Modul 3

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI BERBASIS AKTIVITAS

Inisiasi Tuton Ke – 3
Mata Kuliah : Akuntansi Manajemen
Program Studi : Manajemen
Fakultas : Ekonomi

Penulis: Wagini.,S.E.,M.Ak
Email : wagini980@gmail.com
Penelaah : Wiwin Siswantini, SE., M.M
Email : wiwin@ecampus.ut.ac.id
Tinjauan Mata Kuliah

Mata kuliah Akuntansi Manajemen membahas mengenai


konsep-konsep akuntansi manajemen dan memberikan
gambaran tentang bagaimana peran dan pekerjaan
seorang akuntan manajemen dalam sebuah perusahaan
yang mana berkaitan dengan fungsi perencanaan,
pengendalian, pengambilan keputusan, dan lainnya.
Konsep-konsep tersebut di antaranya adalah pengantar
akuntansi manajemen, konsep perilaku kos, akuntansi
berbasis aktivitas, analisis kos volume laba,
penganggaran, anggaran fleksibel, kos standar, analisis kos
diferensial, kos kualitas, dan evaluasi kinerja.
Perhitungan Kos Berbasis Aktivitas
Pengantar
Pendekatan konvensional dan ABC merupakan dua pendekatan yang
saling bersaing dalam hal penetapan kos produksi ke kos objek. Baik pendekatan
konvensional maupun ABC, kos produksi yang dihasilkanpada akhirnya sama-
sama ditetapkan ke suatu objek kos seperti produk, pelanggan, pemasok, lini
pemasaran, dan lain sebagainya. Ketika kos telah ditetapkan pada suatu objek kos
maka selanjutnya dapat dihitung berapa kos per unit dengan membagi total kos
dengan unitnya.Kos produksi per unit merupakan informasi kritikal bagi jenis
perusahaan apapun.
Penentuan kos produk yang salah menyebabkan pengambilan keputusan
dalam hal penentuan harga jual produk yang salah pula, akibatnya profit tidak
dapat dicapai secara maksimum dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan
perusahaan kalah bersaing. Selain itu informasi yang disajikan ke pihak eksternal
menjadi tidak tepat dan dapat menyebabkan pihak eksternal salah dalam menilai
kondisi perusahaan. Oleh karenanya, keakuratan dalam penetapan kos ke kos
produksi tentu saja menjadi hal yang diprioritaskan.
Prosedur Dua Tahap dalam Sistem Penetapan Kos Konvensional
Pada tahap pertama, semua kos produksi tidak langsung baik yang
menyangkut produksi maupun penunjang dibebankan ke pusat-pusat kos
produksi. Jumlah yang akhirnya tertampung dalam pusat-pusat kos tersebut
merupakan hasil kali antara nilai yang melekat pada sumber daya dengan jumlah
kuantitas sumber daya (C = P x Q). Hasil pembebanan pada tahap pertama ini
digunakan untuk dua tujuan, yaitu (1) untuk mengevaluasi kinerja manajer pusat
kos, dan (2) untuk dibebankan ke produk dalam rangka penetapan kos sediaan
guna pelaporan eksternal.
Tahap kedua, adalah membebankan kos yang tertampung di pusat-pusat
kos produksi ke produk. Pada tahap ini para perancang sistem kos perlu memilih
suatu ukuran yang seragam (uniform) sebagai dasar alokasi. Pada pendekatan
konvensional, dasar alokasi yang dimaksud bersifat unit-level. Contoh dari driver
unit-level tersebut umumnya adalah: (1) Unit yang diproduksi, (2) Jam tenaga
kerja langsung, (3) Jam mesin, (4) Kos tenaga kerja langsung, dan (5) Kos bahan
baku langsung.
Prosedur dua tahap ini dapat mengakibatkan distorsi dengan dua cara, yaitu:
Pertama, Distorsi harga, yaitu distorsi yang terjadi karena pembebanan sumber
daya ke pusat kos tidak dapat menyerap secara akurat konsumsi sumber daya
penunjang. Kedua, Distorsi kuantitas. Distorsi ini terjadi sebagai akibat
pembebanan kos ke produk pada tahap kedua menggunakan dasar alokasi yang
tidak sepenuhnya proporsional dengan kuantitas aktual sumber daya yang
dikonsumsi
Atas dasar ketidaakuratan informasi kos yang dihasilkan tersebut (distortif),
maka berbagai cara untuk mengatasi telah diupayakan misalnya: pembebanan pada
tahap pertama menggunakan mekanisme yang lebih akurat, membentuk pusat-pusat
kos yang lebih banyak diikuti dengan penggunaan tarif alokasi departemental, serta
pemisahan pusat kos menjadi pusat kos automatik dan pusat kos manual dengan
tarif yang berbeda. Namun upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil yang
memuaskan karena bagaimanapun juga dasar alokasi yang dipilih tetap hanya yang
bersifat unit-related. Di samping itu, beberapa pekerjaan menjadi semakin rumit.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam ABC:
• Unit level activity
• Batch level activity
• Product level activity
• Facility sustaining level activity

Dalam menentukan aktivitas-aktivitas yang terjadi, langkah pertama:


1. Klasifikasi aktivitas-aktivitas yang terjadi dikelompokkan menjadi empat
kelompok
2. Pengasosiasian kos dengan aktivitas
3. Seperangkat cost pool homogen
4. Pool rates (tarif pool)
5. Kos aktivitas aras unit(unit level activity costs)
6. Kos aktivitas aras batch(Batch level activity costs)
7. Kos aktivitas aras produk (product level activity costs)
8. Kos aktivitas aras fasilitas (facility sustaining level activity costs)
ABC:Apakah Lebih Baik Dibandingkan Konvensional?
Untuk melihat apakah ABC lebih baik dari Konvensional harus memenuhi 2
yaitu:
1. ABC akan tepat diterapkan pada perusahaan yang memiliki karakteristik berikut ini.
Pertama, adalah pada perusahaan yang memiliki porsi non-unit overhead cost yang
sangat besar.Pada kenyataannya karakteristik besarnya kos FOH yang dimiliki
tersebut sering dikaitkan pada perusahaan manufaktur yang bersifat padat modal,
karena pabrik jenis inibanyak mempergunakan mesin-mesin sehingga jelas kos
overhead-nya memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan kos bahan baku dan kos
tenaga kerja langsung. Namun demikian kondisi tersebut tidaklah cukup sebagai
penentu dari tepat atau tidaknya perusahaan menggunakan ABC.
2. diversity product, yang mana artinya produk-produk yang diproduksi mengkonsumsi
sumber daya dengan proporsi yang berbeda-beda. Misalkan perusahaan memproduksi
dua jenis produk (produk A dan B). Dalam proses produksinya, produk A lebih
banyak memerlukan sentuhan dan penanganan manual secara langsung dari tenaga
kerja langsung, sedangkan produk B bisa diproduksi hanya dengan menggunakan
mesin-mesin.
Akuntansi Manajemen Berbasis Aktivitas

Konsep Dasar ABM


ABM adalah proses manajemen yang terintegrasi yang memfokuskan
perhatian manajer hanya pada aktivitas yang dapat meningkatkan nilai bagi
pelanggan sehingga peningkatan nilai tersebut dapat membantu perusahan untuk
mencapai profitabilitas jangka panjang. ABM merupakan sistem yang lebih
komprehensif dibandingkan ABC yang telah kita bahas di kegiatan belajar
sebelumnya.
Activity-Based Management lebih menekankan pada pertanggungjawaban
terhadap aktivitas daripada pertanggungjawaban terhadap kos. Filosofi dasarnya
menyatakan bahwa kos hanyalah sebuah akibat dari dilakukannya aktivitas.
Dengan filosofi ini terjadilah reorientasi fokus pengendalian dari pengendalian kos
ke penyebab timbulnya kos. Dengan demikian terdapat dua tujuan umum dari
ABM, yakni: (1) memperbaiki kualitas pengambilan keputusan dengan
disediakannya informasi kos yang akurat; (2) mereduksi kos dengan mendorong
dan mendukung perbaikan berkelanjutan lewat pengendalian penyebab timbulnya
kos.
cara melaksanakan aktivitas secara lebih efisien dan menghilangkan aktivitas
yang tidak memberikan nilai tambah harus melalui tiga tahapan pada dimensi
proses:

1. Menganalisis Pemicu (Driver)


2. Kos Aktivitas
3. Pemicu kos (cost driver)
Aktivitas dalam suatu perusahaan sangat banyak. Dimulasi dari riset dan
pengembangan, membuat desain, memproduksi, memasarkan, mengirim ke
pelanggan, dan sampai pada layanan purnajual. Dari keseluruhan aktivitas yang
ada dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
• Aktivitas penambah nilai real(real value added activities-RVAA)– adalah
aktivitas yang benar-benar dibutuhkan dilihat dari sudut kepentingan
konsumen (menambah nilai bagi konsumen)
• Aktivitas penambah nilai bisnis (business value added activities-BVAA)–
adalah aktivitas yang sebenarnya tidak menambah nilai bagi konsumen tetapi
sangat penting dan dibutuhkan oleh organisasi.
•Aktivitas tidak penambah nilai (non-value added activities-NVAA)—adalah
aktivitas-aktivitas yang tidak diperlukan baik oleh konsumen maupun organisasi
• Aktivitas penambah nilai bisnis (business value added activities-BVAA)–
adalah aktivitas yang sebenarnya tidak menambah nilai bagi konsumen tetapi
sangat penting dan dibutuhkan oleh organisasi.

• Aktivitas tidak penambah nilai (non-value added activities-NVAA)—adalah


aktivitas-aktivitas yang tidak diperlukan baik oleh konsumen maupun
organisasi.

Anda mungkin juga menyukai