesehatan
adalah peluang dan sekaligus dorongan untuk
memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi
masyarakat di setiap wilayah Republik Indonesia
PERLINDUNGAN HUKUM
NAKES (BERLAKU JUGA KPD ATLM)

1. Pasal 27 UU 36/2009 tentang PERAN STANDAR


KESEHATAN
Tenaga kesehatan berhak  Harus dipatuhi dan
mendapatkan imbalan dan dilaksanakan
pelindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan  Menjamin Upaya terbaik
profesinya.
 Tidak menjamin
keberhasilan upaya atau
2. Pasal 57 UU No. 36/2014 tentang
NAKES kesembuhan pasien
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan  Modifikasi hanya dilakukan
praktik berhak memperoleh atas dasar keadaan yang
pelindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan memaksa untuk kepentingan
Standar Profesi, Standar Pelayanan pasien
Profesi, dan Standar Prosedur
Operasional;  Mematuhi = dilindungi
secara hukum
NAKES
NAKES BEBAS
BEBAS DARI
DARI
GUGATAN
GUGATAN PERDATA....?
PERDATA....?
(BERLAKU
(BERLAKU JUGA
JUGA KPD
KPD ATLM)
ATLM)

Pasal 58 ayat (1) UU No 36 / 2009


Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara
kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat
kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan
kesehatan yang diterimanya
NAKES BEBAS DARI
GUGATAN PERDATA...?
(BERLAKU JUGA KPD ATLM)

1. Pasal 77 UU No. 36/2014 Tentang NAKES


Setiap Penerima Pelayanan Kesehatan yang dirugikan akibat kesalahan atau
kelalaian Tenaga Kesehatan dapat meminta ganti rugi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pasal 78 UU No. 36/2014 Tentang NAKES


Dalam hal Tenaga Kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan
profesinya yang menyebabkan kerugian kepada Penerima Pelayanan
Kesehatan, perselisihan yang timbul akibat kelalaian tersebut harus
diselesaikan terlebih dahulu melalui penyelesaian sengketa di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PASAL 58 UU KES DAN
PASAL 77 & 78 UU NAKES

 UU KES dan UU NAKES tidak berkehendak


menghilangkan tuntutan pidana dan perdata bagi
M NAKES yg diduga melakukan pelanggaran
A disiplin
K  UU KES dan UU NAKES tidak menerapkan
Peradilan Profesi
N
 KTKI hanya melayani persidangan dugaan
A pelanggaran disiplin (kuasi peradilan), dan
memberikan sanksi disiplin, sedangkan masalah
hukum diselesaikan di pengadilan
PERLINDUNGAN
PERLINDUNGAN (PERDATA)
(PERDATA)
BAGI
BAGI NAKES
NAKES
(BERLAKU
(BERLAKU JUGA
JUGA KPD
KPD ATLM)
ATLM)

Pasal 58 ayat (2) UU No 36 / 2009


Tuntutan ganti rugi tidak berlaku bagi
tenaga kesehatan yang melakukan
tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang
dalam keadaan darurat.
Perlindungan HUKUM
Upaya/ Keterangan
Berusaha Secara Izin Sarana Kesehatan meliputi : Persyaratan sarana kesehatan,
SAH Standar pelayanan kesehatan, Akreditasi
Izin Praktek Profesi meliputi : Kompetensi dan kewenangan,
Etika dan standar profesi
Otonomi Profesi Sertifikat kompetensi, Registrasi (STR) dan Izin (SIK)
Bekerja sesuai kompetensi dan kewenangan
Bekerja sesuai etik profesi
Bekerja sesuai standar profesi dan standar prosedur operasional
Kewajiban Beri Yanmed sesuai standar profesi, SOP dan kebutuhan medis
Pemberi Layanan Merujuk pasien bila tak mampu
Memegang rahasia pasien
Pertolongan darurat
Menambah dan mengikuti perkembangan IPTEKDOK
Memberi ganti rugi bila “salah/lalai”

Bagaimana bila Berhak bebas dari kekerasan dalam bentuk apapun


melakukan Berhak praduga tak bersalah
kesalahan Berhak memperoleh proses penyelesaian yang adil
Berhak membela diri
PRINSIP PERLINDUNGAN HUKUM

Kompetensi
dan Etik dan
Kewenangan budaya kerja

Tetapi jangan dilihat dari “human factor” saja, melainkan


dilihat sebagai suatu sistem, berbagai komponen yang saling
mempengaruhi: organisasi, manajemen, peraturan, SDM,
peralatan, lingkungan, dll

Anda mungkin juga menyukai